Jumat, 27 Februari 2015

SEMESTER 9

Buat mahasiswa PG PAUD kaya aku, ngedenger judul di atas tuh kayaknya “serem” banget. Iyalah, secara, biasanya mahasiswa PG PAUD itu bisa nyelesein kuliahnya hanya dalam waktu 8 semester. Apalagi di kampusku yang pake sistem paket, mahasiswanya masuk bareng, lulus juga bareng. Waktunya udah dipaketin 8 semester alias 4 tahun. Tapi sekarang aku dan temen-temen satu kelasku lagi dilanda “galau berat”. Gimana nggak galau, kita terpaksa ngejalanin kuliah 9 semester karena pergantian kurikulum.
Jadi gini, pas aku dan temen-temenku masuk kuliah jurusan PG PAUD tahun 2012, kurikulum yang diterapkan adalah KTSP. Pas penerimaan mahasiswa baru tahun 2013, mahasiswa baru jurusan PG PAUD pake Kurikulum 2013 atau K13 atau KURTILAS. Gak Cuma mereka, tapi yang angkatan 2014 juga sistem perkuliahannya dengan K13 itu. Awalnya sih kita tenang-tenang aja karena belum ada isu yang merebak tentang keharusan kita yang masih KTSP harus menyesuaikan dengan K13.
Seiring berjalannya waktu, di semester 5 mulai deh tuh merebak isu bahwa kita harus ngontrak 1 semester lagi. Dan ternyata isu itu hampir dapat dipastikan fix udah bener-bener pasti bakal dialami oleh kita jurusan PG PAUD angkatan 2012. Kita tahu berita fix itu dari salah satu dosen yang ikut serta dalam rapat yang diadain pemerintah terkait dengan dosen-dosen di kampus-kampus yang jurusan program studi-nya terancam harus menyesuaikan dengan K13. Beuh pas aku dan temen satu kelas tahu berita itu, sontak kita sekelas mendadak rame. Kita protes imut gitu. Haha. Ya intinya sih tega bener gitu sama kita yang nanti harus ngulur waktu lulus kuliah dan 1 semester lebih lama lagi di perantauan—tentunya bagi mahasiswa dari luar daerah. Terus tega bener sih udah mah ngulur waktu kita lulus, kita juga harus ngeluarin biaya sendiri buat hidup dan bayar semesteran serta buku-buku dan tugas-tugas yang harus dikerjain, di-fotokopi, di-jilid, dsb. Belum lagi buat yang punya laptop dan printer, kalo harus servis gimana? (ya tinggal servis, emang mesti gimana dan apa lagi?). Haaaah...maksudnya biaya yang dikeluarinnya lagi itu loh! Maklum, sebagian besar teman-teman di kelasku, termasuk aku..biaya kuliah sampe semester 8 itu ditanggung beasiswa Bidik Misi. Haaah “disitu kadang saya merasa sedih”. Huft
Tapi dari semua keluh kesahku dan teman-teman yang senasib denganku, aku yakin bahwa semua ini pasti ada hikmahnya dan “syukuri apa yang ada, hidup adalah anugerah, tetap jalani hidup ini dan lakukan yang terbaik. Tuhan pasti kan menunjukkan kebesaran dan kuasaNya bagi hambaNya yang sabar dan tak pernah putus asa...”.
Ya itu serius! Aku berusaha berpikir positif di tengah kegalauan yang mendera (ceileeeh). Coba bayangin, bisa apa sih kita dengan keputusan yang ditetapkan pemerintah? Cuma bisa nurut kan? Mau protes? Emang bisa? Liat dulu deh temen-temen yang lain! Contohnya dari FT alias Fakultas Teknik. Lah mereka lebih banyak lagi waktu yang harus dia jalani, kalo gak salah itu 2 semester tambahan deh (kata salah satu dosenku yang ikut rapat pada waktu itu). Jadi, kita ini masih lebih beruntung sobat J
Emang bener kata Ust. Yusuf Mansyur, kalo kita lagi susah, coba liat ke “bawah”, jangan liat ke “atas” terus. Boleh liat ke “atas”, tapi ganti konteksnya. Dalam konteks ibadah, amalan harian, nah baru dah kita boleh liat ke “atas”. Intinya kita jangan ngerasa udah sholeh atau sholehah, karena udah pasti ada orang yang ilmu pengetahuannya lebih tinggi dibanding kita, amalannya lebih banyak dibanding kita, dll.
So, tetap semangat untuk semua teman-teman yang harus terpaksa nambah semester karena penyesuaian kurikulum ini. Tetap rajut cita-cita kalian. Kaya aku. Aku masih menyimpan daftar hal yang ingin aku capai, yang beberapa diantaranya adalah menempuh S2 PG PAUD sambil ngafal Al Qur’an, S3 PG PAUD, dan tetep ngejalanin bisnis kecil-kecilan. Mudah-mudahan ya. Mohon doanya dari semua yang baca. Aamiin.
Hah? Apah-apah? Barusan kalian nyeletuk apah? Nikah? Naek haji? Ya iya atuh itu mah ga usah disebutin, udah jadi idaman hampir semua muslimah. Hehe.
Yah begitulah segelintir kisah yang berhasil aku tulis malam ini. Semoga bermanfaat. Kalo ada yang jelek, jangan ditiru ya J

