Senin, 28 Mei 2018

Fitrah Seksualitas #6

Review Presentasi Kelompok 6

Menumbuhkan Fitrah Seksualitas Anak Laki-laki sesuai Tauladan Rasulullah

Sebagaimana dijelaskan oleh grup-grup sebelumnya, Fitrah seksualitas bukan hanya sekedar sex education yang mengajarkan tentang organ reproduksi atau pendidikan seks yang diarahkan untuk  mencegah kita dari berbagai penyakit menular. Fitrah seksualitas adalah bagaimana seseorang berfikir, merasa dan bersikap sesuai dengan fitrahnya, sebagai lelaki sejati atau sebagai perempuan sejati. 
Orang tua mempunyai peranan yang penting dalam menumbuhkan fitrah ini. Orang tua yang mendidik dan mengarahkan anak-anaknya menjadi laki-laki atau perempuan sesuai dengan fitrah ketika dia dilahirkan. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, kelompok kami memilih tema khusus yaitu menumbuhkan Fitrah Seksualitas anak laki-laki sesuai teladan Rasulullah. Dalam hal ini kami fokus kepada mendidik anak laki-laki sebagaimana Rasulullah dibesarkan sehingga fitrahnya sebagai laki-laki bisa tumbuh dan berkembang. Tema ini kami anggap penting karena bisa menjadi bekal bagi kita semua untuk mendidik anak laki-laki agar mampu menjalani fitrahnya sebagai laki-laki dengan benar. Jangan sampai kita sebagai orang tua salah asuh, sehingga mencederai fitrahnya.

Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Elly Risman dari tahun 2008-2010, studi di 33 provinsi di Indonesia, menyatakan bahwa Indonesia salah satu negara paling “yatim” di dunia. Indonesia berada di peringkat ketiga sebagai fatherless country setelah Amerika.

Fatherless country merupakan sebuah negeri yang ditandai keadaan atau gejala dari masyarakatnya berupa kecenderungan tidak adanya peran, dan keterlibatan figur ayah secara signifikan dan hangat dalam kehidupan sehari-hari seorang anak di rumah. Mungkin tak jarang kita lihat ayah berangkat kerja pagi hari, bahkan sebelum anak bangun, lalu pulang sore hari bahkan malam saat anak telah tidur, waktu interaksi dengan anak amat sedikit.

Menurut Grimm-Wassil, ayah memiliki pengaruh dalam beberapa area khusus pada perkembangan anak, diantaranya ayah mengajarkan arti kebebasan yang bertanggungjawab, ayah meluaskan pandangan anak tentang dunia luar, pendisiplin yang tegas, serta tentu saja ayah adalah model laki-laki bagi anak.

Jadi peran ayah itu tidak hanya terbatas pada mencari nafkah harta saja tapi juga harus memberikan waktu dan kasih sayang, lebih jauh lagi ayah harus berperan sebagai role model bagi anak untuk belajar ketegasan dan kuat untuk menolak segala hal negatif yang ditawarkan oleh lingkungan luar atau teman sebayanya.


Fitrah seksualitas jika dirawat dan ditumbuhkan sesuai tahapannya dengan pendampingan penuh ayah bunda sejak 0-15 tahun kelak akan berujung pada peran Ayah sejati atau Ibu Sejati. Jika tidak dirawat baik maka akan berakibat penyimpangan seperti LGBT atau setidaknya kelak akan gagap jadi Ibu atau gagap jadi Ayah.

Mendidik Anak Laki-laki sesuai Fitrah Seksualitasnya

Mendidik anak laki-laki = berupaya membangun sifat dasar lelaki

Laki-laki diciptakan oleh Allaah SWT memiliki kelebihan dibanding perempuan = memiliki fitrah jiwa Al Qawwam (pemimpin) 

Maka untuk menumbuhkan fitrahnya sebagai laki-laki, didiklah sesuai dengan fitrah ke-Qawwamannya, dimana seorang laki-laki itu harus memiliki ciri sebagai berikut :

1. Bisa diandalkan
2. Mampu dan tetap tangguh menghadapi situasi sulit
3. mampu menjadi pemimpin
4. mampu menyelesaikan masalah

Allaah SWT telah menjàdikan Rasulullaah SAW sebagi role model lelaki terbaik sepanjang zaman.
maka tugas qt sebagai ortu adlh mengeksplorasi bagaimana beliau dulu dididik dan dibina oleh Allaah SWT.

Usia 0-5th (sterilisasi bahasa)
Rasul kecil "diasingkan" dan disusukan pada ibunda Halimatus Sa'diyah di kampung Bani Sa'ad, bukan tanpa tujuan. Ibunda Aminah berharap Rasul kecil tumbuh di lingkungan yang memiliki kebiasaan berbahasa yang baik (karena saat itu di Makkah bahasa lingkungan sekitar sangat jauh dari kaidah dan sangat jauh dari kata santun).
Disinilah Allaah hendak mengingatkan kita, bahwa jangan pernah menyepelekan perbaikan bahasa sejak usia dini, dan ini bisa dilakukan dengan cara sering membacakan sirah/kisah para nabi. Setiap bahasa memiliki nilai dan rasa, maka fokuslah pada perbaikan bahasa.
perbaikan bahasa = perbaikan akhlak (sertakan QS Al ahzab 70-71).

Usia 6-9th (belajar gembala kambing)
Jangan selamanya anak "disterilkan" dari lingkungan luar. Ketangguhan anak lelaki adalah mereka sanggup menghadapi realitas, maka harus dipersiapkan untuk akhirnya mampu menghadapi tantangan yang jauh lebih hebat di luar sana.

