Kamis, 10 Desember 2015

KETIKA AKU TLAH TIADA

Akankah kalian mengingatku?
Akankah kalian turut men-shalatkan-ku?
Akankah kalian turut mendo’a-kan aku?
Akankah kalian mencari akun-akun di media sosialku?
Duhai sobat,
Berusaha mencontoh ia yang begitu shaleha,
Tak ku inginkan kalian menemukan foto-fotoku di media sosial,
Tak ku inginkan kalian mengenangku sebagai pribadi yang buruk,
Tapi apalah daya bahwa raga ini seringkali bertingkah laku munkar...
Sobat...
Aku seringkali mengingat mati,
Tapi tak bisa maksimal untuk terus memperbaiki diri...
Aku seringkali ingin mengajak kalian pada kebaikan,
Tapi tak bisa maksimal karena aku tahu kalian punya pendirian...
Duhai,
Ketika aku tlah tiada...

Akankah orang-orang yang kucinta mendoakanku dan mengetahui doa-doaku yang selama ini kupanjatkan untuk mereka?

KIPAS ANGIN BARU

Ini kisah sekitar satu setengah bulan yang lalu. Kipas angin yang sekarang judulnya bukan baru lagi. Berawal dari percakapan aku dengan pamanku terkait suhu udara di kota masing-masing. Aku di kota Serang dan pamanku di TTU, NTT. Entah apa itu TTU, silahkan kalian cari tahu sendiri (hehehe). Yang jelas TTU adalah nama dari sebuah tempat di NTT alias Nusa Tenggara Timur. Pamanku sedang bertugas disana. Entah apa alasannya, ia tiba-tiba mengirimkan screen shoot suhu udara yang ada pada layar hp-nya. Bingung membalas apa, aku pun melakukan hal yang sama. Suhu udara di Serang lebih panas daripada di TTU. Pamanku mengomentarinya. Aku menimpali dengan bercerita bahwa memang di kota Serang panas dan kebetulan kipas anginku sudah beberapa waktu yang lalu rusak. Aku sengaja tak membeli kipas baru karena tidak ingin membiasakan menggunakan kipas angin.
Entah karena kasihan mendengar kisah keponakannya, pamanku langsung menyuruhku untuk membeli kipas angin dan memberitahuku bahwa ia akan segera mengirimkan uang untuk membeli kipas. Tak hanya itu, pamanku menyuruhku untuk mengirimkan foto kipas angin yang telah aku beli. Ya Salaam...
Aku dibuat geleng-geleng. Pamanku menyuruhku membeli kipas angin pada saat itu juga. Padahal kondisiku “mager” alias malas gerak karena hari mulai menjelang petang. Aku sampaikan bahwa besoknya insya Alloh  aku akan segera membeli kipas.
Karena jadwal agenda yang cukup padat, aku hanya memiliki waktu luang pada malam hari. Bersepedalah aku ketika malam tiba. Tentunya tidak pada larut malam. Aku bersepeda usai shalat magrib. Aku menggoes sepeda menuju salah satu toko di perempatan Pocis—pusat jual beli peralatan elektronik, toko kue, peralatan rumah tangga, dsb, berada di pusat Kota Serang. Jarak dari kosanku ke Pocis tidak terlalu jauh, kurang lebih 15 menit dengan menggunakan sepeda.
Sepanjang jalan aku memutar otak agar uang yang dikirimkan pamanku cukup untuk membeli kipas angin duduk yang bisa memutar ke segala arah dengan harga yang miring agar uang dari pamanku masih bersisa. Di toko pertama, harga kipas angin paling murah adalah Rp75 ribu. Kipasnya tidak bisa berputar ke segala arah. Kipasnya hanya bisa mengarah pada satu arah—seperti kipas sebelumnya yang aku punya. Aku berganti toko.
Di toko yang kedua, aku tidak menemukan harga yang lebih murah. Malah dengan model kipas angin yang sama, harganya Rp25 ribu lebih mahal. Alhasil kuputuskan untuk kembali ke toko yang pertama. Ditengah jalan menuju ke toko pertama, aku putuskan untuk singgah di toko ketiga. Ternyata di toko ketiga kipas angin yang ditawarkan sama dengan toko kedua. Ya sudahlah. Kuputuskan untuk membeli kipas angin di toko pertama. *anak kos yang labil. Ckck
Kini, aku punya kipas angin baru. Sumpah demi apa gak penting banget buat diumumin. Hihi :) 

---------------------------------------------Sekian------------------------------------------------

WELCOME DECEMBER!

Alhamdulillah udah awal desember lagi. Senangnya bentar lagi UAS. UAS di kampusku itu jadwalnya 21 Desember-8 Januari 2015 Tapi barusan kata Bu Fatih—salah satu dosenku—UAS untuk mata kuliah yang beliau ajarkan dijadwalkan akan dilaksanakan antara 14-18 Desember 2015. Alhamdulillah...aku dan teman-temanku akan menyongsong akhir dari semeseter 7, semoga berkah. Aamiin
Januari 2016 sudah dapat dipastikan aku bisa menikmati liburan. Aku harus bersiap menyusun agenda kegiatan selama liburan. Berkebun, membaca buku sebanyak-banyaknya, bertemu teman-teman,  dan tentunya mengerjakan pekerjaan rumah.
Desember bagiku berarti proposal penelitian untuk diajukan kepada calon dosen pembimbingku harus sudah selesai. Proses mencari bahan penelitian, menerjemahkan, mempelajari sistematika penulisan kutipan, daftar pustaka, begadang hingga subuh, uang saku harus dialokasikan lebih besar untuk jatah membeli quota internet, setelah uang habis aku harus menghadapi kesulitan mencari wifi, sakit mata, jenuh, dan home sick menjadi hal yang beberpa minggu terakhir ini aku nikmati. Hal-hal itu sangat nikmat aku jalani, walaupun terlihat menyedihkan, tapi itu lebih membuatku merasa bersyukur dan semakin mengetahui banyak ilmu pengetahuan, dibandingkan dengan rasa galau dan down ketika sebelum aku mempersiapkan untuk mendaftar program magang di luar negri.
Ya, aku telah mendaftar program magang bagi mahasiswa S1 di Thailand. Paspor yang aku ceritakan kemarin adalah untuk melengkapi persyaratan mendaftar. Sebelum semua itu, perasaanku dilanda kegalauan. Aku terpuruk. Dan ketika mendapat info untuk mendaftar program ini, aku merasa mendapatkan ‘hadiah’ dari Alloh. Alloh seakan-akan mengalihkan kegalauanku pada hal lain yang tak kusangka-sangka sebelumnya. Melalui Direktur di kampusku, Alloh memberikanku kesempatan untuk terus mengembangkan diri. Alhamdulillah...

Sebagai salah satu rangkaian persiapan untuk keluar negri, aku mengikuti Sekolah TOEFL yang diselenggarakan oleh Budi Waluyo—pemuda Bengkulu penerima beasiswa di Inggris dan Amerika. Selain itu aku pun mengikuti kegiatan Menggapai Cita-citamu (MCC) atau Reaching Your Dream (RYD) di kampus. Aku merasa semakin bersemangat untuk melakukan yang terbaik. Aku yakin aku pasti bisa. Bismillah, welcome December!

Ditulis pada tanggal 1 Desember 2015

407

Semenjak mengikuti Sekolah TOEFL yang diselenggarakan oleh Budi Waluyo, aku semakin bersemangat untuk belajar TOEFL. Aku rutin mengunduh handbook, mengerjakan Question of The Day, mengerjakan exercise-nya, dan mengikuti TOEFL Prediction, GRATIS! Bayangkan betapa mulianya ilmu yang dimiliki oleh kak Budi! Subhanallah...
Pada tanggal 4 Desember lalu, skor TOEFL siswa ‘Sekolah TOEFL’ yang mengikuti tes diumumkan—tidak semua siswa ‘Sekolah TOEFL’ mengikuti Prediction Test. Untuk pertama kalinya aku mengikuti tes, aku mendapatkan skor 407. Entah apa yang harus aku rasakan. Tapi aku merasa sedih karena skor-ku belum mencapai 550. Tapi, aku berusaha untuk menghibur diri bahwa ini adalah tes TOEFL pertama bagiku. Aku juga mengintropeksi diri dan memotivasi diriku sendiri. Aku berkata dalam hati bahwa “mungkin usahaku belum maksimal, masih ada tiga kali tes prediksi lagi, aku pasti bisa! Aku harus lebih baik!”. Bismillah...
Tak hanya belajar TOEFL di ‘Sekolah TOEFL’, aku juga sempat belajar TOEFL di kegiatan MCC (Menggapai Cita-Citamu)—salah satu kegiatan yang ada di kampusku. Kenapa aku aktakan “sempat”? Karena aku tidak bisa mengikuti kegiatan pembelajaran secara full. Dari sekian pertemuan, aku hanya mengikuti dua kali. Saat pertemuan ketiga, agendaku bentrok dengan kuliah. Awalnya mentor MCC akan memfasilitasi peserta MCC untuk mengikuti Tes Prediksi TOEFL. Setiap peserta harus membayar Rp225 ribu. Hal tersebut dikarenakan tes prediksi akan difasilitasi oleh salah satu lembaga kursus bahasa Inggris yang ada di Serang. Pembelajaran dirancang semenarik mungkin agar peserta MCC bersemangat. Ada reward diskon Rp50 ribu bagi kelompok yang memiliki skor paling tinggi (pembelajaran untuk TOEFL ini menggunakan sistem kelompok, satu kelompok terdiri atas tiga orang). Aku sangat bersemangat. Aku selalu berusaha untuk menjawab pertanyaan dan maju ke depan kelas untuk memenuhi tantangan teteh mentor. Tapi ujung-ujungnya aku harus ikhlas karena aku tidak bisa mengikuti lagi pembelajaran untuk persiapan tes prediksi TOEFL itu.

