Minggu, 20 September 2015

Nasi Goreng Leuwi Panjang

Leuwi Panjang, 19 Sep. 15
03.00 WIB

Untuk ke sekian kalinya aku melakukan perjalanan Serang-Bandung. Setibanya di terminal Leuwi Panjang, aku berjalan lurus menuju arah keluar terminal, arah yang berlawanan dengan arah masuknya bus yang aku tumpangi. Dengan Rp90 ribu, aku tiba di Bandung alhamdulillah dengan keadaan sedikit bingung harus kemana akibat efek ‘nyawa’ yang belum terkumpul. *ciyee
Sesampainya di luar kawasan terminal, beberapa supir taxi menawarkan jasanya padaku setelah sebelumnya aku sempat bertanya “pukul berapa sekarang dan mau kemana?” kepada seorang teteh-teteh yang jalan beriringan denganku setelah keluar dari bus yang sama. Sadar tujuan perjalananku dengannya berbeda, aku langsung melepasnya untuk melanjutkan perjalanan. *hadeh lebay
Masih dengan ekspresi bingung, aku menolak jasa yang ditawarkan supir taxi tadi. Secara, ongkos taxi ke kampus UPI di jalan Setiabudhi mahal banget, Rp50 ribu. Sebagai pemilik jiwa mahasiswa, aku lebih memilih untuk menunggu Damri, yang ongkosnya cuma Rp3 ribu (setahun yang lalu, sekarang goceng, fiuh). Aku putuskan untuk duduk sejenak di atas teras bangunan kecil yang tak ku ketahui itu bangunan apa. Menurut tebakanku sebagai seorang mahasiswa, itu sejenis pos. Tapi entah pos apa. *twewew
Berbekal info keterangan waktu—dari teteh-teteh yang tadi—aku putuskan untuk makan nasi goreng. Just for kill my time. In the fact, I don’t really hungry.Keterangan waktu yang aku miliki ialah pukul 02.45 WIB. Itu akurat. Itu data yang kedua. Aku dapat data itu setelah bertanya pada mamang penjual nasi goreng yang sekaligus penjual mie baso, bihun, ceker spesial, es campur, dan mie kocok kaki sapi (yang entah bagaimana aku membayangkan kaki sapi dengan mie kocok itu bergabung menjadi satu menu atau menu yang terpisah, si mamang tidak menggunakan bullets and numbering, jadi tulisan itu ambigu).
Ya, begitu banyak jenis makanan yang dijual oleh si mamang itu. Si mamang punya tiga gerobak sekaligus. Ketiganya berada di pinggir jalan, ditata leter L, dengan salah satu sisi dipasang spanduk yang berisi keterangan promosi tiga menu paling utama. Hanya satu menu yang paling aku ingat, tertulis paling atas, “NASI GORENG”.
Setelah memesan, si mamang berpostur mungil tersebut langsung membuatkan nasi goreng untukku. Baru selesai disajikannya pesananku, seorang laki-laki datang untuk membeli nasi goreng. Terus saling menyusul hingga tiga orang pembeli yang semuanya laki-laki. Kali ini kutebak hati si mamang sumringah karena nasi gorengnya laris di-order.*yiihaa
Sedikit terkejut dengan topping yang ada pada nasi goreng tersebut. Pasalnya, setelah sendok-ku menyibakkan kerupuk yang berada di atas nasi goreng, kulihat ada potongan sosis. Selebihnya topping yang tercampur ialah sama seperti nasi goreng pada umumnya. Teruuuus? Ya hal itu membuatku terkejut karena nasi goreng yang beberapa kali aku beli di Serang tak seperti itu. Topping yang ada secara otomatis biasanya adalah hati kambing. Topping sosis biasanya termasuk kedalam topping pilihan.  *ya ampun Yenaaaa, gak penting banget!
Tak hanya membuatkan nasi goreng untukku, dengan cukup ramah si mamang menjawab pertanyaan-pertanyaanku yang sebagai berikut: “DAMRI ke UPI di jalan Setiabudhi adanya jam berapa?”, “Arah datangnya DAMRI dari sebelah mana?”, dan “mushola sebelah mana?”.Kulanjutkan menyantap nasi goreng setelah keterangan yang didapat kurasa cukup.
Lagi-lagi tak hanya cerita diatas, penampilan si mamang yang terbilang ‘necis’ juga membuatku salut. Selain peralatan makan dan tempat yang secara kasat mata terlihat rapi dan bersih, baju batik lengan panjang bermotif bunga-bunga kecil yang dikenakannya membuatku memiliki penilaian yang baik terhadap si mamang. Sebagai pedagang, si mamang sepertinya sadar akan penampilan. Apalagi sebagai pedagang makanan, si mamang terlihat cukup tahu tips agar pembeli merasa nyaman dan tak sungkan untuk membeli dagangannya. *ya entahlah yaaa...
Beberapa jam lagi kisahku dengan nasi goreng Leuwi Panjang akan berakhir. Waktu Subuh segera datang, detik-detik DAMRI beroperasi segera tiba, waktuku untuk mengikuti seminar nasional tentang Psikologi anak  pun akan segera ku lalui. Tak sabar. Usai seminar  itu aku akan pulang ke Kuningan. Ijin skip kelas telah aku ajukan. Aku ijin kuliah sebagai bentuk  pengorbanan untuk mempersiakan paspor dan surat keterangan sehat dari RSUD. Itu semua aku butuhkan untuk melengkapai persyaratan mendaftar pada sebuah program yang aku ceritakan dilain waktu.