Hikmah gembala kambing, mengajarkan :
  • pathfinding
  • directing
  • controlling
  • protecting
  • reflecting

1- Kenapa sampai para nabi menjadi penggembala kambing? Ibnu Hajar menyebutkan bahwa hikmah dibalik penggembalaan kambing sebelum masa kenabian tiba adalah agar mereka terbiasa mengatur kambing yang nanti dengan sendirinya akan terbiasa menangani problematika umat manusia. (Fath Al-Bari, 4:441). Kalau sukses menggembala kambing, maka nantinya akan mudah mengatur manusia kelak saat menjadi seorang nabi.

2- Dengan menggembala kambing akan dilatih untuk sabar dalam menyantuni dan mengayomi. Karena ketika kambing dalam jumlah banyak lantas terpisah, maka harus ada kemampuan untuk mengatur kambing-kambing tersebut karena ada yang sifatnya taat dan ada yang membangkang. Maka ada pengalaman mengatur orang yang punya tabiat yang berbeda. Demikian pula disebut oleh Ibnu Hajar dalam Fath Al-Bari, 4:441.

3- Menunjukkan sifat tawadhu’ dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena beliau mau mengungkap masa lalu beliau yang hanyalah orang biasa. Biasanya jika seseorang dahulu miskin dan susah, kalau memiliki sifat sombong saat ini, ia tidak akan mau mengungkit masa lalunya.

4- Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi penggembala kambing untuk mengajarkan bahwa seorang dai itu baiknya tidak bergantung pada orang lain. Seorang dai harus punya pekerjaan untuk mendukung nafkah diri dan keluarganya. Karena jika seseorang bergantung kepada orang lain, dakwahnya bisa jadi ada basa-basi. Karena bayaran, seorang dai akhirnya tidak boleh menyampaikan kebenaran karena harus menyesuaikan pada pesanan jamaah.

Sumber : https://rumaysho.com/16481-faedah-sirah-nabi-nabi-suka-menggembala-kambing.html

Untuk saat ini, orang tua bisa mengajarkan anak untuk memelihara binatang peliharaan lain, dengan tujuan menanamkan sikap bertanggung jawab pada anak lelaki.

Usia 10-14th (belajar berdagang dan travelling)
Anak lelaki memiliki fitrah suka berpetualang, maka jangan padamkan jiwa travellingnya. Disinilah peranan ayah bekerja, persiapkan safar bersama anak lelakinya. Hal tersebut bertujuan: belajar mengenal dunia, bahasa, suku, tradisi, dll. Berlatih memahami medan, dan menumbuhkan kepekaan terhadap lingkungan yang berbeda dari lingkungan tempat tinggalnya selama ini.

Usia 15-20th (belajar magang peran)
Rasul tidak serta merta menjadi manusia sempurna, tetapi memang telah Allaah tempa dan persiapkan langsung sejak usia dini. Orang tua bisa membuat program magang peran dan juga seni bela diri. Tujuannya ialah untuk: menjaga kehormatan nya sebagai seorang lelaki, membuka cakrawala berpikir, dan menjadi tangguh dan matang saat dewasa nanti.

Usia 21th (Aktif dalam organisasi)
Banyak anak remaja yang saat ini lemah dalam organisasi kebaikan dan lebih senang berkumpul dalam hal yang sia-sia.

Tugas orang tua adalah membuat program memilih organisasi kebaikan  bagi anak. 
Tujuannya : melatih kepekaan terhadap situasi masyarakat. Karena ciri lelaki tangguh adalah tidak hanya mengurus diri sendiri, tapi memikirkan dan mengurus orang banyak.

Usia 25th (persiapkan untuk menikah)
Menikah = Mencari partner kebaikan untuk menciptakan peradaban mulia.

1. Aku tertarik banget dengan belajar berdagang. Tapi bukan buka lapak, tapi ekspedisi. Tolong dijelaskan maksudnya bagaimana dari point ini dan yang ingin dicapai apa? Aku niatnya mau melatih anak perempuan aku untuk belajar dagang, ya jualan barang kecil-kecilan yang mereka sukai ke teman-temannya atau bazaar sekolah, hanya untuk melatih dan menghargai mencari uang please advise and inputnya.
Kalau kita perhatikan Sirah Rasulullah, berdagang bukan dengan buka lapak ya, tetapi melakukan perjalanan jauh ke suatu negeri, membawa barang dagangan ke negeri tersebut dan kembali lagi ke negeri asal dengan barang dagangan dari negeri tersebut untuk dijual kembali (mohon koreksi kalau saya salah). Dengan demikian, tantangannya lebih tinggi. Hal ini untuk mengasah keterampilan menaklukan tantangan yang merupakan pemenuhan fitrah laki-laki yang memang suka dengan tantangan. Selain itu pengalaman yang diperoleh akan lebih banyak daripada ketika dengan buka lapak. Namun jujur untuk kondisi sekarang, masih belum tergambar perdagangan yang seperti apa yg bisa diajarkan. 

http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/18/04/17/p7bkqj313-bepergian-ala-rasulullah

Tujuan Allaah "mendidik" Rasul untuk magang peran, adalah: agar tumbuh menjadi pribadi yang matang dan siap. Maka Rasul pun ditempa sejak usia muda. Disini Rasul mulai magang sejak usia 12th, mulai berkecimpung langsung belajar memanah, awalnya hanya menjadi pemungut panah, tetapi dari sanalah awal akhirnya Rasul menjadi pemanah hebat.