Hatur nuhun...



Kamis, 26 Februari 2015
22:02:09

Senin, 23 Februari 2015

Aku dan Tae Kwon Do

Pertama kali aku mengenal Tae Kwon Do saat duduk di bangku kuliah, sekitar akhir tahun 2012. Tepat di awal semester 2 perkuliahanku, aku mengikuti latihan rutin yang dilaksanakan seminggu sekali oleh PORMAPI (nama salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa di UPI Kampus Serang). Aku berkenalan dengan Teh April dan Kak Imam. Hari pertama latihan hanya ada beberapa orang yang hadir, salah satunya Suhelsih, teman satu kamar kos-ku pada saat itu. Lama-lama banyak teman satu kelasku yang turut bergabung karena hebohnya kami bercerita di kelas tentang latihan Tae Kwon Do. Akhirnya Ihda, Yusi, Nina, Nay, Desi, dan Izza mengikuti sesi latihan di pekan selanjutnya. Tak ketinggalan dari kelas lain, ada Futihat (jurusan PGSD satu angkatan denganku) dan Teh Windu (PGSD satu angkatan di atasku). Namun seiring berjalannya waktu, ada beberapa dari mereka yang tidak hadir lagi pada sesi latihan berikutnya.
Kami sama-sama berlatih. Dengan menggunakan pakaian yang nyaman untuk olahraga, kami rutin hadir setiap hari rabu selepas shalat Ashar. Oya, aku lupa memperkenalkan nama pelatih Tae Kwon Do kami pada saat itu. Awal latihan kami dibimbing oleh Sabum Syarif. Sabum (dibaca: sabam) merupakan sebutan bagi pelatih dalam istilah Tae Kwon Do. Ada juga sabum Sri yang kami kenal setelah beberapa waktu kemudian.

Usai latihan, sabum Syarif selalu berdialog  dengan kami. Sabum menyarankan kami agar membuat seragam. Tentunya kami menyambut dengan semangat. Foto dibawah ini hasil jepretanku secara diam-diam. Yah sedikit mengobati rasa rindu saat masih latihan Tae Kwon Do dulu. Kebiasaan iseng-ku membidik gambar akhirnya dapat berguna. Hehe 

Momen Istirahat usai latihan.

Foto dia atas merupakan foto yang aku ambil setelah aku mengikuti kejuaraan daerah Banten. Sudah ada peserta baru dari mahasiswa semester 1. Secara perlahan namun pasti, aku memutuskan untuk berhenti latihan Tae Kwon Do karena beberapa alasan, salah satunya karena terjadi cedera di lutut kananku. Ya bisa dibilang foto di atas merupakan momen terakhir kalinya aku latihan. Eits, tapi ini bukan akhir dari tulisanku. Masih ada cerita yang ingin aku bagikan J
Aku sangat menyukai Tae Kwon Do. Aku, Ihda, Suhelsih, Izza, Desi, Futihat, Teh Windu, Kak Imam dan nambah satu lagi Kak Irfan...ikut tes kenaikan tingkat. Kami sangat bersemangat. Ceileh...

