Selasa, 25 Agustus 2015

Catatan Harianku di Kampung Inggris 1


8 Agustus 2015
Selepas shalat dzuhur aku bergegas untuk berangkat ke stasiun Cirebon. Setelah berpamitan pada emak, mamah, bibi dan suaminya, aku jalan barang satu menit untuk menghalau ojek. Sesampainya di perempatan jalan raya, aku lekas menyebrang—tentunya setelah tukang ojek itu aku beri uang atas jasanya mengantarkanku. Sebelum hampir menghitam karena terik matahari, akhirnya mobil elf yang dinanti pun datang dengan riangnya. *apakali
Belum usai kisahku menuju stasiun. Karena setelah turun dari elf, aku harus nyambung angkot. Ketemulah dengan D6. Naiklah aku. Taraaaam...alhamdulillah dengan mengenakan satu tas gendong dan satu tas jinjing, satu jaket kampus, satu kerudung lebar, tiga peniti, satu baju coklat, satu rok kodok krem, dan satu rok hitam juga celana panjang, aku tiba di depan jalan stasiun Cirebon. *gak segitunya kale
Aku punya waktu sekitar satu jam setengah untuk menanti jodoh *eh maksudnya menanti kereta. Namanya Krakatau, spesienya ekonomi, aku dipersilahkan duduk di hatinya dengan nomor 3D. Awalnya jalan hidupku aku kira akan bahagia bersama Krakatau, ternyata depan dan sampingku adalah bapak-bapak totok jawa. Aku bingung harus bagaimana. Ya sudah aku baca majalah yang sebelumnya telah kubeli, kemudian tidur, kemudian melihat pemandangan, kemudian berpikir keras untuk tetap enjoy dengan perjalanan  menuju rumah mertua. *ya Alloh Yena sadar! Hehe. Ke stasiun Kediri maksudku.
Jam 3 pagi aku tiba di Kediri, begitu dingin, sepi, sunyi, aku benci, pecahkan saja gelasnya! *weleh kumat lagi!
Keluar stasiun, aku bertemu seseorang. Eh, banyak orang deng. Aku jalan, bingung, linglung karena baru bangun tidur, tak seimbang karena terlalu lama duduk di kereta. Aku terus berjalan tanpa menyerah. Aku temukan pintu keluar. Aku melewatinya dengan sedikit gugup. Aku berhasil! Berhasil!*lebay
Setapak demi setapak, tibalah aku di parkiran. Dalam hati aku bertanya-tanya, “mana orang yang akan menjemputku? Padahal aku udah booking dia via online. Aku udah bayar via transfer.” Tiba-tiba terlintas dalam pikiranku untuk balik lagi ke depan pintu keluar. *gubrak
Aku berdiri, aku duduk, aku kebelet pipis. *weleh
Dalam dinginnya pagi, dalam gelapnya dini hari, aku mengepalkan tangan. *dingin soalnya
Aku buka tab-ku, aku touch-touch, tiba-tiba sebuah kejadian menjakujubkan terjadi! Tab-ku berdering! Oh ternyata orang yang akan menjemputku menelponku. Bodohnya lagi dia ada dihadapanku. Andai terang, akan kulihat pula wajahnya yang nampak oneng untuk mencari-cari—sama sepertiku. Hehe
Penampakan gendut, berkumis, kebapak-an, berjaket hitam, dan bertopi. Ia tukang ojek yang menjemputku. Eh bukan-bukan! Dia ngebonceng orang lain. Aku dibonceng mas-mas yang lebih muda dibanding penampakan bapak-bapak yang tadi. *maaf ya, Pak!
Jalanlah motor mas-mas itu. Kasihan. Beban hidupnya berat karena berat badanku dan dua tas yang aku bawa. Haha
Tibalah aku di Kampung Inggris. Sudah ada beberapa orang yang datang. Ramai, tak kenal, aku senang, aku riang! Sayang, tak ada orang karena memang itu masih dini hari.
Paginya, aku sarapan dengan kondisi belum mandi. Aku mendaftar ulang, masih dengan kondisi yang sama, belum mandi. Aku diantar ke camp 8, lalu mandi. Aku tidur, karena udah mandi. Aku ngga shalat, karena lagi ‘halangan’. Aku makan, karena udah bangun tidur. Aku nyewa sepeda, karena aku perlu. Aku pulang lagi ke camp, karena mau ngapain di luar. *ckck
Apakah disana aku sendiri? Tidak. Aku makan dan menyewa sepeda dengan teh Tila, orang Bandung.
Bagaimana kisahku selanjutnya?

To be continue...


