Rabu, 23 Desember 2020

Serunya Jadi Wisatawan Asyik

Liburan batal karena ada pandemi gak jadi halangan buat aku buat tetep bahagia. Gak ada yang namanya bete. Yang ada malah semangat terus. Ko bisa?

Iya, dong. Karena ada Transcity Harmoni yang nyediain aku hotel asyik dan wahana yang seru banget!

Aku juga disuguhin sama pemandangan pesisir pantai yang indah. Gak cuma itu, banyak temen yang menginspirasi banget karena semangat mereka yang menular.

Kalo lagi ga sibuk sama tugas kantor, aku pasti bakal buka facebook untuk ngecek grup Transcity Harmoni. Sempet sedih sih pas tau kalo aku ketinggalan setoran misi terakhir, yaitu Aliran Rasa. Tapi alhamdulillah Alloh masih ngasih aku kesempatan untuk belajar di kelas Bunda Cekatan.

Cerita tentang kegiatan bermain perahu cano dan banana boat, rasanya seru banget, deh!

Aku diajak berpikir kritis dan nginget-nginget lagi adab belajar. Pokoknya aku berterimakasih kasih banget sama semua pemandu di Transcity Harmoni.

Semoga kita bisa berbahagia bersama di semua wadah yang ada di Ibu Profesional.


Kamis, 03 Desember 2020

Lebih Bersemangat

Semenjak Ehsen hadir dan kami pindah ke tempat tinggal baru yang lebih luas, duniaku berubah. Kini tak ada lagi tidur selepas subuh. Aktivitasku di pagi hari harus sudah dimulai dengan kegiatan pumping. Tak boleh ada kata mengeluh, aku harus rutin melakukannya agar kebutuhan ASI untuk Ehsen selalu terpenuhi. Bismillah, karena Alloh. Selepas pumping, biasanya aku mengganti popok Ehsen dan menyusuinya. Masak dan beres-beres rumah baru aku lakukan setelah Ehsen terlihat tenang.

Kehadiran mamah sangat membantuku. Biasanya mamah akan bergantian denganku untuk menemani Ehsen. Meski Ehsen dapat tenang dan ditinggal sendiri, namun hal itu tidak berlangsung lama. Adapun kegiatan memandikan Ehsen masih ditangani oleh mamahku karena mamah masih terlalu khawatir cucunya mengalami keseleo di leher.

Aku berharap dapat mempertahankan rutinitas saat ini dengan baik, mengingat aku yang mesti berangkat kerja pukul 9 pagi. Untuk belanja sayur misalnya, aku hanya melakukannya kurang lebih dua hari sekali. Untuk menghemat waktu, menu masakan setiap harinya pun hanya dua, yaitu menu protein dan sayur.

Sayur sangat terbukti membantu produksi ASI yang berlimpah, terutama sayur daun katuk. Sebetulnya tak mesti daun katuk, asalkan "judulnya" sayuran hijau, entah itu bayam, kangkung atau sawi, semua sayuran itu dapat berperan sebagai ASI booster. Biasanya aku memasak sayur-sayuran tersebut menjadi menu sayur bening atau tumis. Pokoknya sayur harus dibuat enak agar kita semangat melahapnya.

Sekarang, semua hal aku lakukan dengan lebih semangat karena hadirnya Ehsen. Selain itu, tempat tinggal baru juga membuatku lebih nyaman dan leluasa. Meski saat ini hanya mampu menyewa, namun aku bersyukur dan sangat menikmati segala kondisi yang Alloh anugerahkan kepadaku dan keluargaku. Aku selalu yakin bahwa Alloh Maha Kaya. Tak apa untuk saat ini aku belum bisa membeli rumah walaupun tawaran untuk membeli rumah secara kredit yang mengandung riba sangat banyak. Hidup tenang dan berkah adalah tujuanku. Dan tidak membeli rumah secara kredit yang mengandung riba itu adalah pilihanku.

Merawat rumah agar selalu rapih dan bersih pun masih menjadi PR bagiku. Tapi aku selalu berusaha agar rumahku nyaman ditempati. Aku selalu berpikir jika rumah sewa saja masih malas-malasan untuk merawatnya, bagaimana Alloh percaya padaku untuk memiliki rumah sendiri?

Bismillah, semoga semangat ini selalu terjaga. Semangat untuk selalu lebih baik lagi setiap harinya. Aamiin

Kamis, 26 November 2020

Peranku di Institut Ibu Profesional



Belakangan aku ingin sejenak melepaskan penat dan secara kebetulan hadirlah Transcity Harmoni IIP. Bertempat di Hotel Asyik, aku diberi kesempatan untuk bermain di Wahana Banana Boat. Rasanya senang sekali bisa mendapatkan misi dan menyelesaikannya tepat waktu. Inilah misi keduaku!

Saat ini aku berperan sebagai mahasiswi yang sedang menunggu perkuliahan Bunda Cekatan. Sebelumnya, aku telah lulus dari perkuliahan Bunda Sayang. Tak hanya itu, aku juga mengambil peran sebagai Tim Penjualan KIPMA Jakarta dan anggota Rumah Belajar Menulis IP Jakarta.

Bahagia adalah perasaan yang selalu aku rasakan selama bergabung dengan IP dan wadah-wadah lain yang ada didalamnya. Jadi, jangan lupa bahagia, ya!

Hingga saat ini, alhamdulillah, aku tidak pernah melanggar CoC. Tidak beriklan, menyebarkan materi secara utuh tanpa izin, dan mengerjakan tugas tepat waktu merupakan beberapa hal yang aku lakukan dalam mentaati CoC.

Jika suatu saat aku menemukan teman yang melanggar CoC di IP, maka merenungkannya bersama-sama adalah hal pertama yang aku lakukan. Tentunya bersama dengan fasilitator atau pengurus yang lebih berhak untuk menanganinya. Mengingatkan satu sama lain antar anggota juga merupakan hal yang penting dalam menegakkan CoC. 

Yuk, berbahagia bersama di IP!

Rabu, 25 November 2020

Hobi Baru

Sekarang, setiap pagi, hal yang aku tunggu-tunggu adalah melihat Ehsen bangun tidur. Wajah lucunya sangat menggemaskan. Tak jarang aku sengaja memandangi wajahnya agak lama sambil megajaknya berbicara. Meski ia belum bisa mengucapkan kata-kata, namun ia seakan mengerti dan meresponku dengan ocehan serta tatapan matanya.

Usai Ehsen bangun pagi, biasanya aku atau mamahku mengganti popoknya. Sambil menunggu waktu berjemur, aku akan menyusui Ehsen terlebih dahulu. Aktivitas ini menjadi salah satu aktivitas favoritku karena selain banyak "drama", disaat inilah momen yang tepat bagiku untuk membangun bounding dengan Ehsen.

Ehsen lebih sering memandang ke arah langit-langit rumah saat aku susui. Ia juga terlihat senang memperhatikan arah datangnya cahaya. Sesekali aku juga mengarahkannya untuk menatap wajahku, tak lupa kubelai rambutnya dengan lembut.

Aku berharap Ehsen tumbuh dan berkembang dengan baik. Doa terbaik dariku selalu kupanjatkan untuknya agar menjadi anak yang shaleh. Aamiin.

Rabu, 18 November 2020

Aku dan Perkuliahan Bunda Cekatan

Bunda Cekatan merupakan salah satu program perkuliahan di Institut Ibu Profesional. Program tersebut biasanya diselenggarakan setelah siswa atau anggota komunitas Ibu Profesional lulus perkuliahan Bunda Sayang.

Aku sendiri telah berhasil lulus dari perkuliahan Bunda Sayang sekitar dua tahun lalu. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya pada pertengahan 2019, pengurus pusat Ibu Profesional membuka program perkuliahan Bunda Cekatan. Namun sayang, setelah berhasil mendaftar dalam perkuliahan tersebut, aku harus rela untuk berhenti dikarenakan telat mengumpulkan salah satu tugas. Pada saat itu aku sedang disibukkan oleh persiapan menjelang pernikahanku.

Kini aku masih menanti perkuliahan Bunda Cekatan. Selain untuk menambah ilmu tentang manajemen rumah tangga, tujuanku mengikuti perkuliahan Bunda Cekatan yaitu untuk menginspirasi dan memotivasi orang-orang terdekat agar bisa sama-sama belajar dan terus berbahagia. Karena sadar akan pentingnya mempelajari ilmu dalam mengatur rumah tangga tersebut, maka aku berusaha untuk mengoptimalkan kesempatan yang datang. Artinya, saat Institut Ibu Profesional hadir dan membuka program Bunda Cekatan untuk anggotanya yang ingin belajar tentang manajemen rumah tangga, kenapa aku tidak segera memanfaatkannya?

Aku yakin bahwa mengikuti program perkuliahan Bunda Cekatan adalah cara yang benar, baik, dan bermanfaat bagiku beserta keluargaku. Karena sebelumnya aku telah membaca buku "Bunda Cekatan 12 Ilmu Dasar Manajemen Rumah Tangga", maka gambaran tentang apa yang akan aku pelajari dalam perkuliahan nanti telah aku dapatkan, seperti cara mengatur menu makanan, manajemen waktu, dan tips bersolek untuk suami.

Jika di pertengahan program perkuliahan aku menemukan hal yang tidak aku harapkan seperti diawal, maka hal pertama yang akan aku lakukan ialah mengevaluasi diriku sendiri.

"Apakah ekspektasiku terlalu tinggi?"