Semoga Alloh selalu meridhoi-ku. Meridhoi-ku untuk selalu sehat salah satunya, karena nyatanya saat ini aku menulis dengan keadaan sakit perut dan sedikit mual setelah merasakn sedikit kekeacauan selera karena pedasnya nasi goreng yang tak ku order untuk pedas. Ya sudahlah.

Selasa, 01 September 2015

Resign Ngajar


Masih di bulan Agustus, tepatnya akhir bulan Agustus. Bulan yang sangat spesial bagiku. Dimana orang-orang terdekatku mengingat hari ulang tahunku. Dan di tahun ini, bulan Agustus mencatatkan keputusan penting dalam perjalanan hidupku. Aku akan resign mengajar.
Juni tahun lalu adalah kali pertama aku mengajar calistung di salah satu lembaga kursus dan bimbel di kota Serang. Pada saat itu rasanya campur aduk, bahagia dan bingung. Bahagia karena aku bisa berkenalan dengan Ghalin, Rina, Reni, dan Fatikh. Anak-anak yang cerdas dan lucu. Bingung karena itu kali pertama aku mengajar mereka yang karakternya berbeda satu sama lain.
Seiring berjalannya waktu, formasi murid calistungku berubah-ubah. Tapi yang jelas, Refan, Farhan, Ghalin, dan Fatikh adalah murid yang belajar denganku dari awal hingga akhirnya aku melepas mereka untuk masuk SD.
Belakang: Bu Mumu, Bu Dewi, Aku
Depan: Ghalin, Farhan, Refan, Fatikh

Refan adalah salah satu murid kesayanganku. Aku bilang salah satu ya, sobat. Itu artinya semua muridku adalah murid kesayanganku J
Dengan segala karakternya yang unik sebagai anak-anak, aku selalu merindukan Refan, sama rasanya dengan rasa rinduku pada murid yang lain. Meski Refan terbilang masuk lebih akhir dibanding Ghalin dan Fatikh, tapi Refan cepat akrab denganku. Kesenangannya bermain ‘batu gunting kertas’ denganku sebelum pelajaran dimulai, biarlah menjadi kenangan indah tersendiri bagiku. Semoga Refan dan anak-anak lainnya dapat tumbuh besar, cerdas, dan sholeh/sholeha.
‘’Bu Yena sayang kalian...’’
Entah sekarang formasi muridnya seberapa banyak. Ku ketahui tadi pagi, murid calistung dapat ditangani oleh satu guru. Ya, selain aku, ada Ibu Mumu. Beliau yang menangani murid calistung selama kemarin aku libur semester. Tiga bulan bulan lamanya aku rehat sejenak di kampung halaman.
Bu Mumu, beliau lebih banyak pengalaman mengajarnya dibanding aku. Beliau menjadi partner-ku mengajar calistung setelah beberapa bulan aku mengajar sendiri. Kisah karirnya mengajar sungguh membuatku kagum. Beruntungnya aku bisa banyak belajar pada beliau.
Sedihku sebatas karena perpisahan dengan anak-anak yang sangat lucu dan cerdas, muridku. Berbagai agenda liburan di sela-sela kuliah yang mengharuskan aku pulang ke kampung halaman dan usia mengajarku yang tak mungkin lama lagi karena semester depan aku harus praktek kerja lapangan membuatku harus memutuskan keputusan ini. Sempat di awal liburan kemarin aku bimbang untuk mengambil keputusan resign ini, tapi akhirnya terjawab juga. Alhamdulillah.

Bagiku yang terbaik adalah mengakhiri aktivitas ini dengan alasan yang tepat dan tidak adanya penyesalan. Itu semua akan terwujud sebentar lagi. Insya Alloh besok aku akan silaturahmi ke office. Ya Alloh, lancarkanlah segala hal yang dilakukan rekan-rekan di course ini. Semoga semuanya mendapatkan berkah dari-Mu. Aamiin.

Catatan Harianku di Kampung Inggris 12

22 Agustus 2015
Akhirnya tiba saat untuk kembali pulang ke Kuningan dan berpisah dengan Pare. Setelah semalam packing dan acara ‘tidak bisa tidur’ gara-gara member camp yang berisik karena nangis ngelepas kepergian tutor ke Jakarta, akhirnya aku bersiap pulang. Tidur hanya dua jam disusul dengan mandi lalu shalat subuh, tak menunggu lama aku dijemput mas-mas tukang ojek. Berpamitanlah aku pada teman sekamarku dan beberapa member yang sudah bangun tidur. Ojek siap meluncur menuju stasiun Kediri.
Di sepanjang perjalanan aku menguap dan batuk-batuk. Tiba di stasiun aku bertemu Limbong. Kami bertegur sapa. Tak terlalu lama, ia kembali duduk bersama temannya dan aku berdiri di sudut stasiun Kediri.
Beberapa saat kemudian aku bertemu Gina. Kami pulang bersama di satu gerbong kereta, berbeda tempat duduk.
Perjalanan panjang membuatku harus shalat di kereta. Sebisanya aku wudhu di toilet gerbong. Alhamdulillah semua berjalan dengan mudah. Aku tiba di stasiun Cirebon sekitar pukul setengah tujuh petang. Setelah berjalan menuju pintu keluar, aku langsung menghalau angkot D6. Aku kurang beruntung, angkot itu tidak mengantarkanku sampai tempat mangkalnya mobil Elf. Setelah membayar Rp5 ribu, aku harus berjalan agak jauh menuju terminal Harjamukti.*perjuangan
Belum selesai sampai disitu, aku harus menunggu bus Luragung yang mengarah ke Kuningan. Setelah hampir setengah jam menunggu, akhirnya bus yang dinanti datang juga. Duduklah aku dengan manis di kursi dekat pak sopir. Dengan ongkos sebesar Rp10 ribu, aku sudah bisa menikmati bus yang dimatikan lampunya, bau solar, dan kemudian berhenti di Beber.*sopir ama keneknya laper
Alhamdulillah, nyampe juga di perempatan jalan raya menuju ke rumahku.*rumah nenek lebih tepatnya
Setelah mendadahi tukang ojek, tukang ojek itu langsung menghampiriku. Kunaikkan satu tasku ke motor. Cus deh ke rumah. Yeyelalayeyeyelalalala akhirnya nyampe rumah. Aku disambut mamah. Tentunya aku masuk rumah setelah membayar ongkos ojek sebesar Rp10 ribu. Habislah sudah uangku, sisa Rp2 ribu! Haha
Setelah mencium tangan mamah dan emak, aku bergegas mengambil wudhu untuk meng-qodo shalat maghrib lalu shalat isya. Ketika hendak memakai mukena, aku baru sadar ternyata mukenaku gak ada! Aku cari-cari tapi tak kutemukan. Oalah itu mukena sebenernya dapet minjem dari emak! Nyari aman, aku gak cerita ke orang rumah kalo mukenaku ilang. Aku berjanji pada didir sendiri untuk menggantikan mukena emak yang hilang entah jatuh dimana.*hadeuh error
Usai shalat, aku makan malam. Uuuh senangnyaaa. ternyata mamah masak buat aku. Hehe sayangnya karena sudah malam, aku hanya makan sendirian. Mamah dan emak hanya menonton TV sambil menemaniku makan.*aku sayang kalian


