Kamis, 28 Januari 2021

Cerita #3 Telur Oranye

 



Alhamdulillah kini aku berada di tahap ketiga, yaitu tahap Telur Oranye kelas Bunda Cekatan. Disini aku diarahkan oleh Peri Hutan dan Kunang-kunang untuk dapat belajar cara belajar.


Aku menjatuhkan satu pilihan, yaitu belajar menggambar kartun. Awalnya aktivitas menggambar kutaruh di kuadran "tidak bisa dan tidak suka" pada Telur Hijau. Namun saat memasuki tahapan Telur Merah, bermain dan belajar bersama anak adalah salah satu hal yang kutempatkan di kuadran "penting dan mendesak".

 
Aku dapat mengatakan bahwa aku beruntung karena selain muncul keinginan pada diriku sendiri untuk bisa dan mau belajar menggambar, kesempatan untuk mengikuti kelas menggambar kartun pun datang begitu saja bak gayung bersambut. Berawal dari iklan di salah satu media sosial, aku menemukan kelas menggambar kartun dengan biaya dan jadwal yang sesuai dengan kondisiku saat ini, yaitu ibu dari satu orang anak (3 bulan) yang harus menyelesaikan tugas domestik plus bekerja di ranah publik. 

Metodenya dengan belajar daring via website. Aku bisa mengakses kelasnya kapan saja, dan dimana saja. Biasanya aku akan mulai praktek menggambar pukul 21.00 s.d 22.00 WIB. Kertas bekas, spidol, dan pensil menjadi alat belajar menggambar bagiku. Biasanya aku akan melihat file PDF dan video tutorial untuk mempraktekkan cara menggambar. Mentorku ialah owner kelas menggambar di website tersebut. Aku bisa leluasa bertanya atau meminta review atas hasil gambarku jika diperlukan.

Rasa yang mendasari keinginanku untuk belajar menggambar kartun adalah rasa "INGIN BISA" dan tentunya aku bahagia menjalaninya. Saat menggambar, aku merasa sedang me-refresh hati dan pikiran. Rasanya bukan seperti sedang belajar, tapi seperti sedang bermain. Hehehehe.

Menemukan Cara Belajar

Setelah sekian lama, baru kali ini aku menyadari bahwa penting bagi kita untuk bisa mengatakan bahwa kita tidak tertarik pada suatu hal yang sebetulnya menarik perhatian kita.

Ternyata, selama ini aku telah beberapa kali memutuskan dan menjalani hal atau aktivitas atas dasar ketertarikan tanpa memiliki strong why atau dalam hal ini disebut "tujuan belajar" yang jelas.

Namun lagi-lagi aku beruntung karena mengikuti kelas Bunda Cekatan. Kini aku mencoba meletakkan beberapa alasan yang menjadi strong why-ku.

1. Tujuan Belajar

Bahagia adalah hal pertama yang menjadi tujuan belajarku saat memutuskan untuk menekuni keterampilan menggambar kartun. Selain itu, aku juga memiliki kebutuhan berupa bekal untuk bisa membersamai anak saat bermain dan belajar.

Seiring berjalannya waktu, secara tidak langsung jam terbangku pun akan bertambah. Aku selalu ingat: "One bite at a time". Perlahan namun pasti, aku ingin menjadi bisa untuk kemudian mahir menggambar kartun agar kelak aku bisa membuka kelas dan menjadi mentor menggambar kartun.

2. Sumber Ilmu

Kelas menggambar kartun aku ikuti melalui website. Disana aku diharuskan mendaftar terlebih dahulu. Setelah resmi menjadi anggota, aku  memiliki akun dan kata kunci untuk mengakses materi. Medianya berupa video dan file PDF. Tak jarang suamiku pun turut mengajari dan memberikan masukan-masukan dalam hal cara menggambar. Tentunya sesekali aku juga berinteraksi dengan pemilik kelas untuk meminta review dan menanyakan beberapa hal terkait materi yang disampaikan.