Magang peran sebagai pedagang, awalnya hanya ikut pamannya, tapi dari sanalah akhirmya Rasul matang dan handal dalam berniaga

2. Bagaimana response anak perempuan terhadap anak laki-laki yang terlalu perhatian dan menjaganya di sekolah? Misalnya, disekolah ada anak laki-laki yang perhatian dan "suka" sama anak perempuan. Bagaimana cara menjelaskannya? Sebagai orang tua, kita selalu menjelaskan untuk waspada terhadap anak laki-laki dan bahkan gemss mau bilang, "hampir semua anal laki-lak itu jahat". Apalagi sudah pernah trauma dengan anak laki-laki sampai pindah sekolah dan itu 2x. Jadi pindah sekolah 2x. Dan total pindah sekolah 3x dalam 1 tahun. Masa-masa sulit untuk recovery trust ke anak laki-laki.

Biasanya kita daoat mengajak diskusi anak, kita klarifikasi kembali. Jangan-jangan cuma perasaannya saja. Kemudian kita bisa jelaskan tema pergaulan dalam Islam, dengan bahasa anak-anak.  Dan endingnya dia merasa terganggu nggak, kalau terganggu, kita coba cari beberapa alternatif solusi. Waspada tetap perlu, tapi Sebaiknya jangan sampai kita tanamkan bahwa laki-laki itu jahat, karena nanti merusak fitrahnya mbak.

Bonus:
https://youtu.be/eProByHS6bU


https://youtu.be/o0-Gg7JLhyQ


https://youtu.be/FWXyagV6sPU

Fitrah Seksualitas #5

Kenapa aku harus bobok sendiri, Ayah? Aku mau bobok nya sama Ayah Bunda aja.

Kenapa kamar aku sama adek dipisah sih , bun? 

Kok bunda dapat libur sholat sama puasa dari Allah, bun?

Kenapa dedek harus sunat, bun?

Familiar kah bunda2 dengan pertanyaan diatas?

Pernakah kehabisan kata-kata untuk menjelaskan kepada anak anak? 

Pasti sudah tidak asing lagi ya dengan kalimat2 itu?
Dan jika kita kurang tepat menjelaskan nya kepada anak anak kita, apa yang akan terjadi ?

Mungkin anak anak tidak paham betul apa fitrah seksualitas dirinya.

Mungkin anak anak tidak paham akan arti dari laki-laki sejati ataupun perempuan sejati.

Atau masih merasa "belum waktunya ah jelasin ke anak-anak, masih pada kecil pasti belum paham".

Atau nanti aja jelasinnya jika sudah besar.

〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰

Anak-anak kita tidak selamanya menjadi anak kecil, kelak mereka juga akan menjadi remaja dan dewasa. Ketika mereka sudah tiba saatnya harus mengetahui tentang diri mereka sendiri dan peran yang harus diambil, kemanakah mereka akan bertanya?

Jika kita menunda-nunda memberikan pemahaman fitrah seksualitas kepada anak, bisa jadi tanpa kita sadari peran kita diambil oleh pihak lain.

Siapa pihak lain itu ?

  • Teknologi 
  •  Lingkungan Masyarakat
  • Lingkungan Pergaulan


Seperti kita ketahui bahwa pihak lain itu memiliki daya magnet yang sangat kuat.

Maka dari itu, penting sekali mengenalkan fitrah seksualitas anak sejak dini oleh orang tuanya.

Agar orang tuanya pun terpacu untuk selalu belajar dan menjadi teladan untuk anaknya. Selain itu, kedekatan emosional anak dengan orang tua akan terjalin.

Berikut penjelasan materi dari kelompok 4⤵












Pertanyaan:

  1. Bagaimana cara mengontrol kegiatan anak? Tanpa anak merasa diintrogasi atau dikawal?
memang harus ada rasa saling percaya antaranak dg orang tua kali. Singkatnya, kita menjadi orang tua, menjadi orang pertama yang mereka cari untuk bercerita tentang apa yang mereka lakukan. Jadi buatlah mereka jujur pada kita selaku orang tua.
    Dulu pernah ada kisah, Rasulullah ditanya oleh pemuda. 'Ya Rasulullah, saya mau melakukan apapun, jangan kau larang'.
    "Silahkan', jawab Rasulullah 'Tapi jadilah orang jujur'

      Ketika dia jujur, mau tidak mau ia harus menceritakan apa yang dia lakukan. Persis dengan yang kita lakukan pada anak. Buat anak kita jujur dengan apa yang ia lakukan.
        Bagaimana caranya? 
        Kita juga harus jujur pada anak. Kita menginginkan apa, kita tanyakan pada mereka, ceritakan pada  mereka, tapi harus jujur. Atau jika mereka selalu mengikuti kita, ajak mereka terlibat dengan kegiatan yang sedang kita lakukan.
          Selain itu, mungkin kita bisa membiasakan melakukan kegiatan bersama anak dalam keseharian. buat ritme harian yang itu nantinya menjadi pola yang akan mereka melakukan dalam kegiatan sehari-hari. Jika kita tidak mau anak-anak kita melakukan hal-hal yang sia-sia atau tidak baik, kita contohkan untuk tidak melakukan hal itu. Wallaahu a'lam
            Kita harus menciptakan bonding yang cukup kuat antara kita dengan anak-anak semenjak dini. Kedekatan ini akan membuat anak-anak nyaman bercerita tentang dirinya dan lingkungannya kepada kita. Dan kita pun akan dipercaya oleh anak-anak sebagai tempat berkeluh kesah yang paling nyaman. Sehingga ketika kita menanyakan sesuatu kepada anak, anak akan dengan senang hati bercerita. Kalau kita tidak pernah menciptakan ruang untuk kita dengan anak, bisa jadi anak malah berfikir "ada apa nih mamakku nanya macam-macam".