Atau "Sudahkah aku mengosongkan gelas untuk menyamakan frekuensi?"

Hal selanjutnya yang aku lakukan ialah mengalirkan rasa kepada orang terdekat, misalnya fasilitator. Dan yang terakhir ialah mencoba menyelesaikan program hingga akhir dengan target yang disesuaikan dan tidak lupa untuk tetap bahagia dengan saling berbagi wawasan.


Jumat, 23 Oktober 2020

Asa Itu Meng-ASI-hi

Gelapnya langit menghiasi dini hari. Kini aku menambah aktivitas tengah malamku dengan menunggu guratan fajar menyingsing dan menenangkan rengekan buah hatiku yang baru berusia 6 hari. Aku selalu merasa bahagia saat bayiku menangis dan menghisap ASI (Air Susu Ibu) dari payudaraku. Begitu ia sangat membutuhkanku. Aku bak asa bagi bayiku, pun sebaliknya. 

Semenjak awal aku berniat untuk memberikan ASI hingga bayiku berusia 2 tahun. Semoga Allah subhanahu wa ta'ala meridhai niatku tersebut dan memudahkan setiap jalannya.

"Oh, ini ya, rasanya menjadi seorang ibu?"

Hampir 2 hingga 3 kali setiap malamnya bayiku akan terbangun dan menangis. Saat ini aku berada pada fase dimana aku sangat menginginkan melihat bayiku bisa tertawa, merespon kehadiran dan candaan yang aku berikan padanya.

"Ibu tak sabar, nak"

Hangatnya pelukan juga menjadi asa yang sangat dibutuhkan oleh bayi mungilku. Apalagi ketika ayahnya yang melakukan. Bayiku akan sangat tenang dan nampak menikmati kebersamaan dengan ayahnya.

"Tumbuhlah sehat dan bahagia ya, nak. Kami semua menyayangimu"

Kamis, 22 Oktober 2020

Titik Baru

Tak terasa kini aku telah menjadi seorang ibu. Sebuah titik baru yang tergoreskan dalam lembar kehidupanku. Menikah pada bulan Desember 2019, dinyatakan positif hamil pada Februari 2020, kemudian melahirkan putra yang sangat lucu pada Oktober 2020 merupakan serangkaian titik yang akan menjadi pola indah dalam lembaran hidupku. 

Kehadiran suami dan keluarga besarku turut menambah rasa syukur dan bahagia dalam menjalankan semua amanah kehidupan yang kini aku terima dari Sang Pencipta. Saat kondisi pasca melahirkan mengharuskan aku mendapat banyak bantuan dalam melakukan gerak aktivitas sehari-hari, kehadiran suami sangat membantuku. Ia begitu telaten membersihkan badanku hingga menggantikan pembalut. Ada juga ibuku yang dengan sabar turut membantuku merawat anakku yang masih sangat mungil dan merah.

Kini aku berusaha untuk pulih dari kondisi pasca persalinan sesar. Aku tak sabar untuk belajar memandikan anakku, menimangnya, dan menyuapinya makan saat usianya 6 bulan nanti. Terima kasih Ya Rabb, nikmat mana lagi yang kau dustakan?

Rabu, 21 Oktober 2020

Si Mungil yang Terbalut Batik

Harus melakukan persalinan jauh dari kampung halaman membuatku sedikit menyimpan rindu akan khasnya kehangatan suasana keluarga besar yang masih lekat dengan adat tradisi. Meski begitu, aku tak ingin menyimpan kecewa. Aku menyadari betul bahwa tidak keluar kota untuk sementara waktu adalah keputusan terbaik pada saat ini. Kondisi pandemi Covid-19 yang belum reda memang memaksaku untuk tidak pulang kampung selama hampir 10 bulan.

Persiapan persalinan tetap aku lakukan seperti biasa bersama suami. Ibuku pun akhirnya datang berkunjung seorang diri dari kampung halaman pada awal Oktober lalu. Akomodasi perjalanan berupa mobil travel menjadi pilihan kami. Selain karenan membawa banyak barang, interaksi dengan penumpang lain pun bisa dibilang cenderung aman.

Tiba saatnya hari persalinanku. Berbekal barang-barang yang telah disiapkan oleh aku dan suamiku, seperti pakaian bayi, tempat tidur, selimut, botol susu, peralatan mandi bayi, dan lain sebagainya, ibuku jga turut menyiapkan barang-barang berupa gurita bayi, popok kain, sarung, dan kain batik.

Beberapa hari usai persalinan, bayiku masih menggunakan pakaian yang disediakan oleh pihak rumah sakit. Tiga hari pasca perawatan di ruang rawat inap, akhirnya aku dan bayiku diperbolehkan pulang. Sesampainya di rumah, ibuku membalutkan kain batik sebagai bedong untuk bayiku. 

"Bayi mungil yang sangat lucu," batinku.

Saat itulah untuk pertama kalinya aku melihat bayiku sebagai bayi yang pada umumnya dilahirkan di kampung halamanku. Bayi yang imut karena dibedong dengan kain batik. Rinduku akan kampung halaman sedikit terobati. Kini kain batik berwarna dasar cokelat dengan motif parang sedang dipakai oleh bayiku. 

"Selamat datang di kehidupan ibu, nak".

Selasa, 20 Oktober 2020

Pipimu

Wajah bulat seraya pipi mengguratkan rona dewangga. 

"Ah lucu sekali parasmu, nak!"

Tak henti ibu menatapmu. Ibu doakan kau menjadi anak yang sholeh, cerdas, dan berbakti pada orang tua, agama, dan bangsa. Tumbuhlah dengan bahagia. Terima kasih telah hadir ke dunia. Maafkan ibu yang masih penuh dosa. Ibu akan berusaha membesarkanmu sekuat tenaga. Kita berjuang bersama untuk bertemu di syurgaNya kelak ya, nak!

Ahad lalu kau hadir di dunia. Tepat 18 Oktober 2020 ibu dan aba menyambutmu dengan senyum dan tangis. Ada pula oma, nak. Ia begitu telaten merawat ibu. Ibu terkadang malu pada diri sendiri karena masih sering melawan pada oma.

Kembali lagi membahas wujudmu, nak. Sungguh lucu. Gemas, ibu tak sabar ingin bisa menggendongmu. Kau anak laki-laki yang kuat. Gurat dewangga di pipimu seketika akan muncul saat kau berusaha menghisap ASI ibu, nak. Apakah kau mengeluarkan tenaga dengan susah payah? 

Selamat datang di dunia, nak. Ibu dan aba bahagia.

Senin, 19 Oktober 2020

Belahan Jiwaku

Menjelang tengah malam itu aku merasa gugup. Cairan cukup deras keluar dari kemaluanku dan bisa-bisanya aku menganggu tidur malam ibu dan juga suamiku. Tanpa mulas, aku mondar-mandir ke kamar mandi. Aku masih berusaha mengira bahwa itu hanyalah air kencing biasa. Namun melihat derasnya cairan yang keluar tanpa permisi, batinku pun mengiyakan bahwa cairan itu adalah ketuban.

"Bagaimana ini? Apakah aku akan segera melahirkan?"

Dengan sigap ibuku turut membantu untuk membuatku tenang sambil memperhatikan tingkahku yang sedikit panik sambil bolak-balik kamar mandi. Tak lama, aku sedikit mempertanyakan kemudian mengikuti keputusan suami yang menghendaki kami semua pergi ke rumah sakit dini hari itu juga. 

Hendak diberi tindakan apa aku ini? Setibanya di rumah sakit, suami menggiringku ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) Maternal. Berbaringlah aku disana bersama pendingin udara yang sedikit tak sopan karena membuatku menggigil. 

Induksi rupanya menjadi hal yang harus aku jalani karena pembukaan jalan lahir baru di tahap satu. Oh sedapnya panggilan cinta dari rahim itu. Jujur, jiwa dan pikiranku acak-acakan saat itu. Namun, jangan salah! Aku tetap optimis untuk berjuang melahirkan normal. Hingga akhirnya dokter memberikan kabar bahwa janinku mengalami kondisi tidak cukup baik, yaitu kekurangan oksigen. Kupasrahkan rahim ini untuk dirobek dokter yang menanganiku. 

"Bodohnya aku!", pikirku.

Tapi, aku mengkhawatirkan anakku. Aku tak ingin egois. Aku ingin dia selamat. Apa itu hanya sebuah alasan yang masih tak berdasar?

Entahlah. Singkatnya, tepat hari Minggu, 8 Oktober 2020, pukul 13.38 WIB anak pertamaku lahir dengan selamat melalui prosedur operasi caesar dengan berat badan 3,8 kg dan panjang 51 cm. 

Aku menitikkan air mata saat melihat bayiku dibersihkan oleh dokter anak. Setelah itu aku kembali menikmati rajutan benang jahit di perutku.


Jumat, 16 Oktober 2020

Badai Pasti Berlalu

Saat mendapatkan tema "badai" dari pengurus RBM IP Jakarta, tanpa pikir panjang langsung teringat salah satu judul lagu "Badai Pasti Berlalu". Iya, maknanya semua beban kehidupan yang kita hadapi pasti akan bisa kita lewati. Kuncinya yakin dan tetap berusaha. Beberapa kali aku pernah mengalami hal-hal berat dalam hidup. Dan kedua kunci tersebut terbukti ampuh.