Dari yang awalnya sabuk putih, naik jadi sabuk kuning. Kalo kita-nya jago, alias cepet hafal gerakan, kita bisa loncatin satu tingkat. Misalnya kita nih yang sabuk putih bisa langsung naik ke sabuk kuning strip hijau.



 Pada hari Minggu, 16 Juni 2013... tes kenaikan tingkat dilaksanakan. Peserta berkumpul ke SMAN 1 Ciruas-Serang. Sebelum tes, penguji memberikan sedikit pemaparan kemudian membagi kami kedalam beberapa kelompok untuk pelaksanaan tes. Tes dilaksanakan dengan sistem menampilkan gerakan/jurus basic untuk sabuk putih dihadapan dua orang penguji. Semua peserta keluar ruangan untuk kemudian dipanggil secara berkelompok.
Tibalah giliran kelompokku. Penguji mulai melakukan tes. Bukanlah hal yang gawat bagiku ketika aku lupa gerakan. Karena memang salah satu kelemahanku selain bernyanyi adalah pengingat gerakan yang kurang handal, maka penguji pun sepertinya ‘tertarik’ padaku. Dari semua peserta yang satu kelompok denganku, penguji hanya menunjukku dan memintaku untuk mengulang gerakan. PENGUJI HANYA MENYURUH DIRIKU SEORANG. Iya, hanya aku! Hadeeh..
Aku sudah pasrah, kalau pun tidak lulus, ya sudah. Tapi sedih juga sih, tes itu kan bayar, masa aku udah bayar tapi aku gak lulus? Rugi dong! Haha.


Nah, foto di atas itu merupakan foto bareng peserta dan penguji. Oya baru ngeuh kalo di foto itu gak ada sabum Syarif! Hah aku baru inget kalo tepat pada hari dilaksanakannya tes, sabum Syarif melangsungkan pernikahan. Udah bisa ketebak dong abis tes itu kita semua kemana? Hehe. Yap! Kita ngabring semua ke rumah sabum Syarif untuk kondangan. Kondangan? Iya, kondangan! Ya kita semua juga patungan kali buat datang ke resepsinya sabum Syarif! Masa datang Cuma buat makan gratis aja. Hehe.

Oya ini dia foto bareng sabum Syarif J





Dari kiri ke kanan: Aku, Yusi, Ihda, sabum Syarif, Kak Imam, Teh Windu, dan Suhelsih. Kenapa? Iya aku tahu. Aku paling tinggi besar kan? Hadeeh -_____-
Diawal tulisanku, aku sempet nyinggung tentang kejuaraan Tae Kwon Do daerah Banten kan? Nah ini sedikit cerita tentang pengalamanku mengikuti ajang tersebut.
KEJURDA BANTEN. Kedengerannya keren ya? Iya. Emang keren. Saat itu kali pertama aku ikut kompetisi kejuaraan untuk bidang olahraga. Olahraganya khusus Tae Kwon Do lagi! Beuuuh, bela diri cin! Aku gak tahu apa bayangan kalian tentangku. Perempuan dengan postur tinggi besar, ikut Tae Kwon Do. Apakah aku menang? Hmm aku kalah sobat! Hiks hiks L

Aku hanya mendapatkan perunggu alias juara ke-3 untuk cabang Tae Kwon Do kyorugi (sparing; tanding satu lawan satu). Kyorugi pada saat itu tentunya dibagi ke dalam kelas putra dan putri. Kelas itu masing-masing dibagi lagi menurut berat badan. Aku masuk kelas under 73 kg. Artinya berat badanku termasuk ke dalam kelas dibawah 73 kg. Kelas-kelas berdasarkan berat badan tersebut sudah merupakan aturan baku. Kalo gak salah ada kelas under  45 kg, under 60 kg, under 73 kg, dan kelas yang lebih berat lagi (aku lupa kelompok berapa kilogram, yang jelas di atas 73 kg).