            2. Bagaimana memahamkan kepada anak usia 3-5 tahun dan 8 tahun mengenai real keadaan di lingkungan yang berpengaruh buruk terhadap anak. Misalnya kejahatan seksual dan kejahatan lainnya? Tanpa membuat anak jadi phobia akan keramaian.

            Untuk usia batita--lima tahun, gunakan gaya bercerita atau bisa media lain, misalnya lagu sentuhan boleh-tidak boleh. Untuk anak usia 8 tahun sudah bisa diajak diskusi. Tanyakan pada mereka, "jika ada sesuatu yang seperti itu kakak nyaman gak? atau risih? kira2 itu boleh atau tidak?"
              Gunakan waktu, intonasi, dan gestur yang tepat. Karena fitrah anak pada kebaikan.
                Atau jika kita sebagai orang tua diharuskan berada di luar rumah untuk bekerja, kita dapat sesering mungkin menelpon ke rumah. Bicara dengan anak-anak atau asisten rumah tangga dengan bahasa senyaman mungkin.
                  Khusus bagi kakak-kakak yamg sudah sekolah, sebelumnya kita dapat sering menanyakan, "kakak disekolah ngapain aja?" .
                  Namun kemudian, kita akan sadar bahwa pertanyaan yang sama setiap harinya akan membuat anak merasa bosan untuk menjawabnya.
                    Kita dapat mengubahnya misal dengan, "mmm...kakak disekolah tadi senang nggak? Apa yang membuat kakak senang disekolah? Apa yang menarik kakak lakukan?"
                      Jika sudah terbiasa, dengan sendirinya anak akan memulai percakapan terlebih dahulu. Dan seiring berjalannya waktu, kita dapat membuat agenda wajib seperti "Curhat-time" sebelum tidur bersama anak-anak.

                      Sekian. Semoga informasi diatas dapat memberikan tambahan wawasan terkait fitrah seksualitas pada anak.

                      Jumat, 25 Mei 2018

                      Fitrah Seksualitas #4

                      Review pemaparan oleh kelompok 4.

                      Fitrah Seksualitas Anak Pre Aqil Baligh (7-10 tahun)
                      Belajar sedikit demi sedikit lebih baik daripada tidak sama sekali. Dan setiap saat saya selalu memotivasi diri saya untuk terus belajar dengan membaca dan menulis. Kali ini masih dengan game level 11 yang begitu menarik. Tiba saatnya untuk me-review hasil diskusi yang dibawakan oleh kelompok 4 Kelas Bunda Sayang Batch #2 IIP Jakarta. Metode yang digunakan ialah studi kasus. Sangat menarik bukan? Mari simak bersama! Semoga bermanfaat.


                      Kasus 1

                      "KETIKA LAKI-LAKI DAN NEGARA TAK BERFUNGSI"
                      Penulis : Ria Fariana
                      Sumber :   http://www.voa-islam.com

                      Hari ini, saya ngobrol dengan seorang nenek penjual nasi pecel. Usianya 83 tahun dan sudah sakit-sakitan. Ia memunyai satu anak laki-laki yang tinggal serumah dengannya bersama dengan istri dan dua anaknya. Anak laki-laki ini bekerja sebagai tukang becak tapi jarang beroperasi becaknya. Dia lebih memilih duduk atau tiduran di becaknya sambil menikmati semilir angin. Intinya, anak laki-laki ini malas bekerja keras demi menafkahi anak dan istrinya.
                      Si istri atau menantu nenek penjual nasi pecel ini tidak mau membantu mertuanya berjualan. Ia lebih memilih nonton TV dengan santai di rumah. Anak pertamanya yang perempuan pun harus drop out dari SMK karena hamil duluan. Setelah dinikahkan dan melahirkan, ia, bayi serta suaminya yang pengangguran tinggal di rumah tersebut dan menjadi beban si nenek tersebut. Bayangkan, setua itu dia harus memberi makan 7 mulut di rumahnya.
                      Di kesempatan yang lain, nenek berusia 87 tahun penjual kerupuk seharga seribuan curhat pada saya. Ia keliling dari kampung ke kampung menjajakan dagangannya demi laba seratus rupiah per bungkus kerupuk. Anaknya sembilan dan sudah menikah semua. Tak ada satu pun yang mau menanggung biaya hidup ibunya. Nenek ini sebetulnya memunyai uang pensiun dari suaminya yang mantan angkatan. Tapi karena ada salah satu anaknya yang hidupnya sangat miskin sehingga ia tidak tega dan memberikan uang tersebut untuk keluarga anaknya. Jadilah untuk makan dan biaya kostnya, ia berjualan kerupuk tersebut.
                      Dua ilustrasi di atas, bisa jadi membuat hati kita iba dan miris. Sosok yang seharusnya sudah beristirahat di masa tua, masih saja membanting tulang bukan demi dirinya tapi anak dan cucu juga. Salah satu teman, mengatakan bahwa fenomena demikian tidak membuatnya iba tapi marah. Kemana nurani anak dan cucunya? Kemana pemahaman dan bakti si muda pada yang tua? Apalagi bila ada sosok laki-laki di sana, betapa teganya ia membiarkan ibunya mencari receh demi memberi makan keluarga.

                      Kasus 2

                      "Bunda, Didiklah Anak Sesuai Fitrahnya"
                      Penulis : Yana Nurliana 
                      Sumber :   http://www.voa-islam.com

                      Saya mendengarkan 'sekilas info' di radio streaming bahwa Angelina Jolie dan Brad Pitt membawa anaknya ke psikiater karena perkembangan jiwa tomboy anak cewek 9 tahunnya makin memprihatinkan. Masak sih?

                      Setahu saya, lewat media juga, bahwa Jolie adalah orang yang paling bertanggung jawab 'mendandani' anaknya seperti lelaki sejak usia 4 tahun. Saya langsung buru-buru searching berita dari media berbahasa Inggris.