Jika saat ini aku mengakui bahwa kondisi hamil membuat pikiran dan perasaanku menjadi lebih sensitif, maka aku selalu mengembalikan kondisi jiwaku pada satu keyakinan "badai pasti berlalu". Bersamaan dengan perkiraan proses persalinanku, aku dan suami juga harus menyiapkan rumah sewa yang baru untuk tempat tinggal kami. Disisi lain, aku harus menyiapkan mentalku untuk kembali bekerja pasca cuti melahirkan, padahal disisi lain aku ingin sekali mengasuh anakku sendiri.

Beberapa faktor menjadi alasan kenapa semua hal itu harus aku lakukan. Setelah berdiskusi bersama suami, kembalinya aku bekerja pasca cuti melahirkan menjadi keputusan sementara yang nantinya akan kami diskusikan ulang. Kini, aku didampingi oleh ibuku untuk turut membantu mengasuh anakku yang diperkirakan akan lahir pada 25 Oktober 2020 nanti. Aku hanya bisa berharap kondisi darurat ini akan segera berakhir.

Selain tak ingin merepotkan ibuku, aku juga ingin sekali berkontribusi secara langsung dalam pengasuhan anakku dan membangun ikatan kasih yang jauh lebih dalam dengan anakku. Semoga Allah mudahkan segala hal yang sedang aku hadapi bersama suami. Aamiin.

Kamis, 15 Oktober 2020

Rutinitas Baru

Hari ini hari ke-4 bagiku untuk menjalankan rutinitas baru, yaitu menulis. Semenjak pengurus Rumah Belajar Menulis Ibu Profesional (RBM IP) Jakarta memberikan tantangan "Writober" kepada para anggotanya, kini selepas subuh aku selalu memulai rutinitas baruku untuk membuat tulisan sesuai tema yang telah ditentukan.

Pagi hari memang waktu yang kurasa paling tepat untuk menulis. Biasanya ide lebih mudah didapat dan tenaga yang ada masih segar. Karena kebetulan tantangan ini diberikan saat aku sedang menanti hari persalinan, semuanya jadi terasa lebih istimewa. Usai menulis, tak lupa aku menyetorkan hasil tulisan melalui formulir online yang telah disiapkan oleh pengurus. 

Jalan kaki untuk sekedar meregangkan pinggang yang mulai "panas" menjelang hari persalinan menjadi rutinitas selanjutnya usai membuat tulisan. Deretan gerai makanan, trotoar, jalan raya, dan proyek apartemen yang belum selesai menjadi pemandangan yang tersaji untukku. Maklum, kini aku mulai menetap sementara di rumah pamanku yang berlokasi di kawasan Jakarta Pusat.

Menikmati potongan buah apel, pisang dan mangga juga menjadi hal wajib bagiku di pagi hari. Terasa sehat dan menyegarkan. Momen menikmati pagi seperti saat ini tentu tak akan berlangsung lama. Karena 1 bulan usai persalinan, aku harus kembali masuk kantor untuk bekerja. Semangat semuanya! Doakan ya supaya persalinanku lancar. Aamiin. Selamat pagi semuanya.


Pasti Bisa

 Aku baru saja pulang dari rumah sakit untuk memeriksakan kehamilanku. Karena sudah cukup bulan, aku hanya tinggal menanti panggilan cinta dari janin yang ada dallam rahimku saat ini. Dokter mengatakan bahwa Hari Perkiraan Lahir (HPL) janinku ini 25 Oktober 2020. Tak sabar rasanya.

Sejak awal aku berusaha untuk meraih target-target yang identik dengan masa kehamilan, seperti target konsumsi protein, target berat janin ideal, dan lain sebagainya. Sebisa mungkin aku menghindari hal-hal tanpa hasil. Meskipun salah satu hal sangat sulit untuk aku capai, yaitu menghindari stress.

Beberapa permasalahan, baik itu masalah keluarga maupun masalah pekerjaan, datang silih berganti selama masa kehamilan perdana yang aku jalani ini. Meski aku selalu mengiyakan saat suamiku selalu mengingatkan agar aku menghindari stress, namun kerikil kecil dari kondisi stress itu belum seutuhnya bisa aku bersihkan.

Aku menyadari bahwa muara dari semua beban hidup kita hanyalah memasrahkan diri pada Illahi. Dan hal itu selalu aku upayakan untuk aku lakukan, entah dengan melaksanakan qiyamul lail atau sekedar berlama-lama dengan Al Qur'an.

Aku tak ingin kalah dan tak menghasilkan apa-apa dalam perjuangan bersama bayi dalam rahimku ini. Aku yakin bisa melewati semuanya dengan kuat. Selalu ada jalan, itulah hal yang akan selalu aku ingat. Aku pasti bisa.

Rabu, 14 Oktober 2020

Inikah Ikhlas?

Terhitung Maret 2020 secara pribadi aku mulai merasakan dampak pandemi Covid-19. Saat itu usia pernikahanku baru menginjak bulan ketiga. Aku bersyukur pada bulan Desember 2019 lalu masih bisa melangsungkan resepsi pernikahan.

Suamiku kebetulan bekerja sebagai tenaga administrasi di Instalasi Gawat Darurat (IGD) salah satu rumah sakit di Jakarta. Sedikit kekhawatiran akan keselamatannya melanda pikiranku, namun hal itu berusaha kutepis dengan terus memanjatkan doa yang terbaik untuknya.

Tak hanya itu, akhir Februari 2020 aku dinyatakan hamil. Sungguh hal luar biasa yang aku syukuri bersama suami. Kekhawatiran kembali melanda, karena tentunya banyak hal yang harus aku sesuaikan ditengah pagebluk yang melanda.

Awal kemunculan berita wabah corona pada Desember 2019 lalu masih belum terlalu aku hiraukan, hingga pada akhirnya virus ini mulai menjangkit warga Indonesia. Proses cek rutin kehamilanku pun harus diwarnai kekhawatiran karena mau tak mau aku harus waspada saat mengunjungi klinik bidan atau rumah sakit.

Tahap penyesuaian pada kemunculan virus ini ialah rutinitasku bekerja di ranah publik yang harus dialihkan menjadi work form home (WFH). Dalam hal ini aku merasa sangat bersyukur karena bersamaan dengan tri semester pertama kehamilan yang bisa aku jalani dengan banyak beraktivitas dari dalam rumah.

Selanjutnya ialah dampak pagebluk terhadap kondisi keuangan keluarga kami. Aku dan suami harus menyesuaikan diri karena adanya pemotongan gaji. Sebagai istri, aku berusaha memposisikan diri untuk sebisa mungkin membantu perekonomian keluarga. Kami berdua bersyukur karena tak mesti dirumahkan oleh tempat kami bekerja. Hikmah dan pembelajaran merupakan dua hal yang berusaha aku utamakan ditengah kondisi yang tak menentu seperti saat ini.

Kini usia kehamilanku menginjak 38 minggu. Tak sabar rasanya menanti kehadiran buah hati. Cuti mulai kujalani mulai 4 Oktober lalu. Hari-hari tanpa berangkat ke kantor dan harus tinggal sementara di rumah paman menjadi hal baru bagiku. Sempat terasa membosankan. Namun lagi-lagi aku beruntung karena Rumah Belajar Menulis (RBM) IP Jakarta yang aku ikuti memberikan tantang menulis "Writober".

Dalam tantangan ini aku harus dibiasakan membuat tulisan selama 10 hari. Berusaha konsisten mengerjakan tugas menjelang hari persalinan merupakan sesuatu yang sangat luar biasa menantang bagiku.

Merangkum semua hal baru yang harus aku alami di tahun ini nampaknya berat. Namun suamiku sering berpesan bahwa kunci dari semuanya adalah ikhlas. "Jika tidak bisa ikhlas, ya sudah jangan dilakukan, nanti pekerjannya sia-sia", begitu kata suamiku. Bismillah, semoga diri ini senantiasa ikhlas dalam menjalani hal-hal baik dan banyak hal yang tak terduga lainnya di tahun 2020.


Senin, 12 Oktober 2020

Pertama Kali Dalam Hidup

Sabtu, 19 September 2020

Aku dan Perpustakaan

Ada sejuta kenangan bagiku tentang perpustakaan. Kali pertama mengenal perpustakaan ialah saat duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Meski saat itu sarana perpustakaan yang tersedia sangat sederhana, namun aku masih mengingat dengan jelas bagaimana aku meminjam buku dari perpustakaan SD kemudian membawanya pulang ke rumah untuk kubaca hingga selesai. Tak jarang, saat waktu istirahat tiba, aku mengunjungi perpustakaan untuk membaca bersama teman-teman. Mulai dari buku cerita bergambar, novel, hingga buku pelajaran Bahasa Indonesia dilahap habis olehku. Lucu rasanya saat mengingat bagaimana aku dan beberapa temanku membuka buku pelajaran Bahasa Indonesia hanya untuk kami pilih halaman yang berisi teks percakapannya saja. Biasanya kami akan membagi dialog pada teks percakapan tersebut, kemudian membacanya seolah-olah kami sedang memerankan tokoh yang ada didalam percakapan tersebut.