Hingga pada akhirnya sore tadi aku melihat informasi di grup facebook MCC. Teteh mentor mem-posting pengumuman bahwa tes prediksi TOEFL tidak dapat dilaksanakan karena lembaga yang bersangkutan tidak menyelenggarakan tes untuk bulan ini. Selanjutnya postingan tersebut menginformasikan bahwa peserta MCC yang telah ‘tereliminasi’ dapat mengikuti tes prediksi pada tanggal 11 dan 14 Desember, peserta tambahan tersebut dibatasi sejumlah 8 orang saja. Tes ini gratis, berbeda dengan tes yang direncanakan sebelumnya. Dan untuk bisa mengikuti tes tersebut, peserta harus daftar dengan menulis komentar pada postingan yang dikirim teteh mentor tersebut. Selain itu peserta juga harus datang 15 menit sebelum tes dimulai dengan membawa pensil dan KTP (entah KTP untuk apa, hehe). Tanpa berpikir panjang, aku langsung menulis komentar setelah sebelumnya bertanya pada teteh mentor dan salah satu panitia MCC. Aku langsung sekaligus memilih untuk mengikuti pada kedua hari tersebut. Bismillah... aku butuh percepatan. Ini salah satu usahaku. Semoga Alloh meridhoi langkahku. Aku pasti bisa. Yakin!

Kamis, 05 November 2015

Holding Hands For Golden Age Generation

Oleh
Yena Agustin
(Ditulis dalam Rangka Partisipasi Lomba Essay yang diselenggarakan oleh IMPPASI "Ikatan Mahasiswa PG PAUD Seluruh Indonesia)

Generasi yang berusia 0 – 9 tahun dan 15 – 19 tahun pada saat ini diprediksi akan menjadi warga negara usia 35 – 44 tahun dan 45 – 54 tahun saat Indonesia berusia 100 tahun (1945 – 2045). Dengan demikian, anak-anak usia sekolah pada masa kini akan dipersiapkan untuk menjadi tenaga kerja dan calon pemimpin pada saat Indonesia berusia 100 tahun kelak (Suparlan, 2014).  Pada periode usia sekolah tersebut, termasuk didalamnya adalah peserta didik anak usia dini. 
Peserta didik anak usia dini adalah anak yang berusia 0-6 tahun (Luluk, 2014). Secara lebih spesifik Isjoni (2014:61) menyatakan bahwa “anak usia 4-6 ahun merupakan bagian dari anak usia dini yang secara terminologi disebut sebagai anak usia pra sekolah”. Alasan mengapa anak usia dini merupakan bagian dari golden age generation atau generasi usia emas yaitu sebagaimana Sujiono (2013:6) menyatakan bahwa “anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya”. Hal tersebut tentunya harus menjadi motivasi dan acuan kita bersama dalam rangka berpartisipasi aktif guna mewujudkan generasi emas yang diharapkan. Investasi yang dapat kita lakukan ialah melalui pendidikan, khususnya pendidikan dalam hal ini ialah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Seluruh pihak yang berkaitan dengan pendidikan anak usia dini memiliki peranan penting dalam partisipasi aktif mengoptimalkan perkembangan anak yang berada dalam rentang usia emas. Mulyasa (2012:34) memaparkan bahwa “mengingat masa ini (0-6 tahun) merupakan usia emas, maka perlu dituliskan dengan tinta emas, dengan tulisan-tulisan yang dapat menghasilkan emas di masa mendatang”. Tanggung jawab terhadap peran tersebut tak bisa dibebankan hanya pada orang tua, guru, dan pemerintah saja. Namun, kerja sama ketiga pihak tersebut diperlukan guna pencapaian tujuan dengan usaha yang maksimal.
Orang tua secara jelas memiliki tanggung jawab sepenuhnya terhadap anak. Menurut Ki Hajar Dewantara, keluarga adalah pendidik pertama dan utama. Anak menghabiskan 80% bersama keluarga dan lingkungannya (Latif, Zukhairina, Zubaidah, & Afandi, 2014:255).  Orang tua tentunya perlu bekerja sama dengan guru.  Menurut Basri (2014:5), “Guru memang seorang pendidik sebab dalam pekerjaannya ia tidak hanya mengajar seseorang agar tahu beberapa hal, tetapi guru juga melatihkan beberapa keterampilan dan terutama sikap mental anak didik”.  Salah satu bentuk kerja sama yang baik antara orang tua dan guru dapat dilakukan dengan menjalin komunikasi yang baik agar segala sesuatu yang terjadi pada anak dapat diketahui oleh orang tua.
Guru perlu proaktif untuk memberikan porsi yang lebih besar pada orang tua, agar mereka dapat menjadi orang tua yang lebih baik dalam melakukan apa yang mereka bisa (Sujiono, 2013:171). Menurut Rogers dalam Catron dan Allen (1999:580), keberhasilan guru yang sebenernya menekankan pada tiga kualitias dan sikap yang utama, yaitu: (1) guru yang memberikan fasilitas untuk perkembangan anak menjadi manusia seutuhnya, (2) membuat suatu pelajaran menjadi berharga dengan menerima perasaan anak-anak dan kepribadian, dan percaya bahwa yang lain dasarnya layak dipercaya membantu menciptakan suasana selama belajar, dan (3) mengembangkan pemahaman empati bagi guru yang peka/sensitif untuk mengenal perasaan anak-anak di dunia (Sujiono, 2013:12). Saat ini, guru PAUD tak hanya cukup memiliki sifat dan ciri khas berupa kreatif, murah senyum, bersih, rapih, ceria, penuh kehangatan hati, kepekaan, tidak pilih kasih dan lain sebagainya. Saat ini guru PAUD dituntut pula untuk memiliki intelektualitas yang tinggi jika menginginkan kompetensi intelektualnya dinilai berkualitas. Kemampuan berbahasa asing, terutama berbahasa Inggris secara aktif dan pengalaman penelitian yang mumpuni menjadi beberapa hal yang harus diberi perhatian lebih.
   Sebagai usaha awal yang dapat kita wujudkan bersama ialah dengan menciptakan standar pendidik PAUD yang memiliki latar belakang pendidikan linier, artinya calon guru PAUD haruslah S1-PG PAUD.  Kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh guru PAUD tentunya tidak dapat dipenuhi oleh pribadi guru sendiri. Diperlukan peran pemerintah sebagai pemiliki kebijakan. Rachmanty (2015) menyatakan “Peran pemerintah disini adalah memberikan kurikulum yang sesuai dan menyetujui program pembelajaran yang akan diterapkan oleh guru untuk anak usia dini”. Maka dari itu, untuk mewujudkan generasi emas diperlukan kerja sama yang baik dari semua pihak demi Indonesia yang lebih baik di masa depan.


DAFTAR PUSTAKA
Suparlan, (2014). Generasi Emas Indonesia dan Beberapa Ancaman Dalam Pelaksanaannya. http://suparlan.com, 30 Oktober 2015
Asmawati, L. (2014). Perencanaan Pembelajaran PAUD. Bandung: Rosda Karya.
Dr. Yuliani Nuraini Sujiono, M. (2013). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta Barat: PT INDEKS.
Latif, Mukhtar dkk. (2014). Pendidikan Anak Usia Dini Teori dan Aplikasi. Jakarta: Kencana.
Basri, N. A., (2014). Guru sebagai Pengajar dan Pendidik di Sekolah (Tinjauan Teoritis dan Praktis). http://www.slideshare.net, 30 Oktober 2015
Rachmanti, (2015). Peran Pemerintah dalam Pemberian Program Pembelajaran

pada Pendidikan Anak Usia Dini. http://paudub.files.wordpress.com, 30 Oktober 2015

KITA HARUS MENANG!


Kita semua memiliki kewajiban untuk berdakwah. Mau tidak mau, suka tidak suka, kita wajib berdakwah. Setiap pemuda yang merupakan kader dakwah memiliki latar kehidupan yang berbeda-beda. Luar biasanya, kebanyakan dari mereka bersikap pantang menyerah untuk istiqomah di jalan dakwah. Bukan lagi urusan cinta terhadap lawan jenis yang umumnya dipikirkan para remaja yang rentan kasmaran, namun “bagaimana generasi Islam selanjutnya” dan “bagaimana cara untuk terus memperbaiki diri menuju pribadi Islami” selalu terhembus bak nafas kehidupan yang tak pernah putus kecuali atas kehendak-Nya.
Ketentraman adalah hasil yang dapat langsung kita rasakan ketika kita istiqomah untuk tawadhu. Setiap perkataan menjadi nasehat bak oase di tengah gurun yang gersang. Sungguh teladan yang nyata ada pada engkau wahai pemuda Islam yang rela mengorbankan masa mudanya untuk dakwah. Tak pernah lelah diri ini mengagumi setiap langkah juang para akhwat dan ikhwan yang senantiasa semangat dan berpikir cerdas untuk melakukan perubahan. Umat yang kau pikirkan dan hanya ridha Alloh yang selalu engkau harapkan.
Sungguh diri ini merasa iri dengan niat, semangat, kecerdasan, tawadhu, dan ke-istiqomah-an engkau para pemuda Islam yang konsisten di jalan dakwah. Kalian adalah inspirasi dan teladan bagiku. Aku yang belum sepenuhnya mampu menjalankan amanah dalam dakwah, aku yang masih terlunta-lunta melawan hawa nafsu dalam diriku sendiri. Meski begitu, sungguh aku tak pernah lelah berusaha memantaskan diri untuk mengemban amanah mulia, dakwah.