                      Ternyata berita yang seliweran di media online, malah semakin mendukung dugaan saya. Jolie Pitt sedang mendukung anaknya menjadi anak laki-laki, senyaman-nya. Duh! Bahkan di salah satu penampilan terbaru keluarga mereka, Pitt, secara perdana meminta media dan masyarakat mengganti sapaan nama Shiloh, gadis 9 tahun itu menjadi John, seperti nama yang diinginkan anaknya tersebut.

                      Media barat serempak memberi apresiasi, apalagi para komunitas LGBT. Mereka malah membuat istilah baru "TranKid" (Banci Cilik) untuk mendukung Jolie Pitt sebagai orangtua paling toleran dalam mendidik anak-anaknya menjadi yang mereka inginkan. Gleks! Bahkan media populer Inggris Telegraph.co.uk membuat ulasan yang lebih banyak mengutip komentar para aktifis gender yang tentu saja 'mendikte' pembaca untuk mendukung metode parenting 'gila' pasangan ini.

                      Sayangnya isu pertumbuhan anak cewek tomboy, atau anak cowok melambai bukan hal yang baru di Indonesia bahkan mungkin di lingkungan kita. Di gang Kampung Baru, Balikpapan, kampung kelahiran saya, sekitar tahun 90an, ada 2 anak perempuan yang DIBIARKAN tumbuh dan bergaya laki-laki. Awalnya dianggap lucu saat balita. Ya lucu. Anak cewek kok berdandan cowok. Dan sekarang kedua gadis kecil itu tumbuh dewasa dan resmi menjadi seorang Lesbian. Perawakan, gaya, dandanan, sangat lelaki. Sedihnya.

                      Tetangga kami di Jombang, anak perempuan 5 tahun, setiap hari berdandan dan bergaya laki-laki. Baju dan mainan yg dikenakan sehari-hari sangat 'lelaki'. Termasuk, ia lebih jago mengocek bola sepak daripada Thoriq, anak laki-laki saya. Karena dia marah dibilang cantik, maka saya semakin memanggilnya cantik setiap ketemu.

                      "Hey cantik, bonekanya mana? Ke rumah ummi yuk! Ummi banyak boneka. Nanti ummi kasih.” Dan biasanya dia akan ngambek, dan melengos.

                      "Emoh! Aku sukanya Bal-bal-an." (Gak mau, aku sukanya main bola).

                      Lucu? Iya, sekarang. Setiap bertemu ibunya, kalimat pembelaan dirinya selalu sama.

                      "Anaknya gak mau dipakein baju cewek ehh, ngamuk. Semua baju yang saya belikan akhirnya kemeja sama jeans cowok.”

                      Saya dan suami biasanya melongo. Bagaimana bisa anak 5 Tahun sudah begitu powerfull-nya mengintimidasi orangtua memenuhi semua keinginannya.

                      Ini baru 5 tahun lho buuun! Saat usia segitu saja bunda tidak bisa berbuat apa-apa pada semua permintaannya. Lalu, apa yang bunda harapkan di usia remajanya? Karena pasti saat berdebat dan berargumen, akan lebih canggih dari sekarang? Bahkan saat berbeda ekstrim, dia bisa minggat. Kecuali memang, Bunda menginginkan dia tumbuh dan menjadi lelaki. Parahnya, Bunda pun mengharapkan gadis kecil itu kelak menikah dengan sesama wanita dan sungkem di lutut bunda saat pernikahan diiringi musik romantis. Persis seperti yang terjadi di Bali.

                      Entahlah. Naudzubillah mindzalik.


                      Definisi Fitrah Seksualitas

                      PRE AQIL BALIGH I (7-10 tahun)

                      • What To DO?? 

                      MEMBANGKITKAN KESADARAN FITRAH SEKSUALITAS 

                      • HOW??

                      ✓ Anak LAKI-LAKI didekatkan ke AYAH → memahami peran sosial seorang lelaki dan seorang ayah dari ayahnya

                       ✓ Anak PEREMPUAN didekatkan ke IBU → memahami peran sosial seorang perempuan dan seorang ibu dari ibunya 

                      • INDICATOR OF ACHIEVEMENT??

                      1. Ayah jadi FIGUR IDOLA anak laki-laki 
                      2. Ibu jadi FIGUR IDOLA anak perempuan 
                      3. Sadar akan pribadi dirinya sebagai laki-laki atau perempuan dan tahu konsekuensi atau tanggung jawabnya.


                      Menurut kelompok 3, yang harus digaris bawahi adalah: Peran laki-laki dan perempuan  TIDAK SAMA  tetapi  SALING MELENGKAPI.

                      Kali ini kami akan lebih membahas bagaimana mengarahkan fitrah seksualitas di usia pre baligh 1 (7- 10 tahun), diantaranya dengan membahas 2 contoh kegiatan

                      Contoh kegiatan berkaitan dengan Fitrah Seksualitas 

                      1. Menanamkan kelelakian (jiwa maskulinitas) pada anak laki-laki dan keibuan (jiwa feminitas) pada anak perempuan 

                      2. Memisahkan tempat tidur anak laki-laki dan perempuan
                      Pada case 1 dan case 2, terlepas kita tidak mengetahui kondisi/penyebab sebenarnya, kita dapat mengira-ngira bahwa ada masalah mengenai jiwa kelaki-lakian dan jiwa keperempuanan pada individu bersangkutan. Maka hal ini yang perlu dikembangkan di rentang usia ini.

                      Pembahasan dari kelompok 3, ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk menanamkan kelelakian (jiwa maskulinitas) pada anak laki-laki dan keibuan (jiwa feminitas) pada anak perempuan.