Satu hal yang juga masih terkenang tentang perpustakaan saat aku masih SD ialah buku dengan judul “Misteri Patung Emas” yang aku pinjam dan aku baca di rumah hingga selesai. Meski telah lupa beberapa bagian ceritanya, dan entah saat kelas berapa aku meminjamnya, namun secara samar aku masih dapat mengingat gambar ilustrasi yang ada di buku cerita tersebut. Warna kuning, hitam, dan biru menghiasi setiap goresan ilustrasi tersebut. Nampak sangat sederhana, namun gambar tersebut seakan lebih dari cukup untuk memberikan imajinasi tentang jalannya cerita bagi anak SD seusiaku pada saat itu. Kini hampir 20 tahun berlalu, bisa menyelesaikan buku “Misteri Patung Emas” yang cukup tebal itu rasanya merupakan sebuah prestasi yang patut aku banggakan.

Menginjak bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), kebiasaan mengunjungi perpustakaan masih aku pertahankan. Bahkan aku merasa sangat bahagia karena di SMP tempat sekolahku dulu, sarana perpustakaanya lebih lengkap dan memiliki bangunan tersendiri yang terpisah dari bangunan lain. Tidak seperti saat SD yang perpustakaannya masih bergabung dengan ruang guru dan jumlah koleksi buku yang jumlahnya belum terlalu banyak. 

Saat SMP sistem peminjaman buku sedikit berbeda dengan sistem peminjaman di SD yang hanya bermodalkan "kejujuran". Di SMP, aku diharuskan mendaftar dan membuat kartu anggota perpustakaan. Uniknya, aku tidak pernah mengantongi dan membawa pulang kartu perpustakaanku tersebut karena kartu itu selalu "menginap" di perpustakaan. Artinya, setelah masa peminjaman buku habis, aku akan mengembalikan buku dan meminjam buku lain atau memperpanjang masa peminjaman jika buku yang aku pinjam itu lumayan tebal isi halamannya dan perlu waktu lama untuk membacanya hingga selesai. Sebagai tanda bahwa buku perpustakaan tersebut sedang dipinjam, maka kartu perpustakaan tersebut harus aku serahkan kepada petugas perpustakaan. Jika tidak salah, saat SMP dulu setiap siswa diberi waktu pinjam selama 3 hari dan jika telat mengembalikan buku maka akan dikenakan sanksi.

Saat SMP, waktu istirahat disela-sela jam pelajaran masih menjadi waktu favorit bagiku untuk mengunjungi perpustakaan. Biasanya aku akan pergi sendirian ke perpustakaan dan betah berlama-lama untuk memilih buku atau sekedar melihat koleksi yang dipajang di rak kayu cokelat yang kondisinya cukup lapuk pada saat itu. Tersedia banyak jenis buku, mulai dari komik, novel, ensiklopedia, buku pelajaran, buku prakarya, hingga buku-buku cerita terjemahan dari bahasa Inggris. Pada saat itulah pertama kalinya aku mengenal buku cerita karya penulis luar negeri, Roald Dahl. Aku lumayan beruntung karena perpustakaan SMP-ku memiliki koleksi buku karya Roald Dahl versi terjemah bahasa Indonesia yang cukup lengkap.


"Charlie dan Pabrik Cokelat" merupakan karya Roald Dahl yang aku baca hingga selesai, kemudian menyusul buku-buku berikutnya, yaitu "Matilda", "Mr. Fox yang Fantastic", dan seterusnya. Selain buku-buku Roald Dahl, aku juga memiliki kenangan dengan buku komik terjemahan ber-genre misteri. Namun sayang, aku telah lupa judul dan pengarang buku tersebut. Kemudian buku jenis ensiklopedia tentang berbagai pengetahuan seperti flora, fauna, hingga benda-benda luar angkasa juga tak luput kupinjam dan kubawa pulang untuk dibaca di rumah. Kebiasaan mengunjungi dan meminjam buku terus aku lakukan hingga aku lulus SMP. Tak heran jika pada saat itu petugas perpustakaan cukup hafal namaku dan mengenal wajahku dengan baik.

Sedikit kenangan sedih tentang perpustakaan harus aku alami saat memasuki Sekolah Menengah Atas (SMA). Pasalnya perpustakaan di SMA-ku pada saat itu bisa dibilang belum terkelola dengan baik. Ruangan khusus perpustakaan memang ada, namun koleksi buku yang tersedia jauh dari kata lengkap dan menarik. Jumlahnya pun tak bisa dibilang banyak. Rak-rak yang berdiri sebagian besar hanya terisi oleh buku-buku pelajaran dari tahun akademik sebelumnya. Hingga akhirnya sekolahku melakukan sedikit demi sedikit perbaikan, termasuk pengelolaan perpustakaan. Ruang baca dirapihkan, dan koleksi buku perlahan mulai bertambah. Aku masih berusaha menyempatkan diri mengunjungi perpustakaan di SMA, meski tak rutin seperti saat aku SMP dulu. Aku hanya mengingat dua buah buku perpustakaan SMA yang menarik untuk kupinjam pada saat itu, yaitu "Harus Bisa!" dan "The Heart of 7 Awareness".



Akibat rasa rindu terhadap aktivitas di perpustakaan yang kurang tersalurkan saat SMA, aku pun mendaftarkan diri menjadi anggota di salah satu perpustakaan di luar sekolah. Meski dapat dijangkau hanya dengan berjalan kaki, lokasi perpustakaan tersebut cukup membuatku lelah sepulang sekolah. Selain itu, perpustakaan yang dikelola secara pribadi tersebut kebanyakan menyediakan majalah dan buku anak-anak, sehingga rutinitas berkunjung ke perpustakaan pun tidak bisa aku lakukan secara rutin.

Menginjak dunia kampus, kenanganku dengan perpustakaan pun kembali terukir. Awalnya memang perpustakaan kampusku belum terkelola dengan sempurna, artinya koleksi buku belum terlalu banyak dan sebagian besar buku yang tersedia merupakan buku lawas yang kurang sesuai untuk dimanfaatkan dengan kebutuhanku sebagai mahasiswa pada saat itu. Untungnya kondisi tersebut tak berlangsung lama. Saat direktur kampusku berganti kepemimpinan, sedikit demi sedikit fasilitas perpustakaan diperbaiki. Lokasinya dipindah ke gedung baru, lebih nyaman dan lebih luas. Koleksi buku pun bertambah, meski beberapa jenis buku tidak dapat dipinjam secara bebas oleh mahasiswa.

Merasa masih kurang dengan koleki buku yang disediakan perpustakaan kampus, aku pun memilih pelarian dengan mendaftarkan diri di perpustakaan daerah. Ini kali kedua aku mendaftarkan diri di perpustakaan umum. Sebelumnya, aku juga pernah mendaftarkan diri di perpustakaan milik pemerintah kabupaten di kampung halamanku. Namun perpustakaan tersebut terbilang kecil dan jauh dari kriteria koleksi buku yang lengkap dan terbaru.

Saat kuliah, aku akan mengunjungi perpustakaan daerah jika hanya ada tugas dari dosen saja karena lokasinya yang harus dijangkau menggunakan kendaraan umum. Maklum, status sebagai mahasiswa yang merantau menuntutku untuk bisa hemat-hemat mengeluarkan uang.

Di perpustakaan daerah itulah aku menemukan kebahagiaan. Tempatnya nyaman, koleksi bukunya lengkap, banyak buku baru yang aku temui, dan fasilitasnya dilengkapi dengan koneksi internet gratis. Banyak buku yang aku pinjam pada saat itu, mulai dari buku sejarah tentang Soekarno, novel karya mahasiswa Indonesia yang kuliah di luar negeri, buku-buku prakarya, hingga buku-buku yang berkaitan dengan materi perkuliahan. Intinya keberadaan perpustakaan daerah sangat membantuku, terlebih saat aku mempersiapkan diri untuk pembuatan proposal penelitian guna memenuhi syarat penelitian di Thailand. Banyak referensi yang aku kumpulkan di perpustakaan daerah tersebut hingga akhirnya aku berhasil terbang ke Thailand pada bulan April 2016 dalam rangka mengikuti Inbound Internship Program of Mahasarakham University, Thailand.

Program gratis yang diselenggarakan oleh Universitas Mahasarakham itu secara tak sengaja kembali membawaku berkunjung menjelajahi beberapa perpustakaan kampus yang ada di Thailand. Yang pertama tentu saja perpustakaan di Fakultas Pendidikan Universitas Mahasarakham. Meski kebanyakan bukunya berbahasa Thai, tapi jangan salah, koleksi buku berbahasa Inggris disana lebih dari cukup. Aku dapat dengan mudah menemukan referensi untuk menyusun bahan penelitian tentang pembelajaran yang menyenangkan untuk anak usia dini. Kondisi perpustakaannya pun terbilang mewah dan sangat nyaman. Terdiri dari 2 lantai, perpustakaan di Fakultas Pendidikan Universitas Mahasarakham dilengkapi dengan kursi, meja dan sofa-sofa yang nyaman. Tersedia pula layar TV besar, internet gratis, dan pendingin ruangan.

Perpustakaan tersebut bukan satu-satunya perpustakaan yang aku kunjungi. Saat mendapat kesempatan untuk pergi dengan dosen pembimbingku ke Fakultas Pendidikan di Universitas Khon Kaen, yang merupakan almamaternya, beruntung aku bisa singgah di perpustakannya. Serupa dengan perpustakaan di Fakultas Pendidikan Universitas Mahasarakham, fasilitas perpustakaan di akultas Pendidikan di Universitas Khon Kaen pun sangat nyaman dan mewah. Meski luas dan ramai pengunjung, suasana perpustakaanya begitu damai dan tertib. Interior yang tertata rapih juga mampu memanjakan mata.