-----------------------------------------TAMAT------------------------------------------

Catatan Harianku di Kampung Inggris 11

20 Agustus 2015
Perbekalan di Pare semakin menipis. Bisa dibilang uang saku-ku abis cuma buat beli air minum. Sedikit tips juga nih kalo mau ke Kampung Inggris, sebelum menentukan tempat tinggal selama belajar disana, kamu harus rajin cari informasi di internet. Banyak ko pemaparan yang ada di website kampung Inggris. Kamu harus bisa memilih tempat tinggal sementara yang sesuai sama kamu. Kamu mesti teliti dalam mencari camp dengan klasifikasi mulai dari segi biaya, fasilitas, keamanan, dan peraturannya.
Misal, kalo kamu pengen belajar speaking, saran aku sih kamu mesti tinggal di camp. Soalnya di camp itu kondisinya menunjang banget buat kamu latihan ngomong. Dua minggu disana hasilnya udah keliatan. Minimalnya, kamu punya habit dan rasa PD buat ngomong bahasa Inggris. Bagusnya lagi kamu bisa lebih lama stay disana. Biar ngomong bahasa Inggris kamu makin lancar.
Kamu bakal punya partner buat ngomong bahasa Inggris setiap saat selama di camp. Tapi ya memang harus diperhatikan juga buat kamu-kamu yang gak bisa tinggal di kondisi rumah yang ramai. Soalnya otomatis di camp itu bakal rame terus. Untuk aku sendiri alhamdulillah masih bisa menyesuaikan.
Bagi yang uang sakunya pas-pasan, harus pinter-pinter milih camp yang mungkin bisa menyediakan air minum galon, kompor, dan setrikaan. Itu semua perlu buat kamu yang mau hemat. Kalo gak ada fasilitas itu, kamu mesti siap-siap beli minum sendiri, beli makan tiap hari, dan mungkin juga buat laundry dan atau nyetrika sewaktu-waktu.
Beda lagi sama saran yang bakal aku kasih buat kamu yang tujuan ke Kampung Inggris-nya buat belajar grammar atau TOEFL. Pilihan kosan jauh lebih baik untuk fokus kamu. Jadwal di kampung Inggris dibikin padet dari senin sampai jumat atau sabtu. Tenang kok masih dikasih hari libur, tutornya juga kan capek pengen istirahat. Hehe
Kosan di Kampung Inggris murah-murah. Untuk info kosan, kamu bisa searching di website-nya Kampung Inggris ya, guys!
Balik lagi ke catatan harianku. Oya tadi aku cerita kalo perbekalanku di Pare semakin menipis ya? Nah ada cerita isengku yang sedikit membuatku senang. Melihat isi dompet yang semakin menipis, isenglah aku pergi ke ATM, awalnya aku memang bener-bener iseng. Aku tahu ko jumlah saldo di ATM-ku itu berapa. Setelah nge-cek, muncullah angka sekian puluh ribu di mesin ATM. Girangnya bukan main! Haha
Aku pilih menu penarikan Rp50 ribu. Keluarlah satu lembar mata uang rupiah berwarna biru. Alhamdulillah. Selesai dari ATM aku langsung deh ke salah satu toko souvenir. Beberapa buah gantungan kunci aku beli untuk beberapa orang sahabatku. *teteeep
Oya menjelang berakhirnya program, kedua tutor di kelas Pronoun WOW & Speak UP 2 ngasih instruksi yang sama untuk menuliskan data diri member dan pesan/kesan. Setelah selesai, aku baca kertas milikku. Hmm isinya lucu-lucu. Hehe. Kertas itu akan jadi salah satu kenangan dari tempat kursus-ku. Sekarang kertas itu sudah tersimpan rapih di rak meja belajarku yang ada di Kuningan. I hope our dream come true, guys. Thanks for being my partner in Pare.


