Selasa, 30 Agustus 2016

Catatan Harian Mahasiswa PPL: Hari Kedua PPL

Seperti biasa, tepat pukul 07.00 WIB aku berangkat ke TK. Berdoa bersama guru dan kepala sekolah lalu mengajari anak-anak membaca buku Iqra menjadi rutinitas pagi hari sebelum berbaris di halaman. Seiring berjalannya waktu, aku terus berusaha untuk menghafal lagu anak-anak, doa sehari-hari, hadits, dan terjemahan surat-surat pendek. Membuat RPPH, mengisi penilaian perkembangan anak, dan mendata kehadiran anak juga menjadi rutinitasku. Mengkondisikan anak-anak masih menjadi kendala bagiku. Tapi kepala sekolah dan guru-guru senior dengan baik hati membantuku untuk menyelesaikan tugas-tugas di sekolah.
Hari ini anak-anak terlihat begitu antusias untuk membuat finger painting dan menebalkan huruf hijaiyah. Naza masih lucu dan manja dengan memegang tanganku untuk menuju kamar mandi hanya untuk sekedar cuci tangan sebelum makan dan duduk di pangkuanku ketika waktunya pulang. Si endut Azhar masih lucu dan tidak mau diam. Ia selalu berlari kesana kemari dan belum bisa mengikuti instruksi guru. 
Mereka menggemaskan dan selalu membuatku tersenyum. Semoga rindu selalu hadir disaat aku tidak bertemu dengan mereka agar niatku mengajar bukan hanya untuk memenuhi kebutuhanku untuk menimba ilmu, tapi karena memang rasa kasih sayang yang tulus untuk mengiringi tumbuh kembang mereka sampai usia 6 tahun. Semoga.

Serang, 30 Agustus 2016

Senin, 29 Agustus 2016

Catatan Harian Mahasiswa PPL: Hari Pertama PPL



Hazel
Hari ini adalah hari pertama aku kembali melanjutkan PPL yang tertunda. Dari 16 praktek mengajar yang harus aku lakukan di TK, total sudah 7 kali aku menyelesaikan praktek termasuk satu kali diantaranya yang baru kumulai lagi hari ini. Awalnya aku bersama 3 orang temanku tergabung dalam satu kelompok PPL di TK Aisyiah 1 Kota Serang, namun hanya dua orang yang berhasil menyelesaikan PPL tepat waktu. Aku sendiri harus berangkat internship ke Thailand dan satu orang lagi sakit dan harus istirahat total dari semua aktifitas kampus. Kini tinggal 9 kali lagi praktek yang harus aku selesaikan. Target PPL-ku selesai minggu depan. Minggu ini aku fokus praktek mengajar di kelompok A dan minggu depan praktek mengajar di kelompok B. Selepas PPL, aku akan tetap mengajar di TK itu sampai April atau Agustus tahun depan. Statusku bukan lagi mahasiswa PPL, tapi guru honorer TK swasta. Insha Alloh kesempatan menjadi guru honorer ini akan aku manfaatka dengan sebaik mungkin mengingat hal tersebut merupakan bekal ilmu bagiku untuk melanjutkan S2 PG PAUD.
Faza
Azhar dan Kaisya
Melakukan PPL sendirian tanpa teman satu kelompok tak melulu terasa sulit. Bahkan kali ini aku merasa bebanku lebih ringan untuk menyiapkan media dan RPPH (Rencana Program Pembelajaran Harian). Kepala sekolah dengan baik hati mempersilahkan aku untuk menggunakan media yang ada di kelas. Alasannya ya karena PPL yang aku lakukan ini sekaligus membantu proses pembelajaran di sekolah TK tersebut yang kekurangan guru. Dengan begitu, beban biaya dan tenaga bisa lebih efisien bagiku yang sudah bukan lagi mahasiswa penerima beasiswa.

Masih Hazel^^
Semangat dan motivasi terus aku kumpulkan setiap hari. Setiap paginya aku selalu tersenyum dan memotivasi diriku sendiri dengan kalimat “aku adalah pribadi yang penuh semangat, gembira, ceria, dan selalu jadi yang terbaik dalam setiap harinya”. Sedikit demi sedikit anak-anak di TK Aisyiah mulai kuhafal namanya satu per satu, mereka pun mulai akrab denganku. Strategi pembelajaran makin kukuasai seiring bergantinya hari. Tugas-tugas administrasi sekolah pun dengan ringan dapat aku selesaikan. Satu resep lain yang manjur untuk menyelesaikan tugas-tugas yang menanti, Al Quran. Bismillah, besok hari kedua PPL, semangat! 

Sabtu, 27 Agustus 2016

23 di 24

Hari ini genap 23 tahun usiaku. Kemarin, sebuah harapan sederhana kutautkan dalam doa agar aku mendapatkan lowongan mengajar. Tak spesifik pintaku, dimana saja, asal aku bisa belajar mengajar anak-anak usia dini selama masa-masa penantianku untuk wisuda April tahun depan. Tujuannya, agar setelah lulus S1 aku bisa melanjutkan S2 PG PAUD. Jika memang Alloh mengizinkan, aku ingin menjadi dosen PG PAUD. Bukankah untuk mengajari calon guru PAUD, si dosen harus memiliki pengalaman mengajar anak usia dini di lingkungan PAUD?
Doaku itu kulakukan selepas shalat ashar, tak biasanya. Menjelang maghrib, sungguh ajaib karena tak butuh waktu lama aku mendapatkan jawaban dari-Nya. Sebuah pesan masuk ke ponselku. Pesan dari kepala sekolah TK Asyiah 1 Kota Serang yang memintaku untuk membantu mengajar di kelompok A dikarenakan gurunya yang sedang cuti berangkat haji. Aku langsung menerima tawaran itu dengan senang hati. Tepat di hari ulang tahunku hari ini, TK Aisyiah 1 menjadi tempat paling meriah selama ulang tahunku. Riuh rendah dari canda tawa anak-anak yang berlarian memanggilku “bu guru” menjadi kado paling spesial. Mereka tak pernah tahu bahwa mereka telah memberikan kado terindah pada hari ulang tahunku yang ke-23.
Alamak 23 tahun! Doa yang kudapatkan bukan lagi agar bertambah pintar di sekolah, tapi semoga dimudahkan mengerjakan skripsi dan bertemu jodoh! Teganya. Tapi tetap aku aamiin-kan karena sejauh ini doa-doa tersebut doa yang baik bagiku, hanya iringan nada sindiran dan tawa kecil mereka-mereka yang menyampaikannya saja, sedikit mengganggu. Sudahlah.