Beruntungnya aku bisa mengenal perpustakaan di berbagai tempat. Semuanya memiliki tempat yang istimewa bagiku. Perpustakaan telah menjadi tempat paling asyik, gudangnya ilmu pengetahuan dan sumber informasi. Semoga kebiasaan berkunjung ke perpustakaan tetap tertanam dalam kehidupanku. Dan yang paling penting ialah kebiasaan untuk membaca buku yang harus selalu aku lakukan guna memotivasi diri untuk terus lebih baik dan menginspirasi orang-orang disekitarku untuk dapat mencintai ilmu.


Rabu, 26 Agustus 2020

Pandai Bersyukur Ciri Pribadi Merdeka

Usai sudah momen perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-75. Karena kondisi pandemi yang masih merebak, tak ada banyak hal yang bisa saya lakukan dalam momen kemerdekaan tanah air tahun ini. Sementara suami tetap masuk kerja karena sistem kerja shift, saya hanya menghabiskan waktu sendirian di rumah dengan menyelesaikan tugas-tugas domestik dan membaca beberapa halaman buku parenting.

Suasana di sekitar tempat tinggal saya cukup semarak dengan adanya dekorasi khas 17 Agustus, seperti bendera merah putih dan baliho yang dipasang sepanjang jalan utama akses masuk perkampungan. Salah satu grup whatsapp dari komunitas yang saya ikuti juga nampak semarak dengan memberikan instruksi kepada para member untuk turut meramaikan suasana kemerdekaan dengan membuat video.

Sebelumnya tak pernah terbesit keinginan untuk mencari makna kemerdekaan lebih dalam, khususnya makna merdeka  bagi saya yang seorang istri dan calon ibu, insyaa Allah. Namun, usai mendapat tantangan menulis dari "Rumah Belajar Menulis Jakarta", saya merasa ini adalah kesempatan berharga untuk sesekali berkontemplasi mencari makna merdeka yang sesungguhnya.

Menyandang status sebagai istri yang juga bekerja memang tak sepenuhnya mudah dijalani. Kebiasaan diri yang masih sering membandingkan kondisi dengan orang lain menjadikan kondisi hati dan pikiran saya tidak sehat. Hal itu saya sadari saat seringnya saya menangis seorang diri hanya karena tak sengaja melihat postingan orang lain di media sosial yang menurut saya kondisi mereka jauh lebih beruntung dan bahagia daripada kondisi saya sendiri. Astagfirullah.

Sadar hal tersebut tidak baik bagi kesehatan mental dan spiritual saya, mengingat saat ini saya juga tengah mengandung buah hati untuk yang pertama kalinya, buru-buru saya mencari cara agar tak disibukkan dengan membanding-bandingkan diri dengan kehidupan orang lain.

Langkah pertama ialah dengan beristighfar dan bertaubat pada Allah. Selanjutnya secara mandiri saya melakukan muhasabah. Dan yang terakhir ialah mengurangi aktivitas berselancar di akun media sosial facebook serta instagram.

Untuk meningkatkan motivasi diri agar berubah, saya juga mencari nasehat-nasehat dari beberapa sumber, salah satunya ialah Aa Gym. Beliau menyampaikan tausyiah dengan tema "Makna Kemerdekaan", yang menurut saya sesuai dengan kondisi saya belakangan ini.

Saya betul-betul dibuat tersadar, bahwa kemerdekaan yang hakiki adalah laa ilaaha illallah, "tidak mempunyai tuhan yang disembah selain hanya Allah", dan selama ini kita tidak bahagia pasti karena ada tuhan-tuhan yang lain di hati kita. 

Kemudian Aa Gym menjelaskan tentang apa itu yang disebut illah

Dijelaskan bahwa Illah yaitu sesuatu yang mendominasi hati kita siang dan malam, setiap waktu selalu ingin dekat dengan-Nya, takut jauh dari-Nya, tumpah segala cinta untuk-Nya, mau berkorban apapun demi-Nya, dan sangat pilu jika tidak bersama-Nya. 

Lalu, siapakah "Nya" ini?

"Jika 'Nya' ini adalah Allah, maka sah dia adalah orang yang merdeka dari perbudakan dunia berikut isinya. Tapi kalau 'Nya' ini adalah harta, gelar, pangkat, jabatan, kedudukan, popularitas, penilaian orang dan tetekbengek dunia lainnya, maka hampir dapat dipastikan tidak akan bahagia walaupun dunia melimpah ada padanya," tutur Aa Gym.

"Mengapa?", lanjut Aa Gym.

"Karena Allah tuhan kita menciptakan kita hanya untuk jadi hamba-Nya dan dunia berikut isinya adalah pelayan kita dalam mengabdi ke Allah. Bila kita turun derajatnya menjadi hamba dunia, maka dipastikan kita menjadi orang yang sangat sengsara, sangat hina, karena diperbudak oleh dunia yang semestinya menjadi pelajaran kita," tambahnya.

Sampai pada uraian kalimat tersebut, saya sadar bahwa selama ini banyak yang saya khawatirkan terkait urusan dunia. Khawatir terhadap penilaian orang lain, khawatir akan kondisi ekonomi keluarga, khawatir tak bisa mencapai gelar pendidikan yang tinggi, dan lain sebagainya. Padahal tak ada yang perlu dikhawatirkan, kecuali persiapan bekal amal sholeh untuk di akhirat kelak.

Mungkin tanpa saya sadari, telah banyak hal yang luput saya syukuri. Padahal, perhatian dan kebaikan suami, ipar, dan mertua merupakan salah satu nikmat dari Allah yang belum tentu didapatkan oleh orang lain. Anugrah berupa janin dalam kandungan saya pun hampir luput untuk saya syukuri. Padahal mungkin diluar sana banyak pasangan yang mengidam-idamkan hadirnya momongan ditengah pernikahan.

Terakhir, dalam tausyiahnya Aa Gym mengajak untuk kembali ke tauhid, laa ilaaha illallah.

"Bebaskan diri kita dari menuhankan apapun, siapapun, cukuplah jadi hamba Allah semata. Itulah kebahagiaan, kemuliaan, keselamatan yang sesungguhnya," ucap Aa Gym.

Sungguh tausyiah tersebut sangat berkesan bagi saya dalam rangka memperbaiki diri di momentum kemerdekaan. Kini, saya belajar untuk menjadi istri dan calon ibu yang merdeka. Merdeka dalam arti merdeka untuk belajar, merdeka dari perasaan terbebani oleh tugas dan rutinitas yang harus saya selesaikan sebagai seorang istri, serta merdeka untuk berkarya dimana pun saya berada.


Minggu, 02 Agustus 2020

Momentum Idul Adha, Cara Bumil Mengambil Hikmah di Tengah Pandemi

Tepat pekan terakhir bulan Februari 2020 lalu, saya dan suami mendapatkan hal yang sangat membahagiakan. Hasil tes alat penguji kehamilan menunjukkan dua garis merah. Ya, saya positif hamil anak pertama. Berkabar pada suami yang saat itu sedang berada di tempat kerja menjadi hal yang tak terlewatkan. Keesokan harinya, suami mengajak saya untuk memeriksakan diri ke dokter kandungan. Alhamdulillah, dokter mengatakan bahwa perkiraan usia kandungan saya sudah menginjak 5 minggu.

Sebagai ibu rumah tangga yang juga bekerja, aktivitas sehari-hari pun masih saya jalani seperti biasa. Saat itu belum merebak pandemic Covid-19. Jadwal kantor masih berlangsung Senin sampai dengan Jumat, pukul 9 pagi hingga pukul 6 petang. Namun hal tersebut tak berlangsung lama. Pada akhir Maret 2020, pihak kantor tempat saya bekerja memutuskan untuk memberlakukan Work From Home (WFH) alias bekerja dari rumah.

Seperti kebanyakan ibu hamil lainnya, saya mengalami kondisi khas tri-semester pertama. Mual, muntah, jantung berdebar, pusing dan mudah lelah. Seakan tak diberi kesempatan untuk mengeluh, kondisi WFH membuat saya merasa lebih ringan dalam menghadapi beragam gejala tri-semester pertama kehamilan tersebut. Saya dapat mengatur jadwal mengerjakan tugas domestik, tugas kantor, dan sedikit jadwal ekstra untuk mengistirahatkan tubuh saya.

Berawal dari hal tersebut, saya berpikir bahwa tak ada yang layak saya keluhkan. Meski gaji bulanan dari kantor harus kena potongan dan pembayarannya pun “dicicil” oleh atasan, tapi saya masih sangat bersyukur karena tidak dirumahkan. Saya pun masih dengan senang hati menjalankan jadwal piket kantor sepekan sekali. Hanya dengan cara itulah saya mencoba bekerja sebaik mungkin sekaligus bentuk syukur saya kepada Alloh subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan banyak kemudahan ditengah krisis pandemi beberapa waktu lalu.

Tak hanya itu, saat tiba bulan Ramadhan beberapa waktu yang lalu, saya juga dapat menjalankan ibadah shaum dengan minim keluhan. Namun tentunya beberapa hal berikut ini harus dilakukan oleh ibu hamil jika ingin menjalankan puasa, ya.