                      Pembahasan pada Kasus 1
                      Kasus diatas menggambarkan bahwa kurangnya pemahaman anak mengenai peran laki-laki dan peran perempuan. Anak laki-laki harus disadarkan peran kelelakiannya sebagai seorang PEMIMPIN dan PENCARI NAFKAH contohnya dengan cara-cara seperti:

                      1.Rapat Keluarga: Diskusi mengenai rencana keluarga yang dapat melibatkan anak-anak. Misalnya, rencana liburan, rencana renovasi kamar anak dan biarkan sang ayah yang memimpin dan menunjukkan jiwa kepemimpinannya. Sang ibu menunjukkan sebagai copilot dalam diskusi tersebut sebagai fasilitator dan moderator.

                      2. Shalat berjamaah di Masjid: Sang ayah mengajak anak laki-lakinya untuk shalat berjamaah di Masjid. Sang ayah sudah terlebih dahulu rajin shalat berjamaah di Masjid sebagai contoh bagi anak-anaknya. Shalat berjamaah di rumah juga bisa, dengan ayah atau anak laki-lakinya menjadi imam dan posisinya didepan.

                      3.Memberi pengertian kenapa ayah bekerja setiap hari: tunjukkan dan jelaskan bahwa ayah rajin bekerja dan mengapa harus bekerja. Agar anak-anak laki-lakinya mencontoh dan mengidolakan sang ayah yang giat bekerja namun juga rajin beribadah

                      Pembahasan Kasus 2

                      • Orang tua yang tidak memberikan pemahaman identitas seksualitas diri sejak dini.
                      • Orang tua yang tidak memberikan contoh akan Fitrah Seksualitas sesuai dengan gender baik perilaku maupun pakaian sehari-hari sebagai identitas dirinya.
                      • Lingkungan atau tetangga yang kurang mengarahkan kepada anak sesuai dengan fitrah seksualitasnya.
                      • Waspada dan melek diri bahwa jika terjadi penyimpangan seksualitas, maka bisa jadi mendapat dukungan dari komunitas yang menyimpang tersebut (komunitas LGBT) bahkan secara international, MENGINGAT saat ini adalah era global dan informasi yang terbuka dan tersebar luas.

                      Pembahasan yang terakhir adalah mengenai pemisahan tempat tidur.



                      Dari pemaparan tersebut, muncul pertanyaan:
                      1. Apakah yang boleh main masak-masakan hanya anak perempuan? Karena masak itu sebetulnya lifeskill, dan roleplay itu membangun imajinasi anak.
                      2. Apakah yang boleh suka bunga hanya anak perempuan?
                      3. Begitu pula apakah bola dan mobil-mobilan hanya untuk anak laki-laki?
                      4. Urusan pembedaan warna (pink hanya untuk anak perempuan, menyisakan warna-warna suram untuk anak laki)

                      Beberapa pendapat menjawab pertanyaan tersebut, seperti kita bisa mengajak anak untuk ikut terlibat dalam belajar life skill memasak (motong-motong, mengupas telur, membuat kue). Artinya tidak secara langsung anak dibiarkan main masak-masakkan.

                      Terkait warna, anak-anak dapat kita perlihatkan isi lemari ayah dan bundanya. katakan pada anak, "lihat baju ayah banyaknya warna apa. Baju-baju bunda banyaknya warna apa".

                      Selain itu, muncul pandangan dari salah satu peserta diskusi bahwa beliau termasuk yang setuju dengan pendapat bahwa laki-laki pun harus cakap mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti mengepel, mencuci, memasak, dll. Bukan untuk merendahkan martabatnya sebagai qawwam, namun sebagai bekal supaya nanti dalam kehidupan rumah tangga lebih empati dengan istrinya.



                      Sekian.



                        Fitrah Seksualitas #3

                        Review Presentasi Kelompok 3

                        Membangkitkan Fitrah Seksualitas Anak Pre Aqil Baligh
                        Mengapa kami (kelompok 3) memilih masa pre aqil baligh? Dewasa ini kami melihat bahwa banyak sekali para remaja yang notabene dalam islam sebenarnya tidak mengenal istilah remaja mengalami krisis identitas jadi secara fisik sudah dewasa namun secara akal fikiran masih sangat kekanak-kanakan dan masih sangat labil.

                        Apalagi di era milenial seperti saat ini dimana hampir seluruh anak-anak di usia pre aqil baligh memilik smart phone sendiri satu sisi menjadi nilai positif namun disisi lain nilai negatifnya pun banyak sekali.

                        Anak-anak lebih mudah mendapatkan informasi, termasuk pemberitaan mengenai sex, games yang merusak otak dan lain sebagainya. Yang jika tidak didampingi oleh orang tua maka akan berakibat fatal di masa depan.
                        Oleh karena itu, penguatan masa pre-akil baligh menjadi sangat penting yakni pendampingan orang tua secara penuh dengan diskusi dan keterbukaan serta penjelasan-penjelasan terkait gender, perubahan hormon yang nantinya akan terjadi pada anak-anak yang biasanya dimulai ketika usia 10 atau 11 tahun.

                        Hal-hal yang menurut kita tabu untuk di bicarakan sebenarnya menjadi suatu yang sangat penting dalam membangkitkan fitrah seksualitas anak-anak jika kita sebagai orang tua tidak mendampingi secara penuh dan terbuka maka anak-anak pasti akan mencarinya di luar termasuk dari internet yang mana belum tentu informasi tersebut sesuai dengan fitrah seksualitas anak seharusnya.

                        Mengutip tulisan Ust. Harry santosa yang sudah di share sebelumnya.

