Kamis, 10 Desember 2015

KIPAS ANGIN BARU

Ini kisah sekitar satu setengah bulan yang lalu. Kipas angin yang sekarang judulnya bukan baru lagi. Berawal dari percakapan aku dengan pamanku terkait suhu udara di kota masing-masing. Aku di kota Serang dan pamanku di TTU, NTT. Entah apa itu TTU, silahkan kalian cari tahu sendiri (hehehe). Yang jelas TTU adalah nama dari sebuah tempat di NTT alias Nusa Tenggara Timur. Pamanku sedang bertugas disana. Entah apa alasannya, ia tiba-tiba mengirimkan screen shoot suhu udara yang ada pada layar hp-nya. Bingung membalas apa, aku pun melakukan hal yang sama. Suhu udara di Serang lebih panas daripada di TTU. Pamanku mengomentarinya. Aku menimpali dengan bercerita bahwa memang di kota Serang panas dan kebetulan kipas anginku sudah beberapa waktu yang lalu rusak. Aku sengaja tak membeli kipas baru karena tidak ingin membiasakan menggunakan kipas angin.
Entah karena kasihan mendengar kisah keponakannya, pamanku langsung menyuruhku untuk membeli kipas angin dan memberitahuku bahwa ia akan segera mengirimkan uang untuk membeli kipas. Tak hanya itu, pamanku menyuruhku untuk mengirimkan foto kipas angin yang telah aku beli. Ya Salaam...
Aku dibuat geleng-geleng. Pamanku menyuruhku membeli kipas angin pada saat itu juga. Padahal kondisiku “mager” alias malas gerak karena hari mulai menjelang petang. Aku sampaikan bahwa besoknya insya Alloh  aku akan segera membeli kipas.
Karena jadwal agenda yang cukup padat, aku hanya memiliki waktu luang pada malam hari. Bersepedalah aku ketika malam tiba. Tentunya tidak pada larut malam. Aku bersepeda usai shalat magrib. Aku menggoes sepeda menuju salah satu toko di perempatan Pocis—pusat jual beli peralatan elektronik, toko kue, peralatan rumah tangga, dsb, berada di pusat Kota Serang. Jarak dari kosanku ke Pocis tidak terlalu jauh, kurang lebih 15 menit dengan menggunakan sepeda.
Sepanjang jalan aku memutar otak agar uang yang dikirimkan pamanku cukup untuk membeli kipas angin duduk yang bisa memutar ke segala arah dengan harga yang miring agar uang dari pamanku masih bersisa. Di toko pertama, harga kipas angin paling murah adalah Rp75 ribu. Kipasnya tidak bisa berputar ke segala arah. Kipasnya hanya bisa mengarah pada satu arah—seperti kipas sebelumnya yang aku punya. Aku berganti toko.
Di toko yang kedua, aku tidak menemukan harga yang lebih murah. Malah dengan model kipas angin yang sama, harganya Rp25 ribu lebih mahal. Alhasil kuputuskan untuk kembali ke toko yang pertama. Ditengah jalan menuju ke toko pertama, aku putuskan untuk singgah di toko ketiga. Ternyata di toko ketiga kipas angin yang ditawarkan sama dengan toko kedua. Ya sudahlah. Kuputuskan untuk membeli kipas angin di toko pertama. *anak kos yang labil. Ckck
Kini, aku punya kipas angin baru. Sumpah demi apa gak penting banget buat diumumin. Hihi :) 

---------------------------------------------Sekian------------------------------------------------

0 komentar:

Posting Komentar