                 




Spesial Momen di Bulan Agustus


          Genap 22 tahun usiaku. Rasanya? Hmm campur aduk! Bahagia, sedih, bersyukur, semangat baru, dan sedikit perasaan biasa aja. Hehe. Bahagia karena mamah inisiatif buat bikin nasi kuning dan opor ayam. Ditambah bibi ngedadak bikin bolu. Yeeee......
          Mamah sengaja beli satu ekor ayam jago buat dipotong. Mamah juga niat banget bikin nasi kuning, padahal aku gak minta. Masakan-masakan itu dibagiin ke tetangga deket. I feel like child. Kalo di kita kan biasanya gitu. Anak-anak yang ultah—biasanya dibawah 6 tahun—gak dirayain pake pesta, cukup bagi-bagiin makanan, kaya nasi kuning gini nih. Lah aku? Udah 22 tahun ciiiiin. *hehe
          Ucapan dan doa dari keluarga dan sahabat-sahabatku menambah rasa bahagia. Mamah, Zur, Nelvi, Yuniar, Ing, Bi Yanti, dan bibiku berturut-turut ngasih ucapan dan doa. Ko sedikitan? Biarin. Aku gak perlu banyak orang yang tahu ulang tahunku ko. *berusaha tegar *haha
          Terus kenapa ngerasa sedih? Sedih karena jatah hidup di dunia semakin berkurang. Sedih karena belum banyak prestasi membanggakan yang bisa aku persembahkan untuk keluargaku. Sedih karena paman dan bapakku lupa hari ulang tahunku. Dan sedih karena udah 8 hari masuk anginku gak sembuh-sembuh. *loh?!
          But, so far aku merasa sangat beruntung karena Alloh masih memberikan keluasan pada hatiku untuk terus berusaha bersyukur dan tidak banyak mengeluh. Aku gak ngeluh kok meskipun gak dapet kado. *kode
          Aku ngerasa dapet motivasi baru di momen ini. Aku pengen memperbaharui niat dan planning hidupku. Beberapa target udah tercapai. Aku pengen nyusun lagi list harapanku. Doain aku ya supaya lebih baik lagi. Cita-cita aku jadi wanita sholeha. *eaaa
          Oya jadi sedikit keinget lagi. Tanggal 24 Agustus 2012 lalu tepat kali kedua aku ke Serang. Saat itu aku datang ke Serang untuk dua hari kemudian mengikuti OSPEK. Inget banget, waktu itu lagi arus balik. Ya Alloh kalo diinget-inget aku ngerasa sedih banget. *curhat
          Udah ah. The point is I’m so happy.
Bye...
See you on top!

                   ~Memori 24 Agustus 2015 yang baru ditulis dua hari kemudian~



Hujan yang Dirindukan



Lepas maghrib hujan turun di desaku. Tak terlalu deras, tapi tak terlalu jarang. Airnya cukup membuat basah jalanan dan tanah. Aromanya khas. Hujan yang kedua setelah lama tak berjumpa. Bagi warga di desaku, ini hujan yang pertama setelah sekian lama.
Empat hari lalu, aku merasakan derasnya hujan mengguyur kota Kuningan, hanya di sekitar pusat kota. Saat itu aku bersama kedua sahabatku melepas rindu. Bersantap di sebuah kedai dan seperti biasa shalat di Masjid Agung Kuningan ‘Syiarul Islam’ kemudian ke Taman Kota. Saat asyik di Taman Kota itulah kami bertiga ‘diusir’ oleh hujan yang rintiknya mulai membasahi kain kerudung kami. Lama-lama hujan semakin deras, kami pun sedikit basah kuyup.
Mendekati bundaran lampu merah Cijoho, dua pasang ‘roda dua’ yang kami tunggangi layaknya ‘alien’ tersesat di tengah kota. Kenapa? Karena area turunnya hujan ternyata tidak merata. Hujan turun hanya di sekitar kota. Beruntunglah kami, hmm, mungkin lebih tepatnya “beruntunglah aku”, karena pada saat itu aku dapat berjumpa dengan hujan yang sekian lama dirindukan. Dan sampailah pada hari ini, tak hanya aku, tapi orang-orang di desaku dapat berjumpa hujan. Entah secara merata atau tidak, tapi hujan yang dirindukan itu turun J
Alhamdulillah