                        "Ketika usia 7 - 10 tahun, anak lelaki lebih didekatkan kepada ayah, karena di usia ini ego sentrisnya mereda bergeser ke sosio sentris, mereka sudah punya tanggungjawab moral, kemudian di saat yang sama ada perintah Sholat.

                        Begitupula anak perempuan didekatkan ke ibunya agar peran keperempuanan dan peran keibuannya bangkit. Maka wahai para ibu jadikanlah tangan anda sakti dalam merawat dan melayani, lalu jadikanlah kaki anda sakti dalam urusan keperempuanan dan keibuan.

                        Jika sosok ayah ibu tidak hadir pada tahap ini, maka inilah pertanda potensi homoseksual dan kerentanan penyimpangan seksual semakin menguat.
                        Lalu bagaimana dengan tahap selanjutnya, usia 10 - 14?
                        Nah inilah tahap kritikal, usia dimana puncak fitrah seksualitas dimulai serius menuju peran untuk kedewasaan dan pernikahan.

                        Di tahap ini secara biologis, peran reproduksi dimunculkan oleh Allah SWT secara alamiah, anak lelaki mengalami mimpi basah dan anak perempuan mengalami menstruasi pada tahap ini. Secara syahwati, mereka sudah tertarik dengan lawan jenis.

                        Maka agama yang lurus menganjurkan pemisahan kamar lelaki dan perempuan, serta memberikan warning keras apabila masih tidak mengenal Tuhan secara mendalam pada usia 10 tahun seperti meninggalkan sholat. Ini semua karena inilah masa terberat dalam kehidupan anak, yaitu masa transisi anak menuju kedewasaan termasuk menuju peran lelaki dewasa dan keayahan bagi anak lelaki, dan peran perempuan dewasa dan keibuan bagi anak perempuan.

                        Maka dalam pendidikan fitrah seksualitas, di tahap usia 10-14 tahun, anak lelaki didekatkan ke ibu, dan anak perempuan didekatkan ke ayah. Apa maknanya?

                        Anak lelaki didekatkan ke ibu agar seorang lelaki yang di masa balighnya sudah mengenal ketertarikan pada lawan jenis, maka di saat yang sama harus memahami secara empati langsung dari sosok wanita terdekatnya, yaitu ibunya, bagaimana lawan jenisnya harus diperhatikan, dipahami dan diperlakukan dari kacamata perempuan bukan kacamata lelaki. Bagi anak lelaki, ibunya harus menjadi sosok wanita ideal pertama baginya sekaligus tempat curhat baginya.

                        Anak lelaki yang tidak dekat dengan ibunya di tahap ini, tidak akan pernah memahami bagaimana memahami perasaan, fikiran dan pensikapan perempuan dan kelak juga istrinya. Tanpa ini, anak lelaki akan menjadi lelaki dewasa atau suami yang kasar, egois, dsbnya.

                        Pada tahap ini, anak perempuan didekatkan ke ayah agar seorang perempuan yang di masa balighnya sudah mengenal ketertarikan pada lawan jenis, maka disaat yang sama harus memahami secara empati langsung dari sosok lelaki terdekatnya, yaitu ayahnya. Bagaimana lelaki harus diperhatikan, dipahami, dan diperlakukan dari kacamata lelaki bukan kacamata perempuan. Bagi anak perempuan, ayahnya harus menjadi sosok lelaki ideal pertama baginya sekaligus tempat curhat baginya.

                        Anak perempuan yang tidak dekat ayahnya di tahap ini, kelak berpeluang besar menyerahkan tubuh dan kehormatannya pada lelaki yang dianggap dapat menggantikan sosok ayahnya yang hilang dimasa sebelumnya.

















                        Bagaimana solusinya ketika seorang anak sudah terlanjur terlewat pendidikan seksualitas pada masa kanak-kanak, tidak dekat dengan kedua orang tuanya karena sibuk bekerja, kemudian sudah berperan menjadi orang tua?
                        Karena waktu tidak bisa terulang, maka yang bisa di lakukan adalah mendidik diri sendiri dengan banyak membaca, mengikuti sekolah orang tua dan memutus rantai artinya tidak mengulang kesalahan yang sama dalam mengasuh anak.
                        Pertama keinginan untuk menjadi lebih baik itu harus datang dari dalam diri sendiri. Apa yang bisa dilakukan oleh kita untuk membantu orang tersebut sama seperti yang selalu disampaikan oleh ustadz Harry, "doakan jangan diamkan, dukung, beri support".
                        Berusaha mendekatkan dirinya kembali kepada kedua orang tuanya, untuk membayar dan mengatasi ketidakdekatannya yang terdahulu. Banyak belajar dan berusaha sebisa mungkin agar tidak terulang kepada anak-anaknya dengan memberikan quality time dan pendampingan serta hadir sepenuhnya untuk anak-anaknya.

                        Bagaimana menjelaskan kepada anak ketika mereka bertanya, "kok pintu kamar, Bunda/Ayah kunci? kenapa?". Kemudian bagaimana membuat anak berani untuk tidak mau digemesin oleh para sepupu-sepupunya?
                        1. Dijelaskan kepada anak bahwa ayah bunda juga butuh untuk istirahat di kamar tanpa mendapatkan gangguan.

                        2. Ditanamkan kepada anak bahwa tubuhnya sangat berharga, tidak sembarangan orang boleh menyentuh.

                        Bonus: https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1902550136438829&id=221502844543575

                        Kamis, 24 Mei 2018

                        Fitrah Seksualitas #2

                        Jumat, 1 Mei 2018

                        Tiba saatnya untuk kembali menyelam sedikit lebih dalam berkenaan dengan membangkitkan fitrah seksualitas pada anak. Kali ini fokus kelompok 2 terletak pada menumbuhkan fitrah seksualitas pada usia pra latih. Berikut pemaparannya.