Aku, kita, harus menang! Menang melawan hawa nafsu. Menang melawan keterbatasan yang ada. Menang dalam mempertahankan alasan kita untuk terus istiqomah dalam kebaikan, apapun yang terjadi. Apapun yang kita rasakan. Meski berat dan sulit, kita harus menang! Kita harus berusaha. Sunatullah jika dakwah adalah jalan yang penuh onak dan duri. Bersabarlah. Pada saatnya, kita akan berbahagia. Lupakanlah hal yang membahagiakanmu hanya sesaat, karena kita semua tahu bahwa hakikat kebahagiaan adalah ketika jarak kita dengan Alloh selalu dekat dalam setiap langkah kehidupan, ketika Alloh selalu ada dalam fikr dan qalb kita. 
Berusalah untuk terus menebar kebaikan dan ajaran-Nya. Teruslah mengajak pada kebaiakan. Inginkah generasi setelah kita lebih buruk dari kita? Tugas siapakah dakwah ini? Dakwah tak hanya tugas mereka sang ulama. Namun tugas kita bersama kawan! Bismillah, yakinkan diri bahwa kita bisa! Kita harus menang, demi generasi penerus Islam yang lebih baik dari generasi kita saat ini.

Selasa, 03 November 2015

Lirik Lagu 'Mencintai Kehilangan'

berjalan.. 
berlari..
hati tertindih..
sulit tapi harus aku putuskan 

jalanmu..
jalanku..
belum sempurna..
biar masa depan yang sempurnakan 

suara-suara batinku
melepaskanmu
lirih-lirih jiwaku
membasuh pilu 

takdir yang Kau beri
menguji hatiku
terasa menyesakkan
kehilangan ini.. 
tangis yang Kau beri
membuka mataku
bahwa cinta yang sebenar cinta hanya ada SATU 
karena kehilangan ini
ku mampu mendekat kepadaMu 
daun terjatuh di hadapanku
belajar menerima
belajar menerima semuanya 

Lirik Lagu 'Halaqah Cinta' (Kang Abay)

Ribuan malam menatap bintang dan harapan
Dan Ribuan siang menahan terik penantian
Mungkin tuhan ingin, kita sama-sama tuk mencari
Saling merindukan, lewat doa2,mendekatkan jarak kita

Reff:
Tuhan pertemukan, aku dengan kekasih pilihan
Seseorang yang mencintaimu, mencintai rasulmu
Di mu’tazam ku meminta

Ribuan pagi, menatap terbit matahari
Dan ribuan siang, menahan gemuruh didada
Mungkin tuhan ingin, kita sama-sama tuk mencari
Saling merindukan, lewat doa2,mendekatkan jarak kita

Back to reff
Hingga malaikatpun tersenyum mendo’akan kita
Menguatlah keyakinan dihati

Back to Reff
Tuhan persatukan, aku dengan kekasih pilihan
Seseorang yang kan menemaniku menuju syurgamu
Halaqoh cinta, tempat hati bertemu
Halaqah cinta tempat bersatu..


Minggu, 01 November 2015

DAFTAR “SEKOLAH TOEFL”

Halo...
Selamat dini hari J
Selain aku, kalian mungkin salah satu diantara banyak orang yang juga tidak bisa tidur malam ini. Sambil menunggu kantuk, aku lebih memilih untuk menulis. Bagaimana dengan kalian?
Oke, entah aktivitas apa yang kalian pilih untuk menunggu kantuk. Entah membaca, nonton berita, atau ngemil mungkin? Wah mana bisa ngantuk ya dengan keadaan mulut terus mengunyah? Haha
Well, aku ingin menuliskan cerita seharian kemarin. Seharian yang penuh dengan canda, tangis, dan tawa. Dimulai dari aktivitas pertamaku untuk pergi ke Masjid Agung Serang, lalu dilanjutkan dengan kegiatan Tutorial di kampus. Siang hingga sore harinya aku berkumpul bersama teman-temanku di LDK (Lembaga Dakwah Kampus). Begitu menyenangkan dan nyaman di tengah-tengah mereka. Mereka begitu inspiratif. Bersyukur aku bisa mengenal mereka.
Tak ingin mengenal lelah, selepas Isya aku membuka laptop dan browsing. Tujuannya untuk mendaftar Sekolah Toefl yang didirikan oleh Budi Waluyo. Siapa dia? Searching, please J
Awal November 2015 yang berbeda dengan awal November tahun kemarin dan tahun-tahun sebelumnya. Aku merasa lebih bersemangat untuk menjalani hidup. Setiap harinya aku selalu memperbaharui semangat untuk menggapai impianku. Aku selalu bersemangat menyusun mimpi-mimpiku.
Impian adalah sesuatu hal yang berharga bagiku. Ia penyemangatku di setiap saat. Ia selalu menghiasi hari-hariku ketika aku merasa sendiri dan terpuruk. Impian yang mungkin menurut sebagian orang menganggapnya lazim, atau bahkan tak mungkin aku raih. Entahlah, aku tak peduli. Aku hanya percaya bahwa aku pasti bisa. Takkan ada yang menghalangi tekadku. Tekad untuk melangkah, melakukan action nyata untuk mewujudkan cita-cita, untuk menang.
Bismillah, semoga Sekolah Toefl menjadi salah satu bentuk ikhtiar yang Alloh lihat, untuk kemudian Ia permudah jalanku. Aamiin

Serang,
Senin, 02 Nopember 2015
00:58:41


Minggu, 20 September 2015

Nasi Goreng Leuwi Panjang

Leuwi Panjang, 19 Sep. 15
03.00 WIB

Untuk ke sekian kalinya aku melakukan perjalanan Serang-Bandung. Setibanya di terminal Leuwi Panjang, aku berjalan lurus menuju arah keluar terminal, arah yang berlawanan dengan arah masuknya bus yang aku tumpangi. Dengan Rp90 ribu, aku tiba di Bandung alhamdulillah dengan keadaan sedikit bingung harus kemana akibat efek ‘nyawa’ yang belum terkumpul. *ciyee
Sesampainya di luar kawasan terminal, beberapa supir taxi menawarkan jasanya padaku setelah sebelumnya aku sempat bertanya “pukul berapa sekarang dan mau kemana?” kepada seorang teteh-teteh yang jalan beriringan denganku setelah keluar dari bus yang sama. Sadar tujuan perjalananku dengannya berbeda, aku langsung melepasnya untuk melanjutkan perjalanan. *hadeh lebay
Masih dengan ekspresi bingung, aku menolak jasa yang ditawarkan supir taxi tadi. Secara, ongkos taxi ke kampus UPI di jalan Setiabudhi mahal banget, Rp50 ribu. Sebagai pemilik jiwa mahasiswa, aku lebih memilih untuk menunggu Damri, yang ongkosnya cuma Rp3 ribu (setahun yang lalu, sekarang goceng, fiuh). Aku putuskan untuk duduk sejenak di atas teras bangunan kecil yang tak ku ketahui itu bangunan apa. Menurut tebakanku sebagai seorang mahasiswa, itu sejenis pos. Tapi entah pos apa. *twewew
Berbekal info keterangan waktu—dari teteh-teteh yang tadi—aku putuskan untuk makan nasi goreng. Just for kill my time. In the fact, I don’t really hungry.Keterangan waktu yang aku miliki ialah pukul 02.45 WIB. Itu akurat. Itu data yang kedua. Aku dapat data itu setelah bertanya pada mamang penjual nasi goreng yang sekaligus penjual mie baso, bihun, ceker spesial, es campur, dan mie kocok kaki sapi (yang entah bagaimana aku membayangkan kaki sapi dengan mie kocok itu bergabung menjadi satu menu atau menu yang terpisah, si mamang tidak menggunakan bullets and numbering, jadi tulisan itu ambigu).
Ya, begitu banyak jenis makanan yang dijual oleh si mamang itu. Si mamang punya tiga gerobak sekaligus. Ketiganya berada di pinggir jalan, ditata leter L, dengan salah satu sisi dipasang spanduk yang berisi keterangan promosi tiga menu paling utama. Hanya satu menu yang paling aku ingat, tertulis paling atas, “NASI GORENG”.
Setelah memesan, si mamang berpostur mungil tersebut langsung membuatkan nasi goreng untukku. Baru selesai disajikannya pesananku, seorang laki-laki datang untuk membeli nasi goreng. Terus saling menyusul hingga tiga orang pembeli yang semuanya laki-laki. Kali ini kutebak hati si mamang sumringah karena nasi gorengnya laris di-order.*yiihaa
Sedikit terkejut dengan topping yang ada pada nasi goreng tersebut. Pasalnya, setelah sendok-ku menyibakkan kerupuk yang berada di atas nasi goreng, kulihat ada potongan sosis. Selebihnya topping yang tercampur ialah sama seperti nasi goreng pada umumnya. Teruuuus? Ya hal itu membuatku terkejut karena nasi goreng yang beberapa kali aku beli di Serang tak seperti itu. Topping yang ada secara otomatis biasanya adalah hati kambing. Topping sosis biasanya termasuk kedalam topping pilihan.  *ya ampun Yenaaaa, gak penting banget!
Tak hanya membuatkan nasi goreng untukku, dengan cukup ramah si mamang menjawab pertanyaan-pertanyaanku yang sebagai berikut: “DAMRI ke UPI di jalan Setiabudhi adanya jam berapa?”, “Arah datangnya DAMRI dari sebelah mana?”, dan “mushola sebelah mana?”.Kulanjutkan menyantap nasi goreng setelah keterangan yang didapat kurasa cukup.
Lagi-lagi tak hanya cerita diatas, penampilan si mamang yang terbilang ‘necis’ juga membuatku salut. Selain peralatan makan dan tempat yang secara kasat mata terlihat rapi dan bersih, baju batik lengan panjang bermotif bunga-bunga kecil yang dikenakannya membuatku memiliki penilaian yang baik terhadap si mamang. Sebagai pedagang, si mamang sepertinya sadar akan penampilan. Apalagi sebagai pedagang makanan, si mamang terlihat cukup tahu tips agar pembeli merasa nyaman dan tak sungkan untuk membeli dagangannya. *ya entahlah yaaa...
Beberapa jam lagi kisahku dengan nasi goreng Leuwi Panjang akan berakhir. Waktu Subuh segera datang, detik-detik DAMRI beroperasi segera tiba, waktuku untuk mengikuti seminar nasional tentang Psikologi anak  pun akan segera ku lalui. Tak sabar. Usai seminar  itu aku akan pulang ke Kuningan. Ijin skip kelas telah aku ajukan. Aku ijin kuliah sebagai bentuk  pengorbanan untuk mempersiakan paspor dan surat keterangan sehat dari RSUD. Itu semua aku butuhkan untuk melengkapai persyaratan mendaftar pada sebuah program yang aku ceritakan dilain waktu.