Kelas Go Go Talk Periode 10 at 7 p.m

Gambar itu diambil ketika Go go Talk Class. Di hari-hari terakhir, Miss Uci masih ngasih bedak ke kita. Tega bener dah! Tapi aku bakal kangen banget sama momen itu loh Miss.*kangen

21 Agustus 2015
Lagi-lagi Novi ngajak berpetualang. Kali ini doi ngajak aku ke Masjid An Nur. Itu loh masjid yang aku jadiin tempat buat bikin video irregular verbs! Novi ngajakin kesana karena maklumlah dia belum tahu. Sedangkan aku sendiri udah dua kali kesana, ini ketiga kalinya malah. Hehe
Kita sepedaan ke masjid An Nur sekitaran bada maghrib. Aku keluar camp dengan alasan mau ngembaliin sepeda. Harusnya aku kembali sebelum pukul 7 malem buat ikut acara perpisahan yang diadain oleh tempat kursusku. Tapi lagi-lagi aku gak antusias. Toh aku juga gak berperan penting dalam acara itu. Meskipun ada acara pensi, perwakilan member untuk bermain drama dari camp-ku juga udah ada. So, aku pikir lebih baik aku jalan sama Novi. Hehe. *maafin aku ya sista...
Nyampe di alun-alun, aku dan Novi markirin sepeda. Aku langsung ngajak Novi ke tempat makan. Setelah muterin warung-warung yang ada disitu, ujung-ujungnya kita makan di “Warung Mak’e Jhon”! hehe
Awalnya kita cuma pesen satu soto daging, satu cangkir kopi, dan satu gelas susu soda. Eh tapi si ibu ngebawain soto dagingnya dua mangkok. Ya udahlah aku makan. Yang pesen soto daging tuh sebenernya Novi doang. Aku cuma pesen susu soda soalnya pas sore itu aku udah makan-makan sama temen se-camp. Ibu pemilik camp masak nasi uduk dkk. Uangnya hasil dari patungan member camp 8. Sambil makan, aku dan Novi ngobrol-ngobrol. Selesai ngobrol dan makan, aku dan Novi nyamperin ibu warung buat bayar. Sebenernya yang bayar Novi sih. Tapi bukan berarti aku gratisan mulu ya kalo makan! Aku janji ke Novi buat gantian nraktir dia kalo kita sama-sama udah di Serang. Hehe*sahabat
Selesai bayar, aku dan Novi ke masjid buat shalat Isya. Kali itu bener-bener kali terakhir untukku datang ke Masjid An Nur. Haaah sedih L
Usai shalat, aku menghampiri Novi yang duduk di depan masjid. Di bagian depan masjid terdapat tihang-tihang yang diterangi lampu. Serasa lagi di kastil-kastil gimanaaa gitu. Hehe.
Aku dan Novi kembali bercerita panjang lebar tentang pengalaman masing-masing di Kampung Inggris ini. Kita ngeluapin apa yang kita rasa ngebingungin. Kita juga tak lupa selalu menyisipkan impian-impian kita dalam bentuk kalimat yang gak jelas. Aku mau ke Jepang, aku mau lanjut S2. Sama-sama masih semu. Haha
Udah puas ngobrol, kita ke parkiran buat ngambil sepeda. Gerbang tempat kami masuk tadi ternyata udah ditutup. Akhirnya aku dan Novi mengayuh sepeda menuju bagian belakang masjid. Ternyata ada gerbang yang masih terbuka. Kami dimintai parkir. Ckck
Keluar dari area masjid, aku dan Novi menyusuri jalan raya untuk mencari makanan favorit kami: MARTABAK. Setelah merasa jauh mengayuh, akhirnya aku menemukan pedagang martabak. Cukup sulit menemukan tukang martabak di Pare. Yang banyak itu tukang pentol. Do you know pentol? Pentol itu sama dengan cilok kalo di sunda! Haha ada-ada aja yang kuliner Indonesia.
Selain susah nyari tukang martabak, kamu juga bakal susah nyari tukang pempek di Pare. Nah itu saran dari aku buat kamu yang pengen buka usaha di Pare. Bukalah lapak pempek dan atau martabak. Insya Alloh laris, kalo aku ama Novi datang kesana. Hehe
Kami menyebrang terlebih dahulu untuk sampai ke pedagang martabak. Bartabak seharga Rp20 ribu akhirnya kami bawa pulang untuk nantinya dibagi dua. Ckck
Ketika pulang dari tempat jualan martabak, jarak ke alun-alun Pare jadi terasa lebih dekat. Berbeda ketika kami hendak berangkat mencari martabak, rasanya gak ketemu-ketemu, jauh gitu kayanya. Ckck
Sesampainya di jalan Brawijaya, aku meminta Novi untuk mengantarku mengembalikan sepeda lalu pulang ke camp. Ternyata masih ada saja acara yang kami lakukan. Bukannya pulang ke camp, aku malah menuruti ajakan Novi untuk mampir ke toko busana muslim. Setelah muter-muter dan ngubek-ngubek itu toko, akhirnya Novi membeli satu buah gamis. *dasar ibu-ibu

Catatan Harianku di Kampung Inggris 10

19 Agustus 2015
Menjelang hari-hari terakhir di Kampung Inggris, beberapa kelas mulai ngelakuin foto bareng. Di kelasku pun gak ketinggalan. Pas kelas Speak Up 2, bro Arul ngajak semua member buat take picture bareng. Kondisi kita pada saat itu penuh dengan bedak, semua member ngehapusin bedaknya. Yang bedakkan pas difoto cuma tutornya doang, bro Arul bro Arul... Haha. Ini nih salah satu fotonya.