                        Menumbukan Fitrah Seksualitas pada Anak
                        Penting tidak, ya? Wah sangat penting sekali dan ini adalah hal yang mendasar. Kemudian apa sih fitrah seksualitas itu? 
                        Terkadang kita masih berfikir tabu jika ada kata-kata "seksualitas". Tapi jangan khawatir, fitrah seksualitas ini merupakan pondasi dasar, jadi tidak ada hal yang tabu, melainkan sesuatu yang sangat penting yang HARUS ditumbuhkan pada anak sejak lahir. Seorang anak harus dapat mengenal fitrah seksualitasnya pada usia dini, karena itu adalah dasar yang akan membawanya kelak dalam perjalanan hidupnya.  

                        Seperti yang bisa kita lihat bersama, fitrah seksualitas dapat dibagi berdasarkan umurnya. Kali ini kelompok 2 berfokus kepada fitrah seksualitas pada masa/usia pra latih.



                        Kapan pendidikan seksualitas itu dinyatakan selesai? Apabila sudah terpenuhi 3 aspek, yaitu seksualitas yang benar, sehat, dan lurus.




                        Seperti Yang disabdakan Rasulullah SAW, "Tiadalah seorang bayi lahir kecuali dalam keadaan fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani Dan Majusi." 
                        Jadi penyebab Utama penyimpangan yg terjadi pada anak adalah orang tuanya.

                        Tantangan zaman modern selain maraknya LGBT adalah persiapan menjadi calon ayah dan ibu. 

                        Masih usia Pra latih tapi kok sudah mempersiapakan calon ayah ibu? 

                        Persiapan menjadi calon ayah Dan ibu dimulai dari anak usia bayi. Setiap tahapan usia memiliki cara tersendiri untuk menumbuhkan fitrah seksualitas sesuai gendernya.

                        Tanpa adanya persiapan calon ayah Dan ibu maka akan menjadikan orang tua tidak siap dan tidak tahu cara mendidik anaknya sesuai gender.

                        Maka hadirlah para ayah yang tidak turut serta dalam pendidikan anaknya. Yang paling menyedihkan adalah "ayah ada namun tiada".

                        Dan muncullah fitnah LGBT,dan penyimpangan lainnya.




                        Sesi Diskusi

                        1. Masalah salah karir pada 3 hal penyebab ayah tidak mau terlibat mendidik ini apa ya maksudnya?

                        Jawaban :
                        Ayah harus memilih jalan karir yang memudahkan untuk mendidik anak. Termasuk mengatur waktu mendidik anak. Jarak dan waktu tidak menjadikan alasan memperbolehkan abai dalam pendidikan anak termasuk bonding.
                        Jika ayah terlalu sibuk, jarang dirumah ditambah ayah tidak sadar akan perannya. Maka jadilah ayah enggan mendidik. "Terserah ibunya lah" begitu yg sering terjadi. Padahal kita tahu bahwa ayah adalah kepala sekolah yang menentukan visi misi pendidikan anak.

                        2. Tantangannya adalah maraknya LGBT, yang sasarannya sudah mengincar anak-anak pada masa pra-latih, bagimana contoh konkretnya?
                        - Banyak aktivis LGBT yang mulai mengincar usia SD, salah satunya dengan memberikan hadiah di sekolah-sekolah sebagai modus prostitusi anak.

                        - Tayangan-tayangan televisi dengan tokoh kebanci-bancian.

                        Beberapa sumber berita: https://news.okezone.com/read/2016/02/27/337/1322590/waspada-kelompok-lgbt-bidik-anak-anak#lastread

                        3. Bagaimana cara anak (pra-latih) melindungi dirinya dari kejahatan seksual ?

                        Pertama, anak harus mengenal bagian tubuh beserta fungsinya. Kedua, anak diajarkan tentang batasan aurat laki2 & perempuan. Ketiga, diberi contoh tentang jenis sentuhan (penjelasan setelah ini). Keempat, diberikan contoh untuk menolak, berteriak dan menghindar (penjelasan setelah ini).

                        Salah satu cara mengajarkannya adalah dengan 3 B (Bermain, Bernyanyi, Bercerita) . Ajak anak bermain dengan metode ROLE PLAY sambil menyanyikan lagu dari Yayasan Kita dan Buah Hati ini https://www.youtube.com/watch?v=Msy1VSMmXN4 * Tak lupa, bantu anak memahami jenis sentuhan. Gunakan lagu ini sebagai alat bantu *: https://www.youtube.com/watch?v=k6U3G_aucsw*

                        – Sentuhan baik/boleh untuk sentuhan pada tubuh bagian pundak hingga ujung jari, dan dari lutut hingga ujung kaki.

                        – Sentuhan buruk/tidak boleh untuk sentuhan yang mengenai tubuh yang ditutupi pakaian dalam dan bibir. Bagian ini hanya boleh disentuh diri sendiri, ibu, dan dokter.

                        – Sentuhan membingungkan untuk sentuhan yang mengenai tubuh dari pundak hingga lutut. Bagian ini juga hanya boleh disentuh diri sendiri, ibu, dan dokter.

                        Tak lupa, Ajari anak untuk mempercayai perasaannya dan ajari anak agar mampu berkata TIDAK, ENGGAK MAU, atau JANGAN BEGITU!

                        4. Bagaimana jika suami memiliki masalah dengan figur seorang ayah?

                        - Rekomendasi kajian ke-ayah-an dan ke-bunda-an: https://youtu.be/LHXYnYX3ZvE, https://youtu.be/muDFyuea7Sg


                        Semoga bermanfaat...