Semoga Alloh selalu meridhoi-ku. Meridhoi-ku untuk selalu sehat salah satunya, karena nyatanya saat ini aku menulis dengan keadaan sakit perut dan sedikit mual setelah merasakn sedikit kekeacauan selera karena pedasnya nasi goreng yang tak ku order untuk pedas. Ya sudahlah.

Selasa, 01 September 2015

Resign Ngajar


Masih di bulan Agustus, tepatnya akhir bulan Agustus. Bulan yang sangat spesial bagiku. Dimana orang-orang terdekatku mengingat hari ulang tahunku. Dan di tahun ini, bulan Agustus mencatatkan keputusan penting dalam perjalanan hidupku. Aku akan resign mengajar.
Juni tahun lalu adalah kali pertama aku mengajar calistung di salah satu lembaga kursus dan bimbel di kota Serang. Pada saat itu rasanya campur aduk, bahagia dan bingung. Bahagia karena aku bisa berkenalan dengan Ghalin, Rina, Reni, dan Fatikh. Anak-anak yang cerdas dan lucu. Bingung karena itu kali pertama aku mengajar mereka yang karakternya berbeda satu sama lain.
Seiring berjalannya waktu, formasi murid calistungku berubah-ubah. Tapi yang jelas, Refan, Farhan, Ghalin, dan Fatikh adalah murid yang belajar denganku dari awal hingga akhirnya aku melepas mereka untuk masuk SD.
Belakang: Bu Mumu, Bu Dewi, Aku
Depan: Ghalin, Farhan, Refan, Fatikh

Refan adalah salah satu murid kesayanganku. Aku bilang salah satu ya, sobat. Itu artinya semua muridku adalah murid kesayanganku J
Dengan segala karakternya yang unik sebagai anak-anak, aku selalu merindukan Refan, sama rasanya dengan rasa rinduku pada murid yang lain. Meski Refan terbilang masuk lebih akhir dibanding Ghalin dan Fatikh, tapi Refan cepat akrab denganku. Kesenangannya bermain ‘batu gunting kertas’ denganku sebelum pelajaran dimulai, biarlah menjadi kenangan indah tersendiri bagiku. Semoga Refan dan anak-anak lainnya dapat tumbuh besar, cerdas, dan sholeh/sholeha.
‘’Bu Yena sayang kalian...’’
Entah sekarang formasi muridnya seberapa banyak. Ku ketahui tadi pagi, murid calistung dapat ditangani oleh satu guru. Ya, selain aku, ada Ibu Mumu. Beliau yang menangani murid calistung selama kemarin aku libur semester. Tiga bulan bulan lamanya aku rehat sejenak di kampung halaman.
Bu Mumu, beliau lebih banyak pengalaman mengajarnya dibanding aku. Beliau menjadi partner-ku mengajar calistung setelah beberapa bulan aku mengajar sendiri. Kisah karirnya mengajar sungguh membuatku kagum. Beruntungnya aku bisa banyak belajar pada beliau.
Sedihku sebatas karena perpisahan dengan anak-anak yang sangat lucu dan cerdas, muridku. Berbagai agenda liburan di sela-sela kuliah yang mengharuskan aku pulang ke kampung halaman dan usia mengajarku yang tak mungkin lama lagi karena semester depan aku harus praktek kerja lapangan membuatku harus memutuskan keputusan ini. Sempat di awal liburan kemarin aku bimbang untuk mengambil keputusan resign ini, tapi akhirnya terjawab juga. Alhamdulillah.

Bagiku yang terbaik adalah mengakhiri aktivitas ini dengan alasan yang tepat dan tidak adanya penyesalan. Itu semua akan terwujud sebentar lagi. Insya Alloh besok aku akan silaturahmi ke office. Ya Alloh, lancarkanlah segala hal yang dilakukan rekan-rekan di course ini. Semoga semuanya mendapatkan berkah dari-Mu. Aamiin.

Catatan Harianku di Kampung Inggris 12

22 Agustus 2015
Akhirnya tiba saat untuk kembali pulang ke Kuningan dan berpisah dengan Pare. Setelah semalam packing dan acara ‘tidak bisa tidur’ gara-gara member camp yang berisik karena nangis ngelepas kepergian tutor ke Jakarta, akhirnya aku bersiap pulang. Tidur hanya dua jam disusul dengan mandi lalu shalat subuh, tak menunggu lama aku dijemput mas-mas tukang ojek. Berpamitanlah aku pada teman sekamarku dan beberapa member yang sudah bangun tidur. Ojek siap meluncur menuju stasiun Kediri.
Di sepanjang perjalanan aku menguap dan batuk-batuk. Tiba di stasiun aku bertemu Limbong. Kami bertegur sapa. Tak terlalu lama, ia kembali duduk bersama temannya dan aku berdiri di sudut stasiun Kediri.
Beberapa saat kemudian aku bertemu Gina. Kami pulang bersama di satu gerbong kereta, berbeda tempat duduk.
Perjalanan panjang membuatku harus shalat di kereta. Sebisanya aku wudhu di toilet gerbong. Alhamdulillah semua berjalan dengan mudah. Aku tiba di stasiun Cirebon sekitar pukul setengah tujuh petang. Setelah berjalan menuju pintu keluar, aku langsung menghalau angkot D6. Aku kurang beruntung, angkot itu tidak mengantarkanku sampai tempat mangkalnya mobil Elf. Setelah membayar Rp5 ribu, aku harus berjalan agak jauh menuju terminal Harjamukti.*perjuangan
Belum selesai sampai disitu, aku harus menunggu bus Luragung yang mengarah ke Kuningan. Setelah hampir setengah jam menunggu, akhirnya bus yang dinanti datang juga. Duduklah aku dengan manis di kursi dekat pak sopir. Dengan ongkos sebesar Rp10 ribu, aku sudah bisa menikmati bus yang dimatikan lampunya, bau solar, dan kemudian berhenti di Beber.*sopir ama keneknya laper
Alhamdulillah, nyampe juga di perempatan jalan raya menuju ke rumahku.*rumah nenek lebih tepatnya
Setelah mendadahi tukang ojek, tukang ojek itu langsung menghampiriku. Kunaikkan satu tasku ke motor. Cus deh ke rumah. Yeyelalayeyeyelalalala akhirnya nyampe rumah. Aku disambut mamah. Tentunya aku masuk rumah setelah membayar ongkos ojek sebesar Rp10 ribu. Habislah sudah uangku, sisa Rp2 ribu! Haha
Setelah mencium tangan mamah dan emak, aku bergegas mengambil wudhu untuk meng-qodo shalat maghrib lalu shalat isya. Ketika hendak memakai mukena, aku baru sadar ternyata mukenaku gak ada! Aku cari-cari tapi tak kutemukan. Oalah itu mukena sebenernya dapet minjem dari emak! Nyari aman, aku gak cerita ke orang rumah kalo mukenaku ilang. Aku berjanji pada didir sendiri untuk menggantikan mukena emak yang hilang entah jatuh dimana.*hadeuh error
Usai shalat, aku makan malam. Uuuh senangnyaaa. ternyata mamah masak buat aku. Hehe sayangnya karena sudah malam, aku hanya makan sendirian. Mamah dan emak hanya menonton TV sambil menemaniku makan.*aku sayang kalian