Kelas Speak Up 2 Periode 10 at 2 p.m

Sore hari aku ditraktir Novi. Sebenernya aku lagi sakit. Penyakit bertambah dengan ilangnya suaraku. Novi ngeledekin abis suaraku yang parau. “Segitunya ya belajar speaking! Sampe suara ilang.” *Novi ketawa, tapi menurutku gak lucu, haha paraaah.
Awalnya aku nge-chat Novi. Aku nanyain tasku yang doi pinjem soalnya sebentar lagi aku packing buat pulang ke Kuningan. Novi ngebales chat aku, dia bilang “sumpah tadinya aku mau BBM kamu!”.*ceritanya sehati
Dia nawarin buat balikin tas sambil nraktir aku ngopi. Setujulah aku walaupun aku yang mesti nyamper dia. Aku minta dia nunggu di pas belokan arah kosannya. Soalnya aku lupa jalan. Gak lama, aku cus berangkat. Ketemulah aku ama Novi. Diajaklah aku masuk gang arah tempat kursusnya. Sampailah aku di pinggir ladang jagung. Disitu ada warung yang menjual kopi dan mie rebus. Dua orang laki-laki terlihat asyik ngobrol sambil ngopi. Lewatlah aku berdua menuju panggung (bukan buat nyanyi dangdut ya!) yang merupakan tempat lesehan di warung itu. Anginnya lumayan kenceng. Aku sempet khawatir angin di badanku nambah.*kan lagi masuk angin
Novi nawarin ke aku buat pesen mie dan kopi. Ya udah aku setuju. *usaha, haha
Selagi nunggu pesenan, aku ngeluarin novel ‘Api Tauhid’. Novi langsung nyamber, “laah baca itu juga? Aku udah dong!”. “Iya aku udah nyampe pertengahan nih, jangan ceritain akhir kisahnya ya! Soalnya aku mau baca sendiri kisahnya! Oya kemaren aku beli empat buku.”
“Buku apa aja emang?”
“’Bulan’, ‘Bumi Manusia’, ‘Api Tauhid’, ama ‘Catatan Hati Pengantin’. Ternyata novel ‘Bulan”’ceritanya fiksi, aku kira gimana gitu ceritanya. Aku kan beli novel itu karena terpengaruh tutorku, Arul. Dia bilang dia suka banget sama novel ‘Bulan’. Ya udah aku beli karena penasaran kaya apa isi novelnya.”
“Oalah...jangan sotoy deh! Sebelum baca novel Bulan, harusnya kamu tuh baca novel Bumi! Itu tuh sambungan, Ukh! Haha”
Rasanya jadi kapok deh beli novel karya Tere Liye. Soalnya sebelum beli novel Bulan ini, aku juga pernah beli novel ‘Daun Jatuh tak Pernah Membenci Angin’. Dan ternyata itu kaya kisah cinta yang akhir ceritanya udah bisa ketebak gitu. Menurutku sih itu kurang inspiratif.
Aku suka novel, tapi ceritanya yang inspiratif, terserah itu mau kisah cinta atau bukan, yang penting inspiratif. Hah bukan maksudku ngejelekin Tere Liye, disini aku cuma pengen cerita doang tentang apa yang aku alami. Aku juga pengen ngasih saran supaya gak sotoy kaya aku kalo mau beli apa-apa yang kita sendiri belum hafal seluk beluknya.

Beberapa buku emang aku beli karena tahu betul isinya. Cuma entah kenapa, selalu secara kebetulan setiap beli novel Tere Liye selalu saja aku kurang konsultasi sama penggemarnya Tere Liye.*Dwi Novi Antari, 22 tahun, sangat mengidolakan Tere Liye. hihi

Catatan Harianku di Kampung Inggris 9

17 Agustus 2015
Kisah lucu gak cuma kejadian video itu. Ada juga kisah saat aku role play di kelas Speak Up 2. Seperti biasa sebelum melakukan games, member disuruh berhitung. Usai berhitung, kami berpindah posisi, duduk melingkar dengan partner masing-masing. Hasil berhitung itu, aku, Habibi, Yunus, dan Maria satu kelompok. Jumlah kelompok ada empat. Satu kelompok 4-5 orang.
Setiap kelompok diberi kertas. Isi kertas itu pemaparan tema role play. Kelompokku harus menceritakan kisah tentang sepasang suami istri yang baru saja menikah dan pada suatu hari sang suami baru mengetahui dari cerita temannya bahwa sang istri merupakan transgender.
Tamatlah riwayatku karena aku kebagian jadi sang istri yang melakukan transgender! Habibi berperan menjadi sang suami, Yunus berperan menjadi teman sang suami, dan Maria sebagai teman dariku alias sang istri. Kami melakukan dialog dalam bahasa Inggris.
Sepanjang pementasan, kami ditertawakan seakan-akan kami pemeran OVJ. Oh nooooo!!!
Member dan tutor puas terpingkal-pingkal menyaksikan permainan peran kami. Kami selaku pemain pun tak luput dari menahan tawa. Habibi yang gokil semakin menambah lucu suasana. Aku hanya pasrah dan banyak memberikan penjelasan bahwa “I’m normal’. Haha

