Kamis, 22 September 2016

Catatan Harian Mahasiswa PPL: Ujian PPL atau Ujian Kehidupan Bagi Mahasiswa Semester 9?

Tuntas sudah sebagian kewajibanku dalam perkuliahan. Tepat pagi hingga siang tadi usai sudah 16 penampilan mengajar dan ujian PPL yang menjadi ‘hutang’ bagiku. Membuat dan menyiapkan media pembelajaran, menulis RPPH (Rencana Program Pembelajaran Harian), mengajar kelompok A dan kelompok B di TK mitra PPL secara bergantian setiap harinya, menyiapkan format penilaian, merekap nilai dari guru pamong, dan bimbingan dengan dosen pembimbing PPL menjadi rutinitas yang kumulai kembali sejak akhir Agustus kemarin. Ini barulah sebagian, bahkan dapat dikatakan baru seperempatnya. Laporan akhir PPL dan skripsi masih menunggu untuk diselesaikan.
Akhir September ini kutargetkan untuk sesegera mungkin menyelesaikan laporan PPL. Selain alasan lebih cepat lebih baik, beberapa agenda penting terkait kedatangan Dr. Jiraporn yang pernah menjadi dosen pembimbingku di Thailand menjadi alasan lain untuk segera menyelesaikan urusan PPL. Kurang lebih seminggu lamanya aku harus bersiap membantu pak Direk di kampus untuk menyiapkan acara seminar internasional yang akan diselenggarakan pada tanggal 15 Oktober nanti. Salah satu agenda kunjungan ke UPI Bandung pun harus aku ikuti karena they are need guides and I ready for it.
Rapat terkait seminar internasional ini akan kembali diselenggarakan ada tanggal 26 September mendatang setelah sebelumnya rapat perdana diselenggarakan kemarin (19/9). Lelah sudah pasti, puncaknya kemarin. Namanya juga wanita, berderailah air mata. That is not ujian PPL, tapi terasa seperti ujian bagi seorang mahasiswa semester 9. Setiap pagi aku berangkat pukul 7 menggunakan sepeda. Pembelajaran di kelas selesai pukul 10.30 dan guru baru bisa pulang dari kantor sekitar pukul 12 siang. Tepat sekitar pukul 12.30 aku baru tiba di rumah kontrakanku dengan kondisi lelah karena rute bersepeda yang aku lalui ketika pulang dari TK adalah jalanan menanjak.

Dibalik itu semua, hangatnya suasana yang dihadirkan oleh anak-anak menjadi penawar rasa lelah dan jenuhku. Selalu ada canda tawa dan celotehan cerdas dari anak-anak muridku. Tingkah laku mereka dan ekpresi wajah polos yang mengundang rasa rindu setiap kali harus berpisah dengan mereka setiap pulang sekolah menjadi fenomena unik yang kembali aku rasakan. Aku selalu yakin bahwa terangnya siang akan hadir setelah pekatnya malam. Bismillah...

0 komentar:

Posting Komentar