-----------------------------------------TAMAT------------------------------------------

Catatan Harianku di Kampung Inggris 11

20 Agustus 2015
Perbekalan di Pare semakin menipis. Bisa dibilang uang saku-ku abis cuma buat beli air minum. Sedikit tips juga nih kalo mau ke Kampung Inggris, sebelum menentukan tempat tinggal selama belajar disana, kamu harus rajin cari informasi di internet. Banyak ko pemaparan yang ada di website kampung Inggris. Kamu harus bisa memilih tempat tinggal sementara yang sesuai sama kamu. Kamu mesti teliti dalam mencari camp dengan klasifikasi mulai dari segi biaya, fasilitas, keamanan, dan peraturannya.
Misal, kalo kamu pengen belajar speaking, saran aku sih kamu mesti tinggal di camp. Soalnya di camp itu kondisinya menunjang banget buat kamu latihan ngomong. Dua minggu disana hasilnya udah keliatan. Minimalnya, kamu punya habit dan rasa PD buat ngomong bahasa Inggris. Bagusnya lagi kamu bisa lebih lama stay disana. Biar ngomong bahasa Inggris kamu makin lancar.
Kamu bakal punya partner buat ngomong bahasa Inggris setiap saat selama di camp. Tapi ya memang harus diperhatikan juga buat kamu-kamu yang gak bisa tinggal di kondisi rumah yang ramai. Soalnya otomatis di camp itu bakal rame terus. Untuk aku sendiri alhamdulillah masih bisa menyesuaikan.
Bagi yang uang sakunya pas-pasan, harus pinter-pinter milih camp yang mungkin bisa menyediakan air minum galon, kompor, dan setrikaan. Itu semua perlu buat kamu yang mau hemat. Kalo gak ada fasilitas itu, kamu mesti siap-siap beli minum sendiri, beli makan tiap hari, dan mungkin juga buat laundry dan atau nyetrika sewaktu-waktu.
Beda lagi sama saran yang bakal aku kasih buat kamu yang tujuan ke Kampung Inggris-nya buat belajar grammar atau TOEFL. Pilihan kosan jauh lebih baik untuk fokus kamu. Jadwal di kampung Inggris dibikin padet dari senin sampai jumat atau sabtu. Tenang kok masih dikasih hari libur, tutornya juga kan capek pengen istirahat. Hehe
Kosan di Kampung Inggris murah-murah. Untuk info kosan, kamu bisa searching di website-nya Kampung Inggris ya, guys!
Balik lagi ke catatan harianku. Oya tadi aku cerita kalo perbekalanku di Pare semakin menipis ya? Nah ada cerita isengku yang sedikit membuatku senang. Melihat isi dompet yang semakin menipis, isenglah aku pergi ke ATM, awalnya aku memang bener-bener iseng. Aku tahu ko jumlah saldo di ATM-ku itu berapa. Setelah nge-cek, muncullah angka sekian puluh ribu di mesin ATM. Girangnya bukan main! Haha
Aku pilih menu penarikan Rp50 ribu. Keluarlah satu lembar mata uang rupiah berwarna biru. Alhamdulillah. Selesai dari ATM aku langsung deh ke salah satu toko souvenir. Beberapa buah gantungan kunci aku beli untuk beberapa orang sahabatku. *teteeep
Oya menjelang berakhirnya program, kedua tutor di kelas Pronoun WOW & Speak UP 2 ngasih instruksi yang sama untuk menuliskan data diri member dan pesan/kesan. Setelah selesai, aku baca kertas milikku. Hmm isinya lucu-lucu. Hehe. Kertas itu akan jadi salah satu kenangan dari tempat kursus-ku. Sekarang kertas itu sudah tersimpan rapih di rak meja belajarku yang ada di Kuningan. I hope our dream come true, guys. Thanks for being my partner in Pare.


Kelas Go Go Talk Periode 10 at 7 p.m

Gambar itu diambil ketika Go go Talk Class. Di hari-hari terakhir, Miss Uci masih ngasih bedak ke kita. Tega bener dah! Tapi aku bakal kangen banget sama momen itu loh Miss.*kangen

21 Agustus 2015
Lagi-lagi Novi ngajak berpetualang. Kali ini doi ngajak aku ke Masjid An Nur. Itu loh masjid yang aku jadiin tempat buat bikin video irregular verbs! Novi ngajakin kesana karena maklumlah dia belum tahu. Sedangkan aku sendiri udah dua kali kesana, ini ketiga kalinya malah. Hehe
Kita sepedaan ke masjid An Nur sekitaran bada maghrib. Aku keluar camp dengan alasan mau ngembaliin sepeda. Harusnya aku kembali sebelum pukul 7 malem buat ikut acara perpisahan yang diadain oleh tempat kursusku. Tapi lagi-lagi aku gak antusias. Toh aku juga gak berperan penting dalam acara itu. Meskipun ada acara pensi, perwakilan member untuk bermain drama dari camp-ku juga udah ada. So, aku pikir lebih baik aku jalan sama Novi. Hehe. *maafin aku ya sista...
Nyampe di alun-alun, aku dan Novi markirin sepeda. Aku langsung ngajak Novi ke tempat makan. Setelah muterin warung-warung yang ada disitu, ujung-ujungnya kita makan di “Warung Mak’e Jhon”! hehe
Awalnya kita cuma pesen satu soto daging, satu cangkir kopi, dan satu gelas susu soda. Eh tapi si ibu ngebawain soto dagingnya dua mangkok. Ya udahlah aku makan. Yang pesen soto daging tuh sebenernya Novi doang. Aku cuma pesen susu soda soalnya pas sore itu aku udah makan-makan sama temen se-camp. Ibu pemilik camp masak nasi uduk dkk. Uangnya hasil dari patungan member camp 8. Sambil makan, aku dan Novi ngobrol-ngobrol. Selesai ngobrol dan makan, aku dan Novi nyamperin ibu warung buat bayar. Sebenernya yang bayar Novi sih. Tapi bukan berarti aku gratisan mulu ya kalo makan! Aku janji ke Novi buat gantian nraktir dia kalo kita sama-sama udah di Serang. Hehe*sahabat
Selesai bayar, aku dan Novi ke masjid buat shalat Isya. Kali itu bener-bener kali terakhir untukku datang ke Masjid An Nur. Haaah sedih L
Usai shalat, aku menghampiri Novi yang duduk di depan masjid. Di bagian depan masjid terdapat tihang-tihang yang diterangi lampu. Serasa lagi di kastil-kastil gimanaaa gitu. Hehe.
Aku dan Novi kembali bercerita panjang lebar tentang pengalaman masing-masing di Kampung Inggris ini. Kita ngeluapin apa yang kita rasa ngebingungin. Kita juga tak lupa selalu menyisipkan impian-impian kita dalam bentuk kalimat yang gak jelas. Aku mau ke Jepang, aku mau lanjut S2. Sama-sama masih semu. Haha
Udah puas ngobrol, kita ke parkiran buat ngambil sepeda. Gerbang tempat kami masuk tadi ternyata udah ditutup. Akhirnya aku dan Novi mengayuh sepeda menuju bagian belakang masjid. Ternyata ada gerbang yang masih terbuka. Kami dimintai parkir. Ckck
Keluar dari area masjid, aku dan Novi menyusuri jalan raya untuk mencari makanan favorit kami: MARTABAK. Setelah merasa jauh mengayuh, akhirnya aku menemukan pedagang martabak. Cukup sulit menemukan tukang martabak di Pare. Yang banyak itu tukang pentol. Do you know pentol? Pentol itu sama dengan cilok kalo di sunda! Haha ada-ada aja yang kuliner Indonesia.
Selain susah nyari tukang martabak, kamu juga bakal susah nyari tukang pempek di Pare. Nah itu saran dari aku buat kamu yang pengen buka usaha di Pare. Bukalah lapak pempek dan atau martabak. Insya Alloh laris, kalo aku ama Novi datang kesana. Hehe
Kami menyebrang terlebih dahulu untuk sampai ke pedagang martabak. Bartabak seharga Rp20 ribu akhirnya kami bawa pulang untuk nantinya dibagi dua. Ckck
Ketika pulang dari tempat jualan martabak, jarak ke alun-alun Pare jadi terasa lebih dekat. Berbeda ketika kami hendak berangkat mencari martabak, rasanya gak ketemu-ketemu, jauh gitu kayanya. Ckck
Sesampainya di jalan Brawijaya, aku meminta Novi untuk mengantarku mengembalikan sepeda lalu pulang ke camp. Ternyata masih ada saja acara yang kami lakukan. Bukannya pulang ke camp, aku malah menuruti ajakan Novi untuk mampir ke toko busana muslim. Setelah muter-muter dan ngubek-ngubek itu toko, akhirnya Novi membeli satu buah gamis. *dasar ibu-ibu

Catatan Harianku di Kampung Inggris 10

19 Agustus 2015
Menjelang hari-hari terakhir di Kampung Inggris, beberapa kelas mulai ngelakuin foto bareng. Di kelasku pun gak ketinggalan. Pas kelas Speak Up 2, bro Arul ngajak semua member buat take picture bareng. Kondisi kita pada saat itu penuh dengan bedak, semua member ngehapusin bedaknya. Yang bedakkan pas difoto cuma tutornya doang, bro Arul bro Arul... Haha. Ini nih salah satu fotonya.