18 Agustus 2015
Lima hari sebelum berakhirnya kelas speaking-ku di Kampung Inggris, aku jatuh sakit. Entah karena suhu udara yang panas dan kurang minum atau kelelahan, malam harinya aku demam. Hingga larut malam aku tak bisa tidur, padahal besok pagi aktivitas tak bisa di-skip begitu saja.
Ketika Tasya berbaring di sebelahku, aku memegang tangannya untuk menunjukkan bahwa aku demam. Sontak doi langsung cemas.
“heh Yena badan lo anget!”,
“iya aku pengen tidur, perlu tidur doang”,
“Antap cepet matiin lampu! Yena mau tidur, dia sakit. Anak orang ini! Anak orang ini! Cepet! Cepet!”, Tasya nyerocos dengan paniknya.
Dengan santai aku Cuma jawab, “iyalah, Sya...aku anak orang, masa anak ilang!”
“hehe iya maksudnya cepet matiin lampu biar lo tidur” Tasya masang tampang oon-nya.
Setelah Antap matiin lampu, kita tidur. Aku sempet bangun lagi buat minum. Tenggorokan kering dan sakit banget rasanya.
Paginya aku masih bangun pada jam biasa, langsung mandi, shalat, dan tilawah. Aktifitasku juga biasa, gak ada kelas yang aku skip. Masuk kelas rasanya sedikit gak nyaman. Hidung mampet dan bersin-bersin, akhirnya ingusan.
Tasya nyaranin buat minum obat, tapi karena agak-agak gak percaya gitu sama obat warung yang tablet-an, aku beli satu bungkus to*** **ngin cair.
Ada kisah mengharukan ketika aku selesai shalat ashar di mushola. Aku berjumpa dengan ibu-ibu yang juga baru selesai shalat di mushola itu. Aku menyalaminya. Beliau mengajukan beberapa pertanyaan lazim saat seseorang baru pertama kali bertemu, “aslinya dari mana de? Kursusnya dimana? Udah berapa lama?”. Aku menjawab semua pertanyaannya dan aku balik bertanya, “ibu asli sini?”, si ibu menjawab, “iya saya dari daerah Pare sana, ini lagi liat anak lomba gerak jalan, adek jaga kesehatan ya, makan yang teratur”.*beuh langsung inget mamah di rumah, hoaaa

Catatanku Harianku di Kampung Inggris 8

16 Agustus 2015
Hari masih libur, tapi aku gak bisa males-malesan kaya yang lain. Aku manfaatin waktu buat bikin video. Iya, video. Jadi begini ceritanya. Kang Bimo (tutorku di kelas Pronoun WOW) nyuruh bikin video. Kami disuruh berhitung. Aku kebagian angka 2. Berkumpulah aku dengan member yang kebagian nomor dua. Ada Vidy, Ilham, Syafri, dan satu lagi aku lupa, cewek pokoknya. Aku gak terlalu inget namanya karena aku dan doi barengan cuma di satu kelas dan doi jarang chat bareng aku. Setelah kumpul, kita semua dikasih kertas yang berisi lirik lagu. Lirik lagu itu sebenernya irregular verbs. Beres ngebagiin kertas, kang Bimo ngirim MP3 lagu itu. Ngapalin lirik deh kita.
Di kertas itu ada empat bagian lirik. Karena kelompokku dapet nomor 2, aku dan anggota kelompok 2 lainnya ngapalin lirik bagian kedua aja. Beres nginget nada dan lirik, kami disuruh move. Aku kebagian satu kelompok sama Eric, Karin, dan Yunus. Belakangan Eric gak jadi satu kelompok denganku, soalnya pas mau bikin video, dia sakit gusi. Jadilah kelompokku cuma bertiga. Aku, Yunus, dan Karin.
Dari tadi video-video, belum aku jelasin video apa. Nah, jadi Kang Bimo itu nyuruh kita se-kreatif mungkin bikin adegan nyanyiin lagu yang udah kita hafal itu!*in the fact, I dont really like sing song :’(
Sehari sebelumnya, Yunus ngontakin aku dan Karin. Yunus juga membuat grup di Line. Doi ngabarin buat kumpul jam 7 pagi di depan office. Doi usul pembuatan video dilakuin di cafe yang ada di depan office .
Beberapa kenyataan yang terjadi adalah, Yunus datang jam setengah delapan dan cafe masih tutup.*Yunus telat dan kita kepagian
So, aku ngusulin buat bikin video di Taman Pare. Singkat cerita berangkatlah kita. Kenyataan pahit yang lagi-lagi terjadi adalah: taman Pare berisik oleh mesin air yang digunakan untuk menyiram tanaman di taman itu. Pindahlah kita ke masjid. Itu usulan aku. Karin dan Yunus nurut aja.*haha
Setelah ngafal beberapa saat, aku ngeluarin buku-bukuku yang aku beli kemarin. Buku itu kita gunakan sebagai media kamuflase. Kertas lirik lagu itu kita taruh di buku sebagai contekan. Gambar diambil dengan background masjid An-Nur dan adegan kami yang sedang duduk membaca buku sambil bernyanyi.*nyanyinya lagu yang dikasih Kang Bimo itu
Mau tahu hasilnya? Temuin kang Bimo sana! Wkwk

Gak gak, nih aku cerita dikit. Di hari terakhir, kang Bimo muterin semua video yang udah jadi, termasuk video aku. Hasilnya? Aku diledekin. Kang Bimo bilang, “subhanallah ibu Syari’ah latarnya masjid, haduh haduh”.*aku cuma ketawa ngeliat tingkah member sekelas di video-video itu.*kenangan yang lucu