1.    Penuhi nutrisi 2500 kilokalori per hari (50% karbohidrat, 30% protein, 20% lemak sehat)
2.    Banyak minum air putih saat sahur dan buka
3.    Konsumsi susu untuk lengkapi kebutuhan gizi
4.    Konsumsi asam folat dan suplemen vitamin kehamilan
5.    Cukup istirahat, hindari pekerjaan berat dan banyak

Adapun rencana mudik lebaran yang harus kandas telah saya ikhlas-kan. Semua demi kebaikan bersama. Karena masih banyak kenikmatan yang bisa saya syukuri, diantaranya nikmat sehat, nikmat mengkhatam-kan Al Qur’an, nikmat shalat tarawih, nikmat menjalankan puasa pertama bersama suami, dan banyak lagi hal lainnya.

Meski awalnya muncul kekhawatiran karena suami saya yang bekerja sebagai admin IGD (Instalasi Gawat Darurat) di salah satu rumah sakit di Jakarta harus berinteraksi langsung dengan pasien terdampak Covid-19, namun saya bersyukur karena suami dan seluruh anggota keluarga masih diberikan kesehatan. Saya menganggap semua kemudahan yang Allah subhanahu wa ta’ala berikan ini merupakan keberkahan bagi semua anggota keluarga.

Kini New Normal telah diberlakukan. Tempat saya bekerja pun sudah kembali aktif sejak tiga minggu lalu. Saya kembali menjalani rutinitas kantor seperti biasa. Sama seperti rekan kerja yang lainnya, saya pun tetap melakukan perlindungan diri, seperti menggunakan masker, menyiapkan hand sanitizer, dan .membawa alat makan sendiri. Tidak lupa mengkonsumsi multi-vitamin, ya. Lebih lanjut, mengutip dari kompas.com, Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan dr. Eric Kasmara, Sp. OG mengatakan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ibu hamil untuk tetap menjaga keamanan kehamilan di tengah masa pandemi, yaitu:

Tips Menjaga Kemanan bagi Ibu Hamil di Tengah Pandemi
Menerapkan protokol kesehatan Covid-19, yakni mencuci tangan, menggunakan masker, hindari menyentuh hidung, mata, dan mulut, terapkan etika batuk yang tepat, serta menjaga jarak.
Hindari keramaian
Asupan gizi ibu hamil juga harus terpenuhi, mulai dari kebutuhan karbohidrat, lemak, serat, vitamin, mineral, dan air putih. Ibu hamil akan lebih sering buang air kecil, oleh sebab itu harus banyak minum untuk menghindari dehidrasi.
Hindari makan makanan dari luar, terutama makanan cepat saji.
Olahraga rutin, seperti berenang, senam hamil, dan yoga.
Rajin berjemur dibawah matahari pagi setidaknya 15 menit setiap harinya.
Hindari penggunaan sepatu berhak tinggi, berlatih teknik pernapasan bagi ibu hamil yang akan melakukan persalinan normal
Istirahat yang cukup.

Ditengah pandemi yang entah kapan akan berakhir ini, banyak sekali momentum yang bisa kita jadikan hikmah. Seperti dikutip dari Instagram @parenttalk.id berikut ini:

Negatif
Positif
Rencana traveling batal
Badan sehat gak terpapar virus
Khawatir kena penyakit
Lebih peduli kesehatan, kebersihan
Biasanya sibuk di kantor
Bisa temani anak main sampai puas
Kerjaan dan bisnis drop
Mental ditempa untuk lebih kuat
Berhari-hari di rumah
Lebih kenal karakter pasangan dan anak
Gak bisa ketemu keluarga dan teman
Lebih menghargai keberadaan mereka
Social distancing, self isolation
Makin kenal diri sendiri, tahu prioritas
Kondisi yang serba tidak pasti
Lebih berserah dan hadir penuh untuk saat ini

Sebagai umat Muslim yang baru saja merayakan hari raya Idul Adha. Banyak juga hikmah yang bisa kita ambil dari perayaan yang khas dengan penyembelihan hewan kurban ini. Untuk ibu hamil khususnya, ini momen yang tepat untuk memanfaatkan kandungan gizi yang terdapat pada hewan kurban, seperti daging kambing dan sapi. Bagi saya sendiri, ada sedikit perasaan sedih karena tidak bisa turut serta membantu panitia kurban dalam menyiapkan daging yang akan didistribusikan. Namun lagi-lagi hal ini untuk kebaikan bersama.

Jadi, agar tetap tenang di masa pandemi ini, kita juga dapat melakukan beberapa hal berikut:
1.    Buat plan kegiatan sehari-hari
2.    Diet berita dan media social
3.    Atur nafas 4 detik inhale, 4 detik exhale
4.    Lakukan aktivitas yang membuat kita enjoy
5.    Take care of your body
6.    Jaga komunikasi dengan circle-mu

Yuk, lebih banyak bersyukur ditengah pandemi!

Selasa, 16 Juni 2020

Keluargaku Menjadi Ayam Goreng

Tinggal di perkotaan membuat Leha harus memutar otak guna mencari tambahan biaya hidup. 

Ia bersama suaminya rajin berdiskusi tentang hal-hal apa saja yang akan dilakukan kedepannya.

Ide berjualan pun muncul dari Leha bersama sang suami. Jualan.

Mulai dari jualan kue khas lebaran, Leha dan suaminya kompak melakukan promosi dan belanja barang dagangan.

Usahanya berjalan cukup lancar. Tak hanya fokus menjual satu produk. Leha dan suaminya gencar mencari peluang. Dari mulai berjualan perlengkapan rumah tangga, makanan ringan, produk organik, produk herbal, hingga frozen food.

Mereka berdua tak menyangka jika dagangan mereka cukup diminati. Terutama produk frozen food. Ialah ayam kampung ungkep, bebek ungkep, nila bumbu, hingga puyuh ungkep menjadi dagangan andalan mereka.

Kondisi Leha yang tengah hamil pun menambah semangat mereka untuk mengais rezeki, mengingat biaya lahiran semakin hari semakin dekat.

Kebutuhan nutrisi Leha dan bayinya juga secara kebetulan bisa terpenuhi oleh stok dagangan yang mudah didapat, contohnya ayam kampung ungkep yang penyajiannya sangat mudah, tinggal digoreng.

Karena hampir setiap hari mengkonsumsi ayam goreng, Leha bergurau pada janinnya: welcome to keluargaku ayam goreng ya Utuuun. 

Kamis, 09 April 2020

My Mini Project: Mini Garden

Memulai suatu hal yang kita sukai tentunya mendatangkan binar tersendiri, tak terkecuali bagiku.

Salah satu hal tersebut ialah saat aku mendapat tantangan untuk membuat Mini Project dari Kelas Orientasi Komunitas Ibu Profesional.

Aku putuskan untuk memilih kegiatan berkebun dari beberapa hal yang aku sukai untuk dijadikan rancangan kegiatan  Mini Project.

Ialah Mini Garden. Projek perdana bagiku yang sebetulnya bukanlah hal yang baru. Telah lama aku menyukai aktivitas berkebun, mulai dari menanam bunga, pohon cabai hingga strawberry, merawat serta menatatata letak pot-potnya. Hal yang sangat aku sukai dan membuat mataku berbinar.

Dalam projek ini, aku--yang baru saja 4 bulan menjalani rumah tangga--akan merancang tempat tinggal saat ini sebagai base camp menyalurkan hobi yang bermanfaat bersama suami. Beruntung karena memiliki hobi yang sama, yaitu berkebun dan membaca buku, maka aku dan suami berencana untuk berbagi tugas. Namun fokus kami di Mini Project perdana ialah pada aktivitas berkebun.

Mini Garden diharapkan dapat membuat kami terbiasa untuk mempraktekkan ilmu ketahanan pangan pada tingkatan keluarga. Artinya, untuk memenuhi kebutuhan mengkonsumi makanan sehat, kami berupaya untuk memproduksinya sendiri, yaitu dengan menanam sayuran, buah-buahan, serta tanaman herbal. Sehat disini berarti makanan yang berasal dari sumber alami, tanpa pestisida, dan disajikan dalam keadaan fresh karena diolah di dapur kami sendiri.

Selain menanam sayuran, buah-buahan, dan tanaman herbal, dalam projek ini kami akan membudidayakan tanaman hias. Kami berencana menjadikan rumah kami nyaman untuk dihuni dan disinggahi.

Tak hanya praktek berkebun, tapi kami juga akan rajin mendokumentasikan kegiatan bekebun kami dan berharap dapat menginspirasi orang-orang disekitar kami.

Dalam projek ini, saya ber-partner dengan suami. Adapun bahan-bahan yang diperlukan sebagai berikut:


  1. Media tanam (Rp25.000)
  2. Gelas plastik bekas (Barang bekas)
  3. Bibit tanaman (Rp50.000)
  4. Nutrisi tanaman (Rp25.000)
  5. Air AC (Free)
  6. Semprotan (Rp25.000)
  7. Derigen (Barang bekas)
  8. Papan nama untuk menandai tanaman
  9. Rak untuk menyemai benih (Rp45.000)
  10. Pot (Rp50.000)
Total dana yang diperlukan kurang lebih Rp220.000.

Adapun Mini Project ini kami buat targetnya secara bertahap.

Tahap I: 8 - 12 April 2020
  • Menyemai benih: pakcoy, cabai, bunga telang, dan pohon bidara
  • Perawatan bunga telang dan pohon bidara
Tahap II: 13 - 30 April 2020


  • Menyemai benih: bunga matahari, lavender, bayam dan bunga cosmos mix
  • Panen pakcoy dan cabai
Tahap III: 1 - 31 Mei 2020
  • Hunting bibit tanaman baru
  • Evaluasi
Parameter keberhasilan dari program ini berupa dokumentasi yang terpublish secara rutin melalui blog pribadiku, terlepas dari berhasil atau tidaknya bibit tumbuhan yang kami tanam. Jika terjadi kegagalan, maka kegiatan evaluasi akan menjadi bahan referensi. Solusinya yaitu dengan hunting jenis bibit baru yang unggul.