18:57:39

Kuliah Kerja Nyata 2015 UPI Kampus Serang



            Kuliah Kerja Nyata atau di UPI lebih dikenal dengan menggunakan singkatan ‘KKN’, telah selesai dilaksanakan oleh kapus daerah Serang. Pelaksanaan KKN di UPI Kampus Serang dimulai tanggal 4 Juni s.d 6 Juli 2015. Seluruh mahasiswa semester 6 dibagi kedalam 14 kelompok. Satu kelompok kurang lebih terdiri atas 14 mahasiswa. Hampir di setiap kelompok, mahasiswa laki-laki hanya dua sampai tiga orang. Ya, mahasiswa laki-laki di kampusku jumlahnya lebih sedikit dibanding mahasiswa perempuan.
            Aku, Novi, Zur, Tatu, Fuji, Fiqih, Apri, Anida, Devi, Amat, Nur, Cucu, Intan, dan Fitri terbagi dalam satu kelompok, yaitu kelompok 10. Pada kumpulan kami yang pertama, Apri dipilih menjadi ketua kelompok dan aku dipilih menjadi sekertaris kelompok. Dalam hati aku hanya bisa berujar, ‘musibah nih ndo ndo’. *oke becanda.
            Kelompokku ditempatkan di desa Tapos, Kec. Cadasari, Kab. Pandeglang. Great place and great people. *hehe. Kami hanya diberi kebebasan untuk memilih kampung mana yang akan kami tempati di desa Tapos tersebut. Dan akhirnya setelah dilakukan beberapa kali survey, tempat yang terbaik bagi kami adalah kampung Lunas Wangi, RT.03/RW.02. Allright.
            Sebelum hari H keberangkatan ke lokasi KKN, semua kelompok melakukan rapat untuk menentukan program kerja, anggaran biaya, barang-barang yang harus dibawa, jadwal piket, dll. Alhasil, dari beberapa acara rapat kelompok yang seringnya jalan di tempat karena anggota-anggota yang super duper sibuk, semua persiapan beres dan kita berangkat ke TKP tanpa kendala berarti, cuma akses jalan yang sangat buruk yang bikin badan kita terguncang-guncang sepanjang perjalanan memasuki desa. ckckJ
            Tiba di kampung Lunas Wangi, turun dari angkot, seeeeeet liat rumah yang bakal ditempatin bareng-bareng selama satu bulan *dengan mata berkaca-kaca, lebay! :D
Alhamdulillah rumah yang kita sewa dengan biaya Rp900.000 (belum termasuk biaya listrik) itu cukup baik. Fasilitas rumahnya cukup lengkap dengan tersedianya 3 ruang kamar tidur, ruang tengah yang cukup luas untuk rapat, ruang depan, kamar mandi, halaman untuk jemuran dan dapur.
Hari pertama di tempat KKN, ofcourse hal yang pertama kita lakuin adalah beres-beres barang. Setelah gotong sana gotong sini, ishoma, dan silaturahmi ke rumah pak RT, akhirnya pada malam hari kita ngelakuin sosialisasi ke warga. Ya intinya ngasih tahu ke warga kalo kita bakalan tinggal selama kurang lebih 40 hari di lingkungan tersebut. Dan di acara sosialisasi itu aku bertugas jadi pembawa acara. Grogi cin. Hehehe :D
            Beres perkenalan, besoknya kelompokku mulai beraksi dengan jurus pendekatan ke warga, sedikit modus, wajah so imut nutupin rasa malu, dan semangat yang membara. Eaaaa lebay! -____-
            Hari kedua kita lebih banyak ngelakuin sosialisasi program kerja dan pendataan terkait target data yang kita butuhkan. Karena kita datang di lingkungan yang baru, otomatis kita harus banyak keliling kampung buat kenalan sama warga. Kegiatan-kegiatan semacam itu ga cuma beres dalam satu hari, tapi kita lakuin selama masa KKN. Maklum, sistem pengumuman secara sekaligus itu kurang efektif, jadi kita pake sistem manual. Besok ada proker, kita sosialisasi, ada proker lagi, sosialisasi lagi. Ya gitu deh. Intinya cape dan seru. Cape, karena seringnya aku jadi transeleter (nerjemahin dari bahasa Sunda ke bahasa Indonesia). Seru, karena pengalaman baru J
            Program kerja gak cukup kita rencanain pra pemberangkatan aja. Selama masa KKN, hampir setiap hari kita ngadain rapat. Agenda rapatnya harus selalu ada perencanaan dan evaluasi. Program kerja dimatengin lagi. Kita sesuain lagi sama keadaan warga di lokasi KKN dan kesiapan kita sendiri. Gak bisa kita ngelakuin suatu program kerja, kalo kemampuan dan kesiapan kita gak memungkinkan. Begitu juga sebaliknya, kita gak bisa ngelaksanain program keja, kalo keadaan masyarakatnya ngga kondusif.
            But, alhamdulillah dari semua rencana yang kita susun, 80% dapat terlaksana dengan lancar dibarengi antusiasme warga yang sangat tinggi. Dan ini nih momen-momen berkesan bareng warga kampung Lunas Wangi selama KKN. 

Nb: Tujuan di-posting-nya foto-fotoku selama KKN semata-matabertujuan untuk menginspirasi para pembaca.