3. Ilmu yang saya perlu

Sebagai pemula, tentunya aku perlu untuk terbiasa melemaskan jari-jemariku. Dalam kelas tersebut, aku diberikan materi dasar berupa cara membuat border yang diawali dengan membuat titik, garis, panah, dan sebagainya.

Ilmu untuk membuat benda-benda dan suasana lingkungan sekitar merupakan materi yang harus aku kuasai di tahap berikutnya. Terakhir, ilmu menggambar objek warna-warni juga aku perlukan agar karya yang aku hasilkan lebih menarik.

4. Cara belajar saya

Aku ingin belajar dalam kondisi nyaman dan tenang. Aku memilih waktu malam hari karena biasanya anakku sudah terlelap. Tapi, jika ada waktu senggang saat di tempat kerja, aku tak ragu untuk membuka akun belajarku dan sedikit mempraktekkan cara-cara menggambar yang disampaikan didalamnya.

Seperti yang dikatakan Kunang-kunang beberapa hari yang lalu, "Aku ini unik, menarik, dan ektrinsik. So, don't compare! Percaya diri aja!"

Bismillah...

Selasa, 19 Januari 2021

Cerita #2 Telur Merah

 


Alhamdulillah tiba di tahapan kedua, yaitu Tahap Telur Merah. Di tahap ini aku telah menemukan hal penting dan mendesak untuk dilatih atau ditekuni dalam rangka meningkatkan kompetensi dan kebahagiaanku sebagai seorang pribadi, istri, dan ibu bagi anakku.


Sebagai seorang ibu, aku menyukai aktivitas bermain dan belajar bersama anakku. Menggambar adalah aktivitas yang bisa memadukan antara kegiatan bermain dan belajar. Usia anakku memang baru menginjak 3 bulan. Ia belum bisa diajak melakukan banyak aktivitas. Kelak saat usianya menginjak 6 bulan, ia membutuhkan MPASI. Untuk mendukung persiapan MPASI tersebut, maka aku juga mencantumkan manajemen MPASI sebagai hal yang penting dan mendesak untuk aku pelajari.

Sebagai seorang pribadi, aku merasa sangat tertarik untuk belajar menggambar. Aku bahagia melakukannya. 

Sebagai seorang istri, aku ingin mengulaskan ceritaku bersama suamiku dalam bentuk gambar yang lucu. Aku berharap nantinya karyaku dapat menginspirasi dan bermanfaat.

Aku masih kurang memberikan perhatian untuk mulai melatih keterampilan menggambar. Setelah kehadiran anak pertamaku, aku memutuskan untuk mempelajari lebih dalam cara menggambar. 

Selanjutnya, aku butuh belajar dan melatih keterampilan menulis. Bisa kukatakan bahwa aku bisa dan suka menggambar serta menulis. Bisa dalam arti di tahapan pemula. Aku perlu melatihnya untuk menambah jam terbang. 

Menulis adalah hal yang aku lakukan dalam rangka mendokumentasikan beberapa aktivitas yang aku lakukan serta media terapi untuk meluapkan perasaan yang aku rasakan. 


Kini aku sedang mengikuti 3 kelas belajar, yaitu Rumah Belajar Menulis IP Jakarta, Kelas Menggambar Kreasita, dan Kelas Bunda Cekatan. Bismillah, semoga aku bisa terus memahami potensi diriku untuk kemudian menuliskannya dalam jurnal ini.







Jumat, 15 Januari 2021

Cerita #1 Telur Hijau

 


Dear diriku,
Selamat datang di Hutan Kupu-Kupu!
Selamat berpetualang lagi! 
Setelah beberapa waktu lalu berlibur di Hotel Asyik, kini saatnya bersemangat kembali untuk terus menggali potensi diri di Hutan Kupu-Kupu bersama Peri Hutan dan Kunang-kunang. Mereka sangat baik hati dan keren. Buktinya aku dikasih bekal berupa ransel, teropong, dan peta untuk menjelajahi hutan.