Semoga bermanfaat.


Selasa, 24 Maret 2020

Kapsul Waktu

Istilah "Kapsul Waktu" merupakan sesuatu yang baru bagiku. Dikenalkan melalui Kelas Orientasi Komunitas Ibu Profesional beberapa hari lalu, aku merasa sangat tertarik. Apalagi fasilitator memberikan challenge untuk mengaplikasikan materi yang telat didapat: membuat kapsul waktu ala diri kita sendiri.
Caranya cukup mudah. Kita diminta untuk menuliskan keadaan diri kita saat ini sesuai peran, kekuatan, dan bakat. Setelah itu, kita diminta untuk menentukan harapan di masa yang akan datang. Yang lebih menarik, durasi waktunya diserahkan mengikuti kemampuan kita.

Disini aku menggunakan media botol. Media yang aku rasa sudah sesuai dengan kriteria anti air, anti rayap, dan tahan lama. Selain itu, media yang aku pilih telah tersedia di rumah, dan bentuknya cukup unik. Botol kaca dengan tali gantungan diatasnya.

Selain botol, aku juga menyiapkan kertas sebagai media untuk menuliskan keadaan diriku saat ini. 
Setelah selesai menuliskan semua harapanku, aku menggulung kertas tersebut menggunakan karet gelang. Sebetulnya akan lebih cantik jika menggunakan pita. Namun, lagi-lagi aku sedang berusaha menggunakan barang-barang yang tersedia di rumah. Hehe

Agar aman dan rapih, aku akan menaruh kapsul waktu yang kubuat di meja kecil yang terletak di ruang tamu. Tepatnya disela-sela buku yang terjejer. 

Kapsul Waktu yang aku buat rencananya akan aku buka 5 tahun kemudian. Semoga Alloh mengizinkan. Aamiin.

Kamis, 06 Februari 2020

Balada Nyari Kontrakan: Baiti Jannatiy

Banyak orang bilang, perkara nyari tempat tinggal buat yang sudah nikah itu gampang-gampang susah. Istri ngerasa cocok, suaminya bilang ga cocok. Suaminya bilang suka, si istri bilang "terserah kamu aja". Kelar deh udah! Hehe

Sepasang suami-istri yang satu ini juga ngalamin hal yang sama. Ialah Yeni dan Hayat. Umur pernikahan mereka baru aja nginjak usia 48 hari. So, mereka ini pengantin baru ceritanya. Setelah menikah mereka memutuskan untuk merantau ke Bekasi. Beruntung, mereka menganggap bahwa jadi kaum urban yang harus sewa kontrakan buat tempat tinggal itu adalah sesuatu hal yang seru. Kegiatan bersyukur jadi rutinitas mereka setiap hari. Pokoknya berantem-berantem manja jadi momen yang manis untuk mereka kenang.

Desember tahun lalu Yeni galau banget karena dapetin tempat tinggal yang gak sesuai sama keinginannya. Tapi alhamdulillah hal itu gak berlangsung lama. Tepat hari ke 26 di bulan Januari kemaren, secara gak sengaja Yeni yang lagi boncengan ama suaminya buat beli isi ulang galon ngeliat spanduk bertuliskan "kontrakan kosong" yang dipajang gak jauh dari kontrakan tempat tinggal mereka.

Pulang beli galon, Yeni minta pendapat ke suaminya buat pindah kontrakan. Awalnya si suami mutusin buat tetep tinggal di kontrakan lama, tapi Yeni keukeuh pengen liat dulu si kontrakan kosong itu. Gak diem aja, Yeni keinget kalo dia pernah mampir ke kontrakan itu buat tanya-tanya. Ceritanya tahun lalu Yeni diminta atasannya buat nyariin kosan ber-AC, dan tempat itulah yang disinggahi Yeni untuk tanya-tanya. Meskipun kosan yang dicari udah penuh, tapi saat itu Yeni sukses dapetin nomor hape si ibu pemilik kosan, Bu Iqbal namanya.

Singkat cerita, Yeni ngirim chat ke nomor Bu Iqbal.

"assalamu'alaikum, maaf bu saya mau nanya2 kontrakan kosong. tadi liat spanduknya"

Gayung pun bersambut. Nomor Bu Iqbal masih aktif dan gak lama kemudian bales chat yang dikirimkan Yeni. Bu Iqbal mempersilahkan Yeni untuk datang langsung dan liat kondisi kontrakannya.

Hayat, yang ngeliat istrinya kegirangan karena abis dapet balesan chat dari Bu Iqbal, nurut setelah istrinya ngerengek minta dianter buat liat bareng-bareng kondisi kontrakan kosong itu. Gak nyampe 2 menit mereka udah nyampe di kontrakan Bu Iqbal. Yeni tambah girang karena kondisi kontrakan kosong yang dia liat itu super duper layak huni, dan yang lebih penting lagi harga sewanya pun terjangkau. Gak disangka, Hayat pun jatuh cinta sama kontrakan kosong itu. Setelah deal-deal-an ama Bu Iqbal, Hayat dan Yeni pun sepakat untuk pindah kontrakan.

Ada waktu 4 hari buat Hayat dan Yeni pindahan dari kontrakan lama ke kontrakan baru. Mereka berdua nyicil bawain barang-barang pake motor. Sisanya sewa pake mobil pick-up. Dan tibalah bulan Februari. Resmi sudah Hayat dan Yeni jadi warga kontrakan Bu Iqbal. Sekarang gak ada lagi cerita cacing masuk rumah pas hujan turun, gak ada lagi cerita mancing pompa air buat ngeluarin air, gak ada lagi cerita ngejemur baju pake galah, gak ada lagi cerita masak lesehan di ruang tengah, dan gak ada lagi pemandangan cat tembok rumah yang dekil.

Kontrakan baru Hayat dan Yeni yang sekarang jauh lebih bersih dan keurus sama pemiliknya. Cat bangunannya pun baru, warnanya sesuai sama keinginan Yeni, didominasi putih cerah dan sedikit kolaborasi warna dove. Untuk plafon, kondisinya pun jauh lebih baik dibandingkan dengan kontrakan sebelumnya, bersih dan diselimuti cat dengan warna flamingo.

Tak hanya itu, area kamar mandi dan dapurnya juga lebih luas, bahkan kini Yeni bisa leluasa memasak tanpa harus lesehan lagi. Pasalnya, terdapat tempat khusus untuk meletakkan kompor yang juga dilengkapi wastafel. Air pun mengalir lancar tanpa harus dipancing.

Jika sebelumnya teras kontrakan Hayat dan Yeni yang lama menjadi akses lalu lalang penghuni kontrakan lainnya di tempat itu, kini mereka mendapatkan posisi kontrakan paling pojok. Artinya teras kontrakan baru mereka aman dari lalu lalang orang lain dan dijamin selalu bersih. Asyiknya lagi terdapat dudukan semen berkeramik yang sangat bermanfaat, misal jika mereka hendak menggunakan kaos kaki atau sepatu, tinggal duduk saja dengan santainya.

Terkait akses, kontrakan baru pasangan suami-istri yang terpaut jarak usia 4 bulan itu cukup strategis. Yeni masih bisa berjalan kaki menuju tempat kerjanya. Akses menuju tukang sayur langganan dan warung sembako pun menjadi lebih dekat.

Dalam hatinya, Yeni bersyukur masih diberikan jalan oleh Alloh untuk tinggal di hunian yang nyaman. Meskipun masih harus menyewa, namun yang lebih penting bagi Yeni adalah keberkahan dalam kehidupan rumah tangganya bersama Hayat. Yeni jauh lebih bahagia jika suaminya itu diringankan kaki untuk melangkahkan kaki ke masjid memenuhi panggilan adzan ataupun melakukan kebaikan-kebaikan lainnya. Yeni juga jauh lebih bangga jika dalam kehidupan rumah tangganya dihiasi oleh ilmu dan bimbingan dari imam kehidupannya, Hayat.

Tahun lalu, setelah menjalani proses lamaran dan membuat kesepakatan untuk menikah serta tau akan tinggal di Bekasi, Yeni diam-diam telah membidik sebuah kontrakan yang tak jauh dari tempat kos-nya untuk ditempati pasca walimah. Karena terkendala biaya yang harus di-prioritaskan terlebih dahulu untuk acara resepsi, Yeni pun harus rela kehilangan kesempatan untuk menyewa kontrakan itu.

Bukan tak berusaha untuk mencari tempat lain, namun ada saja kriteria yang tak sesuai, mulai dari lokasi yang terlalu jauh dari tempat kerja Yeni, perkara harga sewa, sampai dengan bangunan kontrakan yang adanya di lantai 3.

Namun semua balada nyari kontrakan itu kini telah berakhir. Saat ini Hayat dan Yeni tinggal fokus menata visi dan misi rumah tangga mereka. Terlebih Hayat sebagai kepala rumah tangga. Ia dituntut untuk mampu membimbing istrinya, dan anak-anaknya kelak, insyaa Alloh. Membimbing untuk menuju ke syurga-Nya Alloh. Saling mengingatkan dalam kebaikan, saling memahami dan berlemah lembut terhadap pasangan. Adapun Yeni, kini bisa memulai fokusnya untuk membantu Hayat membangun rumah tangga. Menata kehidupan selayaknya menata tempat tinggal mereka saat ini. Semoga dengan tempat tinggal yang lebih baik, peran mereka dalam menjalani kehidupan pun diharapkan menjadi lebih baik dibandingkan sebelum mereka menikah. Baiti Jannatiy, insyaa Alloh.