Oiya, dan apa pula adik-adik tingkatku datang membawa kue ke kamarku! Aku bukan anak kecil lagi, please! Parahnya lagi kalian tak memberi kue itu lilin angka karena tak ingin menyinggungku yang 23 tahun ini. Tapi, terima kasih banyak atas usaha dan doanya. 

Rabu, 24 Agustus 2016

Lembaran Baru bagi Si Anak Tunggal

Esok hari usianya genap 23 tahun. Alhamdulillah ia masih istiqomah menjomblo hingga jodoh atau entah ajal yang menjemputnya terlebih dahulu. Tahun demi tahun dilewatinya dengan kesempatan besar untuk mencatat apa-apa yang terjadi ketika tanggal lahirnya tiba. Meskipun catatannya tak sebagus Catatah Hati Seorang Istri karya penulis ternama, Asma Nadia. Entah sampai kapan itu akan terus dilakukannya. Hanya rasa syukur yang dapat terucap karena bisa bertemu lagi dengan bulan Agustus tanggal 24. Ia belum bisa membayangkan jika tiba masanya ia dipanggil Sang Maha Kuasa. Tapi satu pintanya agar ia diijinkan untuk membanggakan kedua orang tuanya di dunia serta menjadi anak yang shaleha. Di tahun ini banyak sekali hal baru yang ia lakukan. Terlebih setelah pulang dari Thailand, resiko melanjutkan study hingga semester 9 membuatnya terpacu untuk lebih semangat dan mandiri mengingat kini ia bukan lagi mahasiswa penerima beasiswa. Kawan se-angkatannya akan di wisuda bulan ini, tepatnya esok hari. Dan yang lebih menyedihkan adalah hari wisuda yang sama dengan hari ulang tahunnya sedangkan ia harus mengundur waktu wisuda hingga bulan April tahun depan dikarenakan skripsi dan PPL-nya yang mandeg. Perih!
Orang-orang disekelilingnya terus memberikan motivasi bahwa semester 9 yang harus dijalaninya toh bukan karena ia lalai, tapi karena kesempatan besar untuk Internship di Thailand. Apalah arti kata-kata itu jika toh yang merasakan tetaplah ia, si anak tunggal. Kini ia harus berjuang tanpa kawan. Kawan dalam artian teman-teman satu kelasnya. Tapi yang tetap membuatnya bahagia ialah bahwa kini ia telah keluar dari kosannya yang lama. Kemarin ia pindah ke sebuah rumah dengan biaya sewa Rp1,3 juta per orang selama satu tahun yang telah mencakup biaya listrik. Rumah tersebut menjadi tempatnya bernaung dari godaan syetan yang terkutuk. Eh beneran! Karena kini ia merasa imannya sering kali lemah. Ia bak seekor domba ditengah padang rumput yang kapan saja bisa dimangsa sang serigala. Maka dari itu, ia lebih memilih untuk berkumpul dengan “domba” lain agar setidaknya “sang serigala” sulit menerkam. Tahu-kan maksud ungkapan yang disebutkan tadi? “Domba” adalah teman-teman shaleh dan “sang serigala” adalah hal-hal yang melalaikan alias datangnya dari syetan.
Meski diantara penghuni rumah itu hanya ia seorang yang berstatus “mahasiswa semster 9”, tapi ia mengaku bahwa suasana baru di rumah tersebut lebih baik dari sebelumnya. Canda tawa, saling mengingatkan, shalat berjamaah, saling memotivasi untuk tilawah dan membaca Al Matsurat menjadi pelipur kegalauannya yang sedang berjuang sendiri. Selain itu, telah lama ia mengalami futur. Dimana amalan-amalan yang biasanya ia lakukan lambat laun pudar. Kini ia bertekad untuk bangkit. Semangatnya bertambah ketika ia mendapatkan pesan masuk dari kepala sekolah TK tempatnya PPL untuk menjadi guru pendamping sementara dikarenakan salah satu guru kelas A yang sedang cuti untuk melakukan ibadah haji.
Jika karunia sebesar itu telah datang padanya, sayang jika rasa syukur hanya tertaut lewat doa. Bismillah ia bisikkan pada hatinya bahwa ia mampu mengumpulkan seluruh tenaga dan keinginan untuk  bangkit kembali dari ke-futur-an. Ia berusaha untuk mengencangkan frekuensi tilawah hariannya. Iabersemangat untuk membekali dirinya dengan tilawah minimal 1 juz karena akhir-akhir ini ia tahu bahwa semangatnya dan keteraturannya menyelesaikan suatu pekerjaan berasal dari tilawah.
Bismillah ya anak tunggal. Tumpuan orang tuamu ada di pundakmu. Apalah arti tekadmu tanpa niat lillah. Selamat menjalani lembaran baru ya anak tunggal!


Serang, 23 Agustus 2016