Kelas Speak Up 2 Periode 10 at 2 p.m

Sore hari aku ditraktir Novi. Sebenernya aku lagi sakit. Penyakit bertambah dengan ilangnya suaraku. Novi ngeledekin abis suaraku yang parau. “Segitunya ya belajar speaking! Sampe suara ilang.” *Novi ketawa, tapi menurutku gak lucu, haha paraaah.
Awalnya aku nge-chat Novi. Aku nanyain tasku yang doi pinjem soalnya sebentar lagi aku packing buat pulang ke Kuningan. Novi ngebales chat aku, dia bilang “sumpah tadinya aku mau BBM kamu!”.*ceritanya sehati
Dia nawarin buat balikin tas sambil nraktir aku ngopi. Setujulah aku walaupun aku yang mesti nyamper dia. Aku minta dia nunggu di pas belokan arah kosannya. Soalnya aku lupa jalan. Gak lama, aku cus berangkat. Ketemulah aku ama Novi. Diajaklah aku masuk gang arah tempat kursusnya. Sampailah aku di pinggir ladang jagung. Disitu ada warung yang menjual kopi dan mie rebus. Dua orang laki-laki terlihat asyik ngobrol sambil ngopi. Lewatlah aku berdua menuju panggung (bukan buat nyanyi dangdut ya!) yang merupakan tempat lesehan di warung itu. Anginnya lumayan kenceng. Aku sempet khawatir angin di badanku nambah.*kan lagi masuk angin
Novi nawarin ke aku buat pesen mie dan kopi. Ya udah aku setuju. *usaha, haha
Selagi nunggu pesenan, aku ngeluarin novel ‘Api Tauhid’. Novi langsung nyamber, “laah baca itu juga? Aku udah dong!”. “Iya aku udah nyampe pertengahan nih, jangan ceritain akhir kisahnya ya! Soalnya aku mau baca sendiri kisahnya! Oya kemaren aku beli empat buku.”
“Buku apa aja emang?”
“’Bulan’, ‘Bumi Manusia’, ‘Api Tauhid’, ama ‘Catatan Hati Pengantin’. Ternyata novel ‘Bulan”’ceritanya fiksi, aku kira gimana gitu ceritanya. Aku kan beli novel itu karena terpengaruh tutorku, Arul. Dia bilang dia suka banget sama novel ‘Bulan’. Ya udah aku beli karena penasaran kaya apa isi novelnya.”
“Oalah...jangan sotoy deh! Sebelum baca novel Bulan, harusnya kamu tuh baca novel Bumi! Itu tuh sambungan, Ukh! Haha”
Rasanya jadi kapok deh beli novel karya Tere Liye. Soalnya sebelum beli novel Bulan ini, aku juga pernah beli novel ‘Daun Jatuh tak Pernah Membenci Angin’. Dan ternyata itu kaya kisah cinta yang akhir ceritanya udah bisa ketebak gitu. Menurutku sih itu kurang inspiratif.
Aku suka novel, tapi ceritanya yang inspiratif, terserah itu mau kisah cinta atau bukan, yang penting inspiratif. Hah bukan maksudku ngejelekin Tere Liye, disini aku cuma pengen cerita doang tentang apa yang aku alami. Aku juga pengen ngasih saran supaya gak sotoy kaya aku kalo mau beli apa-apa yang kita sendiri belum hafal seluk beluknya.

Beberapa buku emang aku beli karena tahu betul isinya. Cuma entah kenapa, selalu secara kebetulan setiap beli novel Tere Liye selalu saja aku kurang konsultasi sama penggemarnya Tere Liye.*Dwi Novi Antari, 22 tahun, sangat mengidolakan Tere Liye. hihi

Catatan Harianku di Kampung Inggris 9

17 Agustus 2015
Kisah lucu gak cuma kejadian video itu. Ada juga kisah saat aku role play di kelas Speak Up 2. Seperti biasa sebelum melakukan games, member disuruh berhitung. Usai berhitung, kami berpindah posisi, duduk melingkar dengan partner masing-masing. Hasil berhitung itu, aku, Habibi, Yunus, dan Maria satu kelompok. Jumlah kelompok ada empat. Satu kelompok 4-5 orang.
Setiap kelompok diberi kertas. Isi kertas itu pemaparan tema role play. Kelompokku harus menceritakan kisah tentang sepasang suami istri yang baru saja menikah dan pada suatu hari sang suami baru mengetahui dari cerita temannya bahwa sang istri merupakan transgender.
Tamatlah riwayatku karena aku kebagian jadi sang istri yang melakukan transgender! Habibi berperan menjadi sang suami, Yunus berperan menjadi teman sang suami, dan Maria sebagai teman dariku alias sang istri. Kami melakukan dialog dalam bahasa Inggris.
Sepanjang pementasan, kami ditertawakan seakan-akan kami pemeran OVJ. Oh nooooo!!!
Member dan tutor puas terpingkal-pingkal menyaksikan permainan peran kami. Kami selaku pemain pun tak luput dari menahan tawa. Habibi yang gokil semakin menambah lucu suasana. Aku hanya pasrah dan banyak memberikan penjelasan bahwa “I’m normal’. Haha

18 Agustus 2015
Lima hari sebelum berakhirnya kelas speaking-ku di Kampung Inggris, aku jatuh sakit. Entah karena suhu udara yang panas dan kurang minum atau kelelahan, malam harinya aku demam. Hingga larut malam aku tak bisa tidur, padahal besok pagi aktivitas tak bisa di-skip begitu saja.
Ketika Tasya berbaring di sebelahku, aku memegang tangannya untuk menunjukkan bahwa aku demam. Sontak doi langsung cemas.
“heh Yena badan lo anget!”,
“iya aku pengen tidur, perlu tidur doang”,
“Antap cepet matiin lampu! Yena mau tidur, dia sakit. Anak orang ini! Anak orang ini! Cepet! Cepet!”, Tasya nyerocos dengan paniknya.
Dengan santai aku Cuma jawab, “iyalah, Sya...aku anak orang, masa anak ilang!”
“hehe iya maksudnya cepet matiin lampu biar lo tidur” Tasya masang tampang oon-nya.
Setelah Antap matiin lampu, kita tidur. Aku sempet bangun lagi buat minum. Tenggorokan kering dan sakit banget rasanya.
Paginya aku masih bangun pada jam biasa, langsung mandi, shalat, dan tilawah. Aktifitasku juga biasa, gak ada kelas yang aku skip. Masuk kelas rasanya sedikit gak nyaman. Hidung mampet dan bersin-bersin, akhirnya ingusan.
Tasya nyaranin buat minum obat, tapi karena agak-agak gak percaya gitu sama obat warung yang tablet-an, aku beli satu bungkus to*** **ngin cair.
Ada kisah mengharukan ketika aku selesai shalat ashar di mushola. Aku berjumpa dengan ibu-ibu yang juga baru selesai shalat di mushola itu. Aku menyalaminya. Beliau mengajukan beberapa pertanyaan lazim saat seseorang baru pertama kali bertemu, “aslinya dari mana de? Kursusnya dimana? Udah berapa lama?”. Aku menjawab semua pertanyaannya dan aku balik bertanya, “ibu asli sini?”, si ibu menjawab, “iya saya dari daerah Pare sana, ini lagi liat anak lomba gerak jalan, adek jaga kesehatan ya, makan yang teratur”.*beuh langsung inget mamah di rumah, hoaaa

Catatanku Harianku di Kampung Inggris 8

16 Agustus 2015
Hari masih libur, tapi aku gak bisa males-malesan kaya yang lain. Aku manfaatin waktu buat bikin video. Iya, video. Jadi begini ceritanya. Kang Bimo (tutorku di kelas Pronoun WOW) nyuruh bikin video. Kami disuruh berhitung. Aku kebagian angka 2. Berkumpulah aku dengan member yang kebagian nomor dua. Ada Vidy, Ilham, Syafri, dan satu lagi aku lupa, cewek pokoknya. Aku gak terlalu inget namanya karena aku dan doi barengan cuma di satu kelas dan doi jarang chat bareng aku. Setelah kumpul, kita semua dikasih kertas yang berisi lirik lagu. Lirik lagu itu sebenernya irregular verbs. Beres ngebagiin kertas, kang Bimo ngirim MP3 lagu itu. Ngapalin lirik deh kita.
Di kertas itu ada empat bagian lirik. Karena kelompokku dapet nomor 2, aku dan anggota kelompok 2 lainnya ngapalin lirik bagian kedua aja. Beres nginget nada dan lirik, kami disuruh move. Aku kebagian satu kelompok sama Eric, Karin, dan Yunus. Belakangan Eric gak jadi satu kelompok denganku, soalnya pas mau bikin video, dia sakit gusi. Jadilah kelompokku cuma bertiga. Aku, Yunus, dan Karin.
Dari tadi video-video, belum aku jelasin video apa. Nah, jadi Kang Bimo itu nyuruh kita se-kreatif mungkin bikin adegan nyanyiin lagu yang udah kita hafal itu!*in the fact, I dont really like sing song :’(
Sehari sebelumnya, Yunus ngontakin aku dan Karin. Yunus juga membuat grup di Line. Doi ngabarin buat kumpul jam 7 pagi di depan office. Doi usul pembuatan video dilakuin di cafe yang ada di depan office .
Beberapa kenyataan yang terjadi adalah, Yunus datang jam setengah delapan dan cafe masih tutup.*Yunus telat dan kita kepagian
So, aku ngusulin buat bikin video di Taman Pare. Singkat cerita berangkatlah kita. Kenyataan pahit yang lagi-lagi terjadi adalah: taman Pare berisik oleh mesin air yang digunakan untuk menyiram tanaman di taman itu. Pindahlah kita ke masjid. Itu usulan aku. Karin dan Yunus nurut aja.*haha
Setelah ngafal beberapa saat, aku ngeluarin buku-bukuku yang aku beli kemarin. Buku itu kita gunakan sebagai media kamuflase. Kertas lirik lagu itu kita taruh di buku sebagai contekan. Gambar diambil dengan background masjid An-Nur dan adegan kami yang sedang duduk membaca buku sambil bernyanyi.*nyanyinya lagu yang dikasih Kang Bimo itu
Mau tahu hasilnya? Temuin kang Bimo sana! Wkwk