Jumat, 24 Januari 2020

Mencintai-nya Bersamamu

20 Desember 2019

Hari istimewa itu semakin dekat. Prosesi sakral yang dinanti akan segera tiba. Tak menunggu lama usai proses khitbah pada 12 Oktober 2019, persiapan berkas KUA, pembuatan undangan dan cinderamata, hingga dana untuk jamuan dan hal darurat pun telah dipersiapkan. Momen walimah yang terwujud dari rangkaian do'a-do'a selama ini pun tiba.

Ia menguatkan azzam-nya, memasrahkan semua hal kepada-Nya. Bismillah, gadis 26 tahun itu pun beberapa detik lagi akan sah menjadi pendamping hidup seorang pria Sunda yang sebaya dengan dirinya.

21 Desember 2019

Tanpa kendala berarti, acara tanggal 21 Desember 2019 itu pun berlangsung lancar. Karib kerabat dan teman dekat hadir menikmati hidangan dan suasana resepsi yang alhamdulillah berlangsung khidmat.

"Berkah yang dicari," tutur mereka kompak.

Meski terpaksa tak bisa menerapkan seutuhnya teknis walimah secara syar'i karena terkendala beberapa kondisi, kedua mempelai cukup bahagia dengan tatanan rias dan pakaian syar'i, serta dentuman lagu dangdut yang minimal bisa digantikan dengan alunan nasyid Islami. Yang lebih penting lagi, momen pelafalan ijab kabul oleh sang mempelai pria pun terucap lancar tanpa perlu pengulangan.

27 Desember 2019

Genap sepekan, pengantin baru itu pun kembali ke perantauan setelah sebelumnya berkeliling ke beberapa tempat wisata alam yang berada di kaki gunung Ciremai.

Dibawanya beberapa bingkisan yang dihadiahkan teman dan kerabat. Kini, saatnya mereka berdua saling berpegangan tangan menjalani peran dalam kehidupan. Berbekal nasehat dari orangtua dan beberapa potret momen walimah yang tersimpan dalam gawainya, mereka menumpangi kereta menuju kota.

Beberapa peristiwa di luar rencana terjadi. Jadwal tiba kereta yang molor hingga sepeda motor yang dikirimkan beberapa hari sebelumnya tak bisa diambil karena kantor pengiriman logisitik kereta telah tutup seiring tibanya senja pada hari itu. Ditambah lagi dengan kondisi kontrakan yang belum dibersihkan oleh sang pemilik menjadi bumbu-bumbu yang mewarnai kebersamaan diawal pernikahan mereka.

Bermodalkan pencarian tempat menginap murah via internet, malam itu mereka berjalan bersama rintik gerimis dan ransel berisi pakaian ganti untuk sehari. Jadilah malam itu mereka kembali meninggalkan kontrakan yang baru mereka sewa dua pekan sebelum hari pernikahan.

"Seru tahu!" kata sang suami sambil menggenggam tangan istrinya.

Usai turun dari kendaraan yang dipesan online, mereka berjalan kaki menyusuri gang cukup besar yang kurang penerangan. Nampak pipi sang istri baru saja kering dari basahnya air mata yang mewakili perasaan lelah, sedih, dan kesalnya.

"Aku gak nyalahin kamu kok," kata sang suami setibanya di penginapan.

Jurus diam seribu bahasa sang istri pun berakhir setelah ia dihadiahi sebuah pelukan menenangkan dari sang suami.

Memang, berantakannya rencana yang telah disusun diluar kendali cukup memancing emosi dan menimbulkan ketidaknyamanan diantara mereka berdua. Sang istri merasa serba salah saat melakukan segala hal. Sepanjang hari itu, ia memberi judul "tinggi" untuk nada bicara sang suami kepadanya. Meski akhirnya sang istri tahu bahwa suaminya tak bermaksud seperti apa yang ia simpulkan sendiri.

Akhirnya, malam itu mereka tutup dengan memesan sepiring nasi goreng dan dua sebotol air mineral. Sajian yang dirasa cukup lezat untuk disantap sang suami karena rasanya yang pedas. Adapun sang istri hanya bisa menikmati hangatnya baluran minyak kayu putih kemasan mini yang sengaja ia pesan ke OB (Office Boy) penginapan. Sang istri masuk angin.

28 Desember 2019

Tiba waktu pagi, sang suami bergegas menuju KA Log (Kereta Api Logistik) Bekasi untuk mengambil kiriman sepeda motor. Tak sampai 2 jam, ia pun kembali dengan tentengan berisi 2 bungkus bubur ayam dan tak ketinggalan beberapa tusuk sate ati-ampela.

Petualangan pun dimulai. Usai menyantap sarapan, mereka bergegas check-out dan meluncur menuju toko perabotan untuk membeli kasur beserta alat kebersihan. Lanjut menuju kontrakan, mereka pun berbagi tugas. Pagi itu, mengepel lantai dan membersihkan kamar mandi menjadi lahan garapan sang suami. Sang istri pun wara-wiri membantu sang suami. Ia bertugas mengambil sisa barang-barang yang dititipkan pada teman kosnya sebelum menikah, membeli lampu bohlam, hingga berbelanja cairan pembersih kamar mandi dan lantai rumah.

Sebagian tugas merapikan kontrakan pun selesai. Ekspresi lelah hadir di wajah keduanya. Meski begitu, sebelum magrib sang suami telah bersiap menuju masjid. Aura kagum nampak pada mata sang istri saat melihat penampilan suaminya yang nampak rapih ketika hendak memenuhi panggilan shalat di masjid.

---

"Nanti hadir ya, Pak!" sayup terdengar suara tetangga yang mengajak sang suami mengobrol.

"Kenapa, yang?" tanya sang istri.

Rupanya akan digelar arisan warga yang rutin dilaksanakan di lingkungan tempat tinggal mereka. Namun sayang, sang suami yang kelelahan tak bisa memenuhi undangan dari tetangganya tersebut. Niat hati ingin memanfaatkan undangan itu sebagai momen berkenalan dengan tetangga baru, apalah daya malam itu mereka harus menutup hari dengan beristirahat diatas kasur baru yang diantar pelayan toko furniture beberapa jam sebelumnya.

30 Desember 2019

Usai sudah masa cuti sepasang pengatin baru itu. Mereka kembali ke rutinitas semula. Sang suami bekerja di sebuah rumah sakit di barat Jakarta dan sang istri bekerja di salah satu perusahaan start up yang berlokasi di selatan Bekasi.

Sambutan sumringah didapati sang istri dari rekan-rekan kantornya. Julukan "pengantin baru" pun dilayangkan oleh sang atasan padanya. Ia hanya tersipu malu sambil meng-aamiin-kan doa yang ditujukan padanya. Beberapa paket berisi bingkisan kado dari teman dan sahabat-sahabatnya pun berdatangan. Mulai dari cover tempat tidur sampai dengan perkakas rumah tangga. Hadiah-hadiah tersebut sangat bermanfaat baginya.

"Hanya Alloh yang bisa membalas kebaikan mereka," batin si istri.

---

Hari itu menjadi hari pertama dan terakhir bagi sang istri ngantor. Bukan karena resign, namun karena keesokan harinya kantor diliburkan selama sepekan dalam rangka tahun baru. Momen yang tepat baginya untuk menjalin bounding bersama sang suami.

Beberapa aktivitas sebagai seorang istri pun ia lakukan sepanjang waktu liburan. Mulai dari berbelanja, memasak, mencuci, hingga berdandan. Ritual menyambut kepulangan suami usai bekerja menjadi hal yang mendebarkan baginya.

Sejauh ini, apa yang dimasak sang istri selalu habis dilahap sang suami. Sang istri bahagia akan hal itu meski tak setiap hari ia memasak.

Adapun semasa gadis sang istri bebas mencuci pakaian kapan saja, namun kini ia mewajibkan diri untuk mencuci dua kali sepekan. Hal itu ia lakukan mengingat seragam sang suami yang terjadwal di hari-hari tertentu.

31 Desember 2019

Hari ini kali pertama bagi sang istri ditinggal dinas malam oleh sang suami. Tangis sang istri pun terurai seiring turunnya tetesan hujan yang semakin deras.

"Aku khawatir sama kamu," rengek sang istri.

Rupanya ia merasa sedih saat harus melepas suaminya untuk pergi bekerja saat kondisi menjelang petang dan diiringi hujan deras.

"Jangan nangis. Doain aja. Aku malah jadi bingung kalo kamu nangis terus," tutur sang suami.

Tak ada pilihan lain. Hanya doa yang bisa dibumbungkan oleh sang istri ke Arsy-nya.

Sejak saat itu, secara perlahan rasa cinta dan kasih mulai terbangun. Sang istri mulai memahami bagaimana perkara menikah bukan hanya urusan bahagia, namun ada pengorbanan, perjuangan, bakti, dan juga saling menerima.

"Selamat tinggal 2019, selamat datang 2020. Dengan bismillah, kuyakini untuk terus mencintai-Nya bersamamu," kata sang istri dalam catatan harian miliknya.