Ini kisah sekitar satu setengah
bulan yang lalu. Kipas angin yang sekarang judulnya bukan baru lagi. Berawal
dari percakapan aku dengan pamanku terkait suhu udara di kota masing-masing.
Aku di kota Serang dan pamanku di TTU, NTT. Entah apa itu TTU, silahkan kalian
cari tahu sendiri (hehehe). Yang jelas TTU adalah nama dari sebuah tempat di
NTT alias Nusa Tenggara Timur. Pamanku sedang bertugas disana. Entah apa
alasannya, ia tiba-tiba mengirimkan screen shoot suhu udara yang ada pada layar
hp-nya. Bingung membalas apa, aku pun melakukan hal yang sama. Suhu udara di
Serang lebih panas daripada di TTU. Pamanku mengomentarinya. Aku menimpali
dengan bercerita bahwa memang di kota Serang panas dan kebetulan kipas anginku
sudah beberapa waktu yang lalu rusak. Aku sengaja tak membeli kipas baru karena
tidak ingin membiasakan menggunakan kipas angin.
Entah karena kasihan mendengar
kisah keponakannya, pamanku langsung menyuruhku untuk membeli kipas angin dan
memberitahuku bahwa ia akan segera mengirimkan uang untuk membeli kipas. Tak
hanya itu, pamanku menyuruhku untuk mengirimkan foto kipas angin yang telah aku
beli. Ya Salaam...
Aku dibuat geleng-geleng. Pamanku
menyuruhku membeli kipas angin pada saat itu juga. Padahal kondisiku “mager”
alias malas gerak karena hari mulai menjelang petang. Aku sampaikan bahwa besoknya
insya Alloh aku akan segera membeli kipas.
Karena jadwal agenda yang cukup
padat, aku hanya memiliki waktu luang pada malam hari. Bersepedalah aku ketika
malam tiba. Tentunya tidak pada larut malam. Aku bersepeda usai shalat magrib.
Aku menggoes sepeda menuju salah satu toko di perempatan Pocis—pusat jual beli
peralatan elektronik, toko kue, peralatan rumah tangga, dsb, berada di pusat
Kota Serang. Jarak dari kosanku ke Pocis tidak terlalu jauh, kurang lebih 15
menit dengan menggunakan sepeda.
Sepanjang jalan aku memutar otak
agar uang yang dikirimkan pamanku cukup untuk membeli kipas angin duduk yang
bisa memutar ke segala arah dengan harga yang miring agar uang dari pamanku masih bersisa. Di toko pertama, harga
kipas angin paling murah adalah Rp75 ribu. Kipasnya tidak bisa berputar ke
segala arah. Kipasnya hanya bisa mengarah pada satu arah—seperti kipas
sebelumnya yang aku punya. Aku berganti toko.
Di toko yang kedua, aku tidak
menemukan harga yang lebih murah. Malah dengan model kipas angin yang sama,
harganya Rp25 ribu lebih mahal. Alhasil kuputuskan untuk kembali ke toko yang
pertama. Ditengah jalan menuju ke toko pertama, aku putuskan untuk singgah di
toko ketiga. Ternyata di toko ketiga kipas angin yang ditawarkan sama dengan
toko kedua. Ya sudahlah. Kuputuskan untuk membeli kipas angin di toko pertama.
*anak kos yang labil. Ckck
Kini, aku punya kipas angin baru. Sumpah demi apa gak penting banget buat diumumin. Hihi :)
Kini, aku punya kipas angin baru. Sumpah demi apa gak penting banget buat diumumin. Hihi :)
---------------------------------------------Sekian------------------------------------------------
0 komentar:
Posting Komentar