Catatan Harianku di Kampung Inggris 7

15 Agustus 2015
Rasa galauku karena ditinggal Novi jalan-jalan ke Bromo belum sembuh. Bersamaan dengan itu, kelasku libur.
Setiap sabtu dan minggu aktivitas kelas speaking emang libur. Member bebas ngisi waktu libur itu tapi pada momen 17 Agustus ini semua member dihimbau untuk meluangkan waktu mengikuti lomba di tempat kursus-ku ini. Lomba 17 Agustus di tempat kursusku diadakan pada tanggal 15 Agustus, soalnya kebetulan hari itu libur dan di tanggal 17 Agutusnya nanti member tetep masuk kelas walaupun tanggal merah.
Semua member diinstruksikan buat pake kaos seragam yang dikasih dari lembaga. Pagi hari sekitar pukul 7 kami bersepeda bersama menuju office. Setelah membeli bakpau dan beberapa kali selfie, aku melarikan diri. Seperti biasa, aku tidak antusias untuk mengikuti perlombaan. Meski hanya untuk menonton aku tak mood. Pergilah aku mengambil sepeda lalu menyusuri jalan Brawijaya. Setelah tiba diujung jalan, aku memutar balik arah sepedaku.*bener-bener gak ada kerjaan
Kulihat toko-toko dan sebagian tempat makan masih tutup. Setelah menggoes sebentar, sampailah aku dibelokan jalan Mawar. Kususuri jalan tersebut. Tak jauh dari belokan jalan terdapat toko buku yang ukurannya tidak terlalu besar namun sepagi itu sudah cukup ramai. Aku berkunjung dengan niat untuk membeli buku. Yang teringat dalam pikiranku adalah membeli buku “Bumi Manusia” karya Pramoedya Ananta Toer. Sempat ragu karena uang yang aku bawa saat itu hanya seadanya. Tapi akhirnya aku membawa pulang 4 buku. Buku yang aku beli yaitu Bumi Manusia, Catatan Hati Pengantin, Api Tauhid, dan Bulan.
Aku niatkan membaca buku-buku itu untuk mengusir rasa galauku karena tidak bisa pergi jalan-jalan ke Bromo. Hasilnya: dua hari menjelang kepulanganku ke Kuningan, aku berhasil menamatkan novel Api Tauhid yang menurutku novel itu lumayan tebel. Kusambung lagi dengan membaca Novel Bumi Manusia. Dua buku lainnya aku baca hanya sebagian. Untuk Catatan Hati Pengantin berhasil aku tamatkan di Kuningan hanya dalam waktu satu hari. Buku itu malah dipinjam Tita selama di camp. Berbeda halnya dengan novel Bulan. Ada kisah bodoh yang nanti akan aku ceritakan.
Sore harinya para member free dari aktivitas. Aku yang tadinya males-malesan di kamar sambil baca buku jadi tergiur buat ikut Tita, Gina dan Susi. Nah, aku belum ngenalin Susi. Susi asli Surabaya. Doi ngomongnya medok khas Jawa. Badan doi paling imut diantara kita. *kalo aku sih jangan ditanya
Aku, Tita, dan Susi


Kita pergi naek sepeda ke alun-alun. Awalnya aku gak tahu ada apa di alun-alun. Awalnya juga aku masih bingung, Pare itu desa atau kecamatan. Tapi akhirnya belakangan aku tahu kalo Pare itu kecamatan. Kampung Inggris sendiri letaknya di desa Tulungrejo. Kabupatennya Kediri.*provinsi Jawa Timur, biar lengkap dah tuh
Di alun-alun ada Masjid An Nur & Taman Pare-Kediri. Masjid An-Nur itu masjid agung-nya kecamatan Pare. Katanya sih masjid itu lebih besar daripada masjid agung Kediri. Aku belum tahu pasti karena emang aku belum pernah ke Kediri kota-nya.
Berhubung kami berangkat menjelang maghrib, setelah memarkirkan sepeda dan mengambil gambar beberapa kali, adzan-pun berkumandang. Dari kami berempat, cuma aku dan Susi yang shalat. Sisanya pada ‘M’.