Gak gak, nih aku cerita dikit. Di hari terakhir, kang Bimo muterin semua video yang udah jadi, termasuk video aku. Hasilnya? Aku diledekin. Kang Bimo bilang, “subhanallah ibu Syari’ah latarnya masjid, haduh haduh”.*aku cuma ketawa ngeliat tingkah member sekelas di video-video itu.*kenangan yang lucu

Catatan Harianku di Kampung Inggris 7

15 Agustus 2015
Rasa galauku karena ditinggal Novi jalan-jalan ke Bromo belum sembuh. Bersamaan dengan itu, kelasku libur.
Setiap sabtu dan minggu aktivitas kelas speaking emang libur. Member bebas ngisi waktu libur itu tapi pada momen 17 Agustus ini semua member dihimbau untuk meluangkan waktu mengikuti lomba di tempat kursus-ku ini. Lomba 17 Agustus di tempat kursusku diadakan pada tanggal 15 Agustus, soalnya kebetulan hari itu libur dan di tanggal 17 Agutusnya nanti member tetep masuk kelas walaupun tanggal merah.
Semua member diinstruksikan buat pake kaos seragam yang dikasih dari lembaga. Pagi hari sekitar pukul 7 kami bersepeda bersama menuju office. Setelah membeli bakpau dan beberapa kali selfie, aku melarikan diri. Seperti biasa, aku tidak antusias untuk mengikuti perlombaan. Meski hanya untuk menonton aku tak mood. Pergilah aku mengambil sepeda lalu menyusuri jalan Brawijaya. Setelah tiba diujung jalan, aku memutar balik arah sepedaku.*bener-bener gak ada kerjaan
Kulihat toko-toko dan sebagian tempat makan masih tutup. Setelah menggoes sebentar, sampailah aku dibelokan jalan Mawar. Kususuri jalan tersebut. Tak jauh dari belokan jalan terdapat toko buku yang ukurannya tidak terlalu besar namun sepagi itu sudah cukup ramai. Aku berkunjung dengan niat untuk membeli buku. Yang teringat dalam pikiranku adalah membeli buku “Bumi Manusia” karya Pramoedya Ananta Toer. Sempat ragu karena uang yang aku bawa saat itu hanya seadanya. Tapi akhirnya aku membawa pulang 4 buku. Buku yang aku beli yaitu Bumi Manusia, Catatan Hati Pengantin, Api Tauhid, dan Bulan.
Aku niatkan membaca buku-buku itu untuk mengusir rasa galauku karena tidak bisa pergi jalan-jalan ke Bromo. Hasilnya: dua hari menjelang kepulanganku ke Kuningan, aku berhasil menamatkan novel Api Tauhid yang menurutku novel itu lumayan tebel. Kusambung lagi dengan membaca Novel Bumi Manusia. Dua buku lainnya aku baca hanya sebagian. Untuk Catatan Hati Pengantin berhasil aku tamatkan di Kuningan hanya dalam waktu satu hari. Buku itu malah dipinjam Tita selama di camp. Berbeda halnya dengan novel Bulan. Ada kisah bodoh yang nanti akan aku ceritakan.
Sore harinya para member free dari aktivitas. Aku yang tadinya males-malesan di kamar sambil baca buku jadi tergiur buat ikut Tita, Gina dan Susi. Nah, aku belum ngenalin Susi. Susi asli Surabaya. Doi ngomongnya medok khas Jawa. Badan doi paling imut diantara kita. *kalo aku sih jangan ditanya
Aku, Tita, dan Susi


Kita pergi naek sepeda ke alun-alun. Awalnya aku gak tahu ada apa di alun-alun. Awalnya juga aku masih bingung, Pare itu desa atau kecamatan. Tapi akhirnya belakangan aku tahu kalo Pare itu kecamatan. Kampung Inggris sendiri letaknya di desa Tulungrejo. Kabupatennya Kediri.*provinsi Jawa Timur, biar lengkap dah tuh
Di alun-alun ada Masjid An Nur & Taman Pare-Kediri. Masjid An-Nur itu masjid agung-nya kecamatan Pare. Katanya sih masjid itu lebih besar daripada masjid agung Kediri. Aku belum tahu pasti karena emang aku belum pernah ke Kediri kota-nya.
Berhubung kami berangkat menjelang maghrib, setelah memarkirkan sepeda dan mengambil gambar beberapa kali, adzan-pun berkumandang. Dari kami berempat, cuma aku dan Susi yang shalat. Sisanya pada ‘M’.

Usai mengambil wudhu, aku dan Susi menuju kedalam masjid. Shalat berjama’ah telah berlangsung satu raka’at. Usai memakai mukena, aku heran ternyata Susi tidak ada, aku pikir dia mengikuti dari belakang, ternyata dia malah mengarah ke ujung masjid, padahal makmum wanita berada tak jauh dari makmum laki-laki, yaitu di bagian depan masjid. Tanpa bisa bertanya pada Susi, akhirnya aku langsung mengikuti jama’ah lain. Setelah selesai menambah satu raka’at karena ketinggalan, Susi menghampiriku, ternyata doi gak kebagian mukena. Dipakailah mukenaku. Aku menunggunya di salah satu tihang di dalam masjid sembari tilawah.
Selesai beberapa ayat, Susi menghampiriku. Ia melipat mukenaku kemudian kami gegas berdiri untuk menghampiri Tita dan Gina yang berada di taman. Setelah kami berjumpa, kami jalan menyusuri taman. Selain keluarga yang membawa anak, ada juga pemandangan yang bikin para jomblo iri dan para single risih, yakni pasangan yang duduk berdua alias pacaran! Huh!
Kenapa aku ngebedain jomblo dan single? Ini bedanya: kalo jomblo itu nasib, kalo single itu pilihan.*keliatan gak bedanya? Kalo ngga, ya udah anggap aja ada bedanya. Haha
Setelah jalan sekitaran satu menit, sampailah kami diujung taman. Banyak pedagang makanan. Setelah ber-bingung-bingung ria, akhirnya kami memilih salah satu warung yang dijaga oleh ibu-ibu. Beliau kurus, hitam, sendirian, jualan soto daging, nasi pecel, dan beberapa jenis minuman. Kalo tidak salah, nama warungnya itu “Mak’e Jhon”. Kalo dari artinya sih itu ‘warung ibunya si Jhon’. Hehe
Ada tiga tikar beserta meja yang ditata lurus sejajar dengan letak warung si ibu. Kami memilih duduk di lesehan nomor dua, tak terlalu dekat dengan warung dan tak terlalu jauh dengan warung. Cukup mudah bagi si ibu untuk mengantarkan makanan yang kami pesan.
Kami semua memesan soto daging plus nasi, kecuali Tita. Doi lebih milih makan nasi dan pecel lele. Belakangan baru aku tahu kalo doi suka pecel lele. Untuk minuman aku gak pesen, soalnya udah bawa dari camp.*bentuk penghematan. Aku lupa lagi yang lain pesen minuman apa.*syelalu lupa
Sebelum makanan tiba, kami mengobrol. Susi mengawali pembahasan dengan menanyakan gebetan kita di kelas. Tita langsung cerita dengan asyiknya. Doi cerita gebetannya. Sampe sekarang kita gak tahu yang mana orangnya yang dimaksud Tita.*hihi dasar wanita
Beda lagi sama Gina dan Susi si pencetus tema pembicaraan. Doi bilang gak ada orang yang menarik perhatiannya. Ya sudah kita percaya. Bagaimana denganku? Ah gak penting. You know-lah. Single until khitbah, sista...hehe.
Ketika makan, secara kebetulan dan tanpa menyapa, aku melihat dua teman sekelasku. Syafri dan Yunus. Keduanya laki-laki.*iya lah Yena kan keliatan dari namanya, haduuuuh
Syafri datang bareng ketiga temannya. Dia duduk di sebelah lesehan tempat kami makan. Entah dia ngeliat aku atau ngga. Soalnya emang agak gelap gitu kan. Cahaya lampu yang cukup terang cuma disekitaran warung dan lampu taman yang gak jauh dari tempat lesehan.
Gak cuma berempat aja Syafri datang, setelah beberapa saat datanglah dua cewek yang juga duduk di lesehan tempat Syafri dan teman-temannya duduk. Mereka cuma pesen minuman. Mereka juga pulang lebih dulu daripada aku. Dan lucunya pas pulang itu, salah satu temen mereka HP-nya ketinggalan.*kalo gak butuh buat aku aja, hehe
Sebelum Syafri pulang, datanglah Yunus dan beberapa temannya menghampiri tempat Syafri. Cuma menghampiri doang buat say hei. Kali ini juga Yunus gak ngeliat aku. Tapi salah satu temen si Yunus itu nyapa Tita. Kita sempet curiga, jangan-jangan cowok yang nyamperin Tita itu cowok gebetannya Tita. *ternyata bukan, hihi
Temen Tita itu nyodorin tangan buat salaman, tapi dengan cerdasnya Tita menaruh tangannya di depan dada sebagai tanda bahwa ia tidak bersalaman dengan lelaki bukan muhrim.*yeyeyelalala
Si cowok ngerti dan kita bertiga yang liat ikut melakukan hal yang sama dengan Tita. Si cowok senyum lalu bergabung lagi bersama pasukannya.*gabung sama Yunus dan yang lainnya maksud aku, haha
By the way, sedikit cerita, aku, Yunus, dan Syafri cukup saling kenal. Kita bertiga bareng di beberapa kelas. Aku dan Yunus bareng di kelas Go Go Talk, Pronoun WOW, dan Speak Up 2. Syafri juga sama, bedanya cuma aku dan Syafri gak bareng di speak up 2, tapi barengnya di kelas Quicky.
Kita bertiga seumuran. Syafri kuliah di Malang, asalnya dari Lampung. Kalo Yunus itu udah kerja di Jakarta, aslinya dari Blitar. Keduanya sering secara kebetulan jadi partner aku pas chating di kelas. Dua-duanya pinter. Tapi sayangnya Syafri gak sampe selesai belajar di Kampung Inggris. Dia mesti ke Malang buat KRS-an alias ngurus Kartu Rencana Studi. Aku sempet heran, kenapa gak diurus dari sini (Pare) aja. Ternyata sistem KRS-an disana masih semi online.*dari situ aku bersyukur soalnya dikampusku udah sistem online seutuhnya. Wkwk
Oya gak ada hal spesial lain yang terjadi setelah santap malam itu. Kami berempat langsung pulang ke camp setelah sebelumnya shalat Isya di masjid. Ketika selesai shalat rawatib, aku berpikir bahwa itu akhir perjumpaanku dengan Masjid An-Nur – Pare, tapi ternyata besoknya aku berkunjung lagi. Bahkan sampai dua kali!
Mau tahu ceritanya?