Tahap pertama dalam penjelajahan ini adalah Tahap Telur. Aku sangat antusias untuk menjelajah. Selama 7 bulan kedepan, aku bertekad untuk konsisten dan cermat dalam menyelesaikan tantangan dengan strategi yang telah aku atur secara rapih. Aku tidak ingin ketinggalan lagi seperti tahun lalu. 


Dalam mengerjakan bagian ini, aku mulai menuliskan hal yang aku bisa dan aku suka, yaitu menulis artikel, menari/senam, rebahan sambil baca buku, berkebun, dan bermain bersama anak. 

Kemudian saya juga menuliskan hal yang bisa saya lalukan, namun saya tidak menyukainya, yaitu meliputi pekerjaan-pekerjaan domestik, seperti beres-beres, nyapu/ngepel, menyetrika, dan belanja. Bukan tanpa alasan, mengerjakan pekerjaan domestik dalam beberapa kondisi memang cukup bersemangat bagiku. Tapi jika sedang bosan, aku merasa enggan untuk menyentuhnya dan sesekali aku menunda untuk menyelesaikannya. Tentu pekerjaan tersebut pada akhirnya akan aku selesaikan juga, namun butuh tambahan waktu hanya untuk sekedar mengembalikan lagi mood dan mulai menyentuh kembali pekerjaan-pekerjaan itu.

Dibagian aktivitas yang aku tidak bisa dan aku tidak menyukainya, aku hanya menuliskan aktivitas make up menggambar, dan mengajar di kelas dengan banyak anak murid. Jujur, aku tidak bisa atau mungkin belum bisa melakukan ketiga hal tersebut. Merasa tidak nyaman dan "bukan aku" pun menjadi beberapa alasan mengapa aku tidak menyukai beberapa hal itu. Untuk make up, aku lebih suka jika orang lain yang membantuku untuk melakukannya. Adapun menggambar, hingga saat ini aku merasa tidak berbakat karena kemampuanku menciptakan gambar tanpa menjiplak sangatlah tidak mumpuni. Yang terakhir ialah mengajar di kelas yang membuatku kelimpungan. Aku seringkali kewalahan saat mengajar di TK. Tak jarang anak-anak sulit dikondisikan. Kondisi akan berbeda jika hanya 1 sampai 2 murid yang aku tangani. Karena hal itulah, sejak tahun 2018 aku berhenti mengajar TK.

Berlanjut ke kategori aktivitas yang aku sukai tapi aku tidak bisa atau belum bisa atau belum mahir melakukannya yaitu berbicara bahasa Turki, menggambar doodle, public speaking, dan tahsin. 

Mengenai bahasa Turki, pertama kali aku mengenalnya pada Oktober 2017 lalu. Hingga kini, aku hanya mengetahui beberapa hal dasar seputar grammar bahasa Turki. Aku belum mahir untuk berbicara dalam bahasa Turki namun aku mencintai budaya Turki. Desember 2019 lalu merupakan kali terakhir aku mengikuti kursus bahasa Turki. Dan hingga saat ini aku masih belum berniat untuk mempelajarinya lagi. Pun dengan Tahsin, aku masih terkendala biaya untuk dapat mendaftar kelasnya. Semoga suatu saat Allah mudahkan. Aamiin. Tinggal menggambar doodle dan public speaking. Sebetulnya aku sudah menguasai beberapa teknik dari kedua bidang tersebut, namun belum pada tingkatan mahir.


Nah, sekarang aku mencoba melacak kekuatan diriku sendiri. Aku meletakkan 5 hal yang aku bisa dan aku suka. Ada bermain dan belajar bersama anak, berkebun, menari atau senam, rebahan sambil baca buku, dan yang terkahir: menulis.

Dari kelima hal tersebut, aku telah mulai belajar menulis bersama Rumah Belajar Menulis Ibu Profesional Jakarta. Mungkin aku akan menyelesaikan satu hal terlebih dahulu untuk kemudian menekuni hal yang lainnya. Semoga aku bisa terus konsisten untuk belajar menjadi kupu-kupu yang cekatan. Aamiin.


Bekasi, 15 Januari 2021


Yena