Saat itu aku menyaksikan peserta putra putri yang badannya lebih besar, jauh lebih besar dibanding aku. Sampe-sampe mereka gak ada lawannya, akhirnya mereka menang di kelas mereka tanpa lawan. Tetep dapet medali lo! Hebat kan? Haha.
Untuk mengikuti KEJURDA Tae Kwon Do tentu bukan dengan cara yang mudah. Ada pengorbannya juga. Aku dan Ihda contohnya. Kita berdua sampe-sampe gak mudik untuk merayak Idul Adha bersama keluarga di kampung halaman masing-masing karena waktu libur dari tempat karantina hanya satu hari, yaitu ketika hari H Idul Adha. Sedih banget rasanya.
Setelah pagi-pagi shalat Idul Adha di masjid dekat kosan Ihda, sore harinya aku dan Ihda balik lagi ke tempat karantina. Tempat karantina atlet Tae Kwon Do saat itu di asrama Atlet gedung Catur-Ciruas, Serang.




Selama karantina, kami dilatih dan dijaga asupan gizinya. Aku dan semua atlet lebih banyak diberi asupan protein. Bubur kacang ijo, susu, telur rebus, dan pisang hampir setiap jam 10 pagi harus kami lahap habis. Jika tidak, ya pelatih-pelatih pada ngomel. Padahal “disitu kadang saya merasa sedih” karena aku kurang suka telur rebus. Hehe.



Kurang lebih dua minggu kami tinggal di asrama atlet gedung Catur, kemudian kami pindah ke asrama atlet Margawiwitan, Cipocok-Serang. Tempat dan fasilitas yang ada lebih nyaman. Kebersamaan diantara atlet juga semakin terjalin erat. Semua berbaur dalam canda setiap harinya saat latihan maupun saat istirahat makan. Oya, dalam KEJURDA ini aku dan atlet yang berada dibawah bimbingan sabum Syarif merupakan kontingen kabupaten Serang.
"
Suhelsih makein eye liner di matanya Kak Imam, biar serem (kata Kak Imam).




 Kontingen kabupaten Serang pada saat itu terdiri dari atlet yang masih duduk di bangku SMP, SMA, dan kuliah. Dari kampusku sendiri ada lima orang yang turut serta dalam. Aku, Suhelsih, Ihda, Teh Windu dan Kak Imam. Dari kampus lain ada Tedi. Ada juga Deni dan Leo yang setahuku mereka berdua baru lulus SMA dan belum melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Untuk SMP, ada satu orang putra yang aku lupa siapa namanya dan satu orang putri, yaitu Kirey (aku masih inget dia karena dia paling aktif, hehe). Atlet yang duduk di bangku SMA pada saat itu ada Nibras, Devi dan dua orang putri yang aku juga tidak ingat namanya (kali ini alasannya karena mereka sedikit pendiam jadi kurang berkomunikasi). Turut pula dalam pertandingan, seorang pelatih. Tapi aku lupa siapa namanya. Yang aku ingat, hanya beliaulah yang sudah sabuk hitam dalam kontingen kabupaten Serang pada saat itu. Yang lainnya rata-rata masih sabuk kuning dan sabuk hijau. Beliau juga satu-satunya atlet dengan usia paling tua diantara kami. Hehe J





Singkat cerita, kejuaraan Tae Kwon Do daerah Banten pun diselenggarakan dari tanggal 19-21 Oktober 2013. Acara pembukaan digelar pada tanggal 19 Oktober 2013, dibuka oleh salah satu pejabat pemerintahan. Setiap kontingen berjalan mengitari lapangan dengan seragamnya masing-masing. Usai pembukaan, pertandingan pun dimulai. Jadwal kami bertanding masing-masing berbeda. Aku sendiri bertanding pada tanggal 20 Oktober. Disela-sela menunggu jadwal bertanding, kami menonton kawan satu kontingen yang sedang beraksi menghadapi lawan. Momen menyantap nasi kotak jatah pembagian pun menjadi salah satu hal yang tidak ingin kami lewatkan kebersamaannya.
Di akhir KEJURDA, saat-saat perpisahan dengan kawan satu kontingen pun tiba. Semua rasa bercampur aduk. Yang jelas, satu hal baru yang aku dapatkan, yaitu perjuangan.
Momen perpisahan di asrama Margawiwitan tidak sempat terabadikan. Hanya saat perpisahan di asrama atlet gedung Catur-lah yang sempat terbidik oleh kamera salah satu atlet, dan hingga saat ini aku masih menyimpannya. Ini foto kami bersama ibu asrama yang selalu setia memenuhi kebutuhan asupan gizi kami para atlet, terima kasih Bu J



 Sekian.