...to be continue

Catatan Harianku di Kampung Inggris 6

14 Agustus 2015
Tasya, Antap, dan Rahmi. Mereka adalah teman sekamarku di kamar 6. Kami memiliki karakter yang berbeda-beda. Asal daerah kami pun berbeda. Aku yang berasal dari Kuningan-Jabar otomatis memiliki kultur yang berbeda dengan Tasya yang dari Jakarta, Antap dari Makasar, dan Rahmi dari Pangandaran. Tasya seumuran denganku. Doi rajin dandan dan betawi banget kalo ngomong. Tujuannya ke Kampung Inggris ialah untuk memperlancar bicara bahasa Inggrisnya guna lolos seleksi pramugari yang dijanjikan pada orang tuanya. Sedikit berbeda dengan Antap. Mahasiswi jurusan akutansi ini aksennya Makasar banget kalo lagi ngomong. Doi datang ke Kampung Inggris buat belajar TOEFL dan speaking. Doi bercita-cia pengen lanjutin S2. Doi nih unik dan kadang lucu. Masa doi gak tahu kerokan tuh apa. Haha
Jadi gini, Antap keheranan pas ngeliat aku ngerokin Tasya pada suatu malam. Antap ngerengek minta dikerokin juga. Otomatis kita marahin. Lah Antap kan gak sakit, ngapain dikerok! Haha
Saking penasarannya, Antap ngerok tangannya sendiri sampe merah. *gak ada kerjaan tuh anak!
Setelah aku tanya kenapa doi kaya gitu, ternyata di Makasar doi ga pernah liat orang kerokan. Di Makasar gak ada orang kerokan! *percaya gak percaya sih
Sekarang giliran ngenalin Rahmi. Doi anaknya polos. Awalnya aku kira doi orang Jawa. Ternyata doi orang Sunda! Heuh tahu gitu kan aku dari awal bisa bahagia ketemu orang Sunda. Doi mahasiswi Farmasi di Universitas Muhamadiyyah Purwekerto. Karena doi, aku jadi kenal Tita dan Gina. Tita berasal dari Indramayu. Dia enak diajak cerita-cerita. Tita, Gina dan Rahmi tuh temen satu kelas di kampusnya. Dan tahu gak sih? Ternyata Gina asalnya dari Kuningan juga! Tapi entah kenapa pas perkenalan doi selalu bilang kalo asalnya dari Cirebon. Pas ditanya, doi bilang Kuningannya tuh di kecamatan Pasawahan. Pasawahan itu letaknya di perbatasan Kuningan dan Cirebon, bahkan aksesnya lebih deket ke Cirebon. Doi malah ngaku kalo punya KTP dua, Kuningan dan Cirebon. *hiks hiks disitu kadang saya merasa sedih, tapi gak apa-apalah yang penting masih NKRI *hehe
Ada hal yang sangat disayangkan terjadi. Rahmi harus pulang ke Madiun karena ada acara keluarga. Entah acaranya apa. Tapi pamannya Rahmi ngejemput ke camp. Sebelum pulang, tutor grup Green ngasih usul buat ngadain Diary UP at Ngaropi sebagai momen perpisahan dengan Rahmi.
Rahmi, Gina, Aku, Tita

Kegiatan malam hari belum berakhir, masih ada Confidence Show. Confidence Show tuh ajang member untuk ngomong di depan semua member yang berasal dari semua camp (camp cowok dan camp cewek), temanya bebas. Ya seperti biasa aku kurang antusias ikut acara itu. Tapi untuk solidaritas, aku tetep ikut.
Confidence Show diselenggarain di salah satu camp cowok. Namanya Jungle Camp. Karena ukuran ruang tengahnya yang lebar, Jungle Camp beberapa kali dipake buat acara sejenis ini. Kaya kemaren tuh Welcoming Party, acara itu juga di Jungle Camp. Durasi Confidence Show sama, dari jam 7 sampe sekitar jam 9an malem.
Sebelum berangkat ke Confidence Show, aku ketemu Novi. Dia ke camp-ku buat pinjem tas. Dia cerita kalo besoknya dia, temen sekelas plus tutornya bakal pergi ke Bromo dan Kelud. Aku iri pengen ikut juga. Tapi ya apa boleh buat, karena uang yang pas-pasan dan member lembaga kursus lain gak bisa ikut, aku cuma bisa galau sendirian di camp.
....to be continue

Catatan Harianku di Kampung Inggris 5

12 -13 Agustus 2015
Hari ketiga dan keempat belajar di Kampung Inggris aku mulai terbiasa menjalani rutinitas yang diawali dengan bangun pagi, mandi, shalat tahajud, shalat subuh, tilawah, morning club, shalat dhuha, ke kelas go go talk, ke kelas Zip-zip, geser ke kelas Pronoun WOW, makan di warung prasmanan Ovi, ke camp, shalat dzuhur, tidur siang bentar, mandi, ke kelas Quicky, meluncur lagi ke kelas Speak Up 2, ke mushola buat shalat ashar, ke kelas Evening Club, ke camp lagi, mandi lagi, shalat magrib, tilawah, shalat isya, diary up, dan tidur. Gimana? Kebayang dong capeknya walaupun baru empat hari ngejalanin rutinitas itu. Tapi bawaannya semangat aja kok. Bahkan aku punya rencana buat balik lagi kesana tahun depan! Doain ya.
Rencananya aku pengen balik lagi ke Pare setelah wisuda. Aku mau ngambil program TOEFL selama satu bulan. Mungkin nanti aku gak nge-camp alias asrama, karena aku pengen lebih fokus di program TOEFL. Jadi lebih baik milih kosan yang sekamarnya bisa diisi maksimal dua orang.
Oya ada yang lucu di evening club at 12 August. 2015! Waktu itu Miss Uci masuk sebagai tutor evening club grup Green. Doi nyuruh kita buat berhitung dan setelah itu nyari pasangan kita masing-masing.*sekarang aman, kan cewek semua
Setelah kita kumpul dengan masing-masing kelompok, Miss Uci nyuruh kita buat bikin konsep Talk Show kaya di TV-TV. Aku sekelompok sama Tasya (temen sekamarku), Vi (mahasiswi dari makasar), dan Sekar (mahasiswi dari mana ya, aku lupa, kalo gak salah dari BINUS). Sekar berperan jadi pembawa acara, Tasya dan Vi jadi wanita yang disamarkan sebagai narasumber dan aku berperan jadi Oki Setiana Dewi! Haha
Kita bikin konsep acara Talk Show dengan nama ‘Women Secret’. Member dan tutor puas ngetawain kita. Sebagian besar dari mereka aku lihat pada ketawa. Mulai saat itu aku diledekin ‘Oki Oki’ ama Miss Uci dan member lainnya. *aamiin-in aja deh biar ketularan cerdas dan sholeha-nya. Hehe

...to be continue