Senin, 28 Mei 2018

Fitrah Seksualitas #5

Kenapa aku harus bobok sendiri, Ayah? Aku mau bobok nya sama Ayah Bunda aja.

Kenapa kamar aku sama adek dipisah sih , bun? 

Kok bunda dapat libur sholat sama puasa dari Allah, bun?

Kenapa dedek harus sunat, bun?

Familiar kah bunda2 dengan pertanyaan diatas?

Pernakah kehabisan kata-kata untuk menjelaskan kepada anak anak? 

Pasti sudah tidak asing lagi ya dengan kalimat2 itu?
Dan jika kita kurang tepat menjelaskan nya kepada anak anak kita, apa yang akan terjadi ?

Mungkin anak anak tidak paham betul apa fitrah seksualitas dirinya.

Mungkin anak anak tidak paham akan arti dari laki-laki sejati ataupun perempuan sejati.

Atau masih merasa "belum waktunya ah jelasin ke anak-anak, masih pada kecil pasti belum paham".

Atau nanti aja jelasinnya jika sudah besar.

〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰

Anak-anak kita tidak selamanya menjadi anak kecil, kelak mereka juga akan menjadi remaja dan dewasa. Ketika mereka sudah tiba saatnya harus mengetahui tentang diri mereka sendiri dan peran yang harus diambil, kemanakah mereka akan bertanya?

Jika kita menunda-nunda memberikan pemahaman fitrah seksualitas kepada anak, bisa jadi tanpa kita sadari peran kita diambil oleh pihak lain.

Siapa pihak lain itu ?

  • Teknologi 
  •  Lingkungan Masyarakat
  • Lingkungan Pergaulan


Seperti kita ketahui bahwa pihak lain itu memiliki daya magnet yang sangat kuat.

Maka dari itu, penting sekali mengenalkan fitrah seksualitas anak sejak dini oleh orang tuanya.

Agar orang tuanya pun terpacu untuk selalu belajar dan menjadi teladan untuk anaknya. Selain itu, kedekatan emosional anak dengan orang tua akan terjalin.

Berikut penjelasan materi dari kelompok 4⤵












Pertanyaan:

  1. Bagaimana cara mengontrol kegiatan anak? Tanpa anak merasa diintrogasi atau dikawal?
memang harus ada rasa saling percaya antaranak dg orang tua kali. Singkatnya, kita menjadi orang tua, menjadi orang pertama yang mereka cari untuk bercerita tentang apa yang mereka lakukan. Jadi buatlah mereka jujur pada kita selaku orang tua.
    Dulu pernah ada kisah, Rasulullah ditanya oleh pemuda. 'Ya Rasulullah, saya mau melakukan apapun, jangan kau larang'.
    "Silahkan', jawab Rasulullah 'Tapi jadilah orang jujur'

      Ketika dia jujur, mau tidak mau ia harus menceritakan apa yang dia lakukan. Persis dengan yang kita lakukan pada anak. Buat anak kita jujur dengan apa yang ia lakukan.
        Bagaimana caranya? 
        Kita juga harus jujur pada anak. Kita menginginkan apa, kita tanyakan pada mereka, ceritakan pada  mereka, tapi harus jujur. Atau jika mereka selalu mengikuti kita, ajak mereka terlibat dengan kegiatan yang sedang kita lakukan.
          Selain itu, mungkin kita bisa membiasakan melakukan kegiatan bersama anak dalam keseharian. buat ritme harian yang itu nantinya menjadi pola yang akan mereka melakukan dalam kegiatan sehari-hari. Jika kita tidak mau anak-anak kita melakukan hal-hal yang sia-sia atau tidak baik, kita contohkan untuk tidak melakukan hal itu. Wallaahu a'lam
            Kita harus menciptakan bonding yang cukup kuat antara kita dengan anak-anak semenjak dini. Kedekatan ini akan membuat anak-anak nyaman bercerita tentang dirinya dan lingkungannya kepada kita. Dan kita pun akan dipercaya oleh anak-anak sebagai tempat berkeluh kesah yang paling nyaman. Sehingga ketika kita menanyakan sesuatu kepada anak, anak akan dengan senang hati bercerita. Kalau kita tidak pernah menciptakan ruang untuk kita dengan anak, bisa jadi anak malah berfikir "ada apa nih mamakku nanya macam-macam".

            2. Bagaimana memahamkan kepada anak usia 3-5 tahun dan 8 tahun mengenai real keadaan di lingkungan yang berpengaruh buruk terhadap anak. Misalnya kejahatan seksual dan kejahatan lainnya? Tanpa membuat anak jadi phobia akan keramaian.

            Untuk usia batita--lima tahun, gunakan gaya bercerita atau bisa media lain, misalnya lagu sentuhan boleh-tidak boleh. Untuk anak usia 8 tahun sudah bisa diajak diskusi. Tanyakan pada mereka, "jika ada sesuatu yang seperti itu kakak nyaman gak? atau risih? kira2 itu boleh atau tidak?"
              Gunakan waktu, intonasi, dan gestur yang tepat. Karena fitrah anak pada kebaikan.
                Atau jika kita sebagai orang tua diharuskan berada di luar rumah untuk bekerja, kita dapat sesering mungkin menelpon ke rumah. Bicara dengan anak-anak atau asisten rumah tangga dengan bahasa senyaman mungkin.
                  Khusus bagi kakak-kakak yamg sudah sekolah, sebelumnya kita dapat sering menanyakan, "kakak disekolah ngapain aja?" .
                  Namun kemudian, kita akan sadar bahwa pertanyaan yang sama setiap harinya akan membuat anak merasa bosan untuk menjawabnya.
                    Kita dapat mengubahnya misal dengan, "mmm...kakak disekolah tadi senang nggak? Apa yang membuat kakak senang disekolah? Apa yang menarik kakak lakukan?"
                      Jika sudah terbiasa, dengan sendirinya anak akan memulai percakapan terlebih dahulu. Dan seiring berjalannya waktu, kita dapat membuat agenda wajib seperti "Curhat-time" sebelum tidur bersama anak-anak.

                      Sekian. Semoga informasi diatas dapat memberikan tambahan wawasan terkait fitrah seksualitas pada anak.

                      0 komentar:

                      Posting Komentar