Usai mengambil wudhu, aku dan Susi menuju kedalam masjid. Shalat berjama’ah telah berlangsung satu raka’at. Usai memakai mukena, aku heran ternyata Susi tidak ada, aku pikir dia mengikuti dari belakang, ternyata dia malah mengarah ke ujung masjid, padahal makmum wanita berada tak jauh dari makmum laki-laki, yaitu di bagian depan masjid. Tanpa bisa bertanya pada Susi, akhirnya aku langsung mengikuti jama’ah lain. Setelah selesai menambah satu raka’at karena ketinggalan, Susi menghampiriku, ternyata doi gak kebagian mukena. Dipakailah mukenaku. Aku menunggunya di salah satu tihang di dalam masjid sembari tilawah.
Selesai beberapa ayat, Susi menghampiriku. Ia melipat mukenaku kemudian kami gegas berdiri untuk menghampiri Tita dan Gina yang berada di taman. Setelah kami berjumpa, kami jalan menyusuri taman. Selain keluarga yang membawa anak, ada juga pemandangan yang bikin para jomblo iri dan para single risih, yakni pasangan yang duduk berdua alias pacaran! Huh!
Kenapa aku ngebedain jomblo dan single? Ini bedanya: kalo jomblo itu nasib, kalo single itu pilihan.*keliatan gak bedanya? Kalo ngga, ya udah anggap aja ada bedanya. Haha
Setelah jalan sekitaran satu menit, sampailah kami diujung taman. Banyak pedagang makanan. Setelah ber-bingung-bingung ria, akhirnya kami memilih salah satu warung yang dijaga oleh ibu-ibu. Beliau kurus, hitam, sendirian, jualan soto daging, nasi pecel, dan beberapa jenis minuman. Kalo tidak salah, nama warungnya itu “Mak’e Jhon”. Kalo dari artinya sih itu ‘warung ibunya si Jhon’. Hehe
Ada tiga tikar beserta meja yang ditata lurus sejajar dengan letak warung si ibu. Kami memilih duduk di lesehan nomor dua, tak terlalu dekat dengan warung dan tak terlalu jauh dengan warung. Cukup mudah bagi si ibu untuk mengantarkan makanan yang kami pesan.
Kami semua memesan soto daging plus nasi, kecuali Tita. Doi lebih milih makan nasi dan pecel lele. Belakangan baru aku tahu kalo doi suka pecel lele. Untuk minuman aku gak pesen, soalnya udah bawa dari camp.*bentuk penghematan. Aku lupa lagi yang lain pesen minuman apa.*syelalu lupa
Sebelum makanan tiba, kami mengobrol. Susi mengawali pembahasan dengan menanyakan gebetan kita di kelas. Tita langsung cerita dengan asyiknya. Doi cerita gebetannya. Sampe sekarang kita gak tahu yang mana orangnya yang dimaksud Tita.*hihi dasar wanita
Beda lagi sama Gina dan Susi si pencetus tema pembicaraan. Doi bilang gak ada orang yang menarik perhatiannya. Ya sudah kita percaya. Bagaimana denganku? Ah gak penting. You know-lah. Single until khitbah, sista...hehe.
Ketika makan, secara kebetulan dan tanpa menyapa, aku melihat dua teman sekelasku. Syafri dan Yunus. Keduanya laki-laki.*iya lah Yena kan keliatan dari namanya, haduuuuh
Syafri datang bareng ketiga temannya. Dia duduk di sebelah lesehan tempat kami makan. Entah dia ngeliat aku atau ngga. Soalnya emang agak gelap gitu kan. Cahaya lampu yang cukup terang cuma disekitaran warung dan lampu taman yang gak jauh dari tempat lesehan.
Gak cuma berempat aja Syafri datang, setelah beberapa saat datanglah dua cewek yang juga duduk di lesehan tempat Syafri dan teman-temannya duduk. Mereka cuma pesen minuman. Mereka juga pulang lebih dulu daripada aku. Dan lucunya pas pulang itu, salah satu temen mereka HP-nya ketinggalan.*kalo gak butuh buat aku aja, hehe
Sebelum Syafri pulang, datanglah Yunus dan beberapa temannya menghampiri tempat Syafri. Cuma menghampiri doang buat say hei. Kali ini juga Yunus gak ngeliat aku. Tapi salah satu temen si Yunus itu nyapa Tita. Kita sempet curiga, jangan-jangan cowok yang nyamperin Tita itu cowok gebetannya Tita. *ternyata bukan, hihi
Temen Tita itu nyodorin tangan buat salaman, tapi dengan cerdasnya Tita menaruh tangannya di depan dada sebagai tanda bahwa ia tidak bersalaman dengan lelaki bukan muhrim.*yeyeyelalala
Si cowok ngerti dan kita bertiga yang liat ikut melakukan hal yang sama dengan Tita. Si cowok senyum lalu bergabung lagi bersama pasukannya.*gabung sama Yunus dan yang lainnya maksud aku, haha
By the way, sedikit cerita, aku, Yunus, dan Syafri cukup saling kenal. Kita bertiga bareng di beberapa kelas. Aku dan Yunus bareng di kelas Go Go Talk, Pronoun WOW, dan Speak Up 2. Syafri juga sama, bedanya cuma aku dan Syafri gak bareng di speak up 2, tapi barengnya di kelas Quicky.
Kita bertiga seumuran. Syafri kuliah di Malang, asalnya dari Lampung. Kalo Yunus itu udah kerja di Jakarta, aslinya dari Blitar. Keduanya sering secara kebetulan jadi partner aku pas chating di kelas. Dua-duanya pinter. Tapi sayangnya Syafri gak sampe selesai belajar di Kampung Inggris. Dia mesti ke Malang buat KRS-an alias ngurus Kartu Rencana Studi. Aku sempet heran, kenapa gak diurus dari sini (Pare) aja. Ternyata sistem KRS-an disana masih semi online.*dari situ aku bersyukur soalnya dikampusku udah sistem online seutuhnya. Wkwk
Oya gak ada hal spesial lain yang terjadi setelah santap malam itu. Kami berempat langsung pulang ke camp setelah sebelumnya shalat Isya di masjid. Ketika selesai shalat rawatib, aku berpikir bahwa itu akhir perjumpaanku dengan Masjid An-Nur – Pare, tapi ternyata besoknya aku berkunjung lagi. Bahkan sampai dua kali!
Mau tahu ceritanya?

...to be continue

Catatan Harianku di Kampung Inggris 6

14 Agustus 2015
Tasya, Antap, dan Rahmi. Mereka adalah teman sekamarku di kamar 6. Kami memiliki karakter yang berbeda-beda. Asal daerah kami pun berbeda. Aku yang berasal dari Kuningan-Jabar otomatis memiliki kultur yang berbeda dengan Tasya yang dari Jakarta, Antap dari Makasar, dan Rahmi dari Pangandaran. Tasya seumuran denganku. Doi rajin dandan dan betawi banget kalo ngomong. Tujuannya ke Kampung Inggris ialah untuk memperlancar bicara bahasa Inggrisnya guna lolos seleksi pramugari yang dijanjikan pada orang tuanya. Sedikit berbeda dengan Antap. Mahasiswi jurusan akutansi ini aksennya Makasar banget kalo lagi ngomong. Doi datang ke Kampung Inggris buat belajar TOEFL dan speaking. Doi bercita-cia pengen lanjutin S2. Doi nih unik dan kadang lucu. Masa doi gak tahu kerokan tuh apa. Haha
Jadi gini, Antap keheranan pas ngeliat aku ngerokin Tasya pada suatu malam. Antap ngerengek minta dikerokin juga. Otomatis kita marahin. Lah Antap kan gak sakit, ngapain dikerok! Haha
Saking penasarannya, Antap ngerok tangannya sendiri sampe merah. *gak ada kerjaan tuh anak!
Setelah aku tanya kenapa doi kaya gitu, ternyata di Makasar doi ga pernah liat orang kerokan. Di Makasar gak ada orang kerokan! *percaya gak percaya sih
Sekarang giliran ngenalin Rahmi. Doi anaknya polos. Awalnya aku kira doi orang Jawa. Ternyata doi orang Sunda! Heuh tahu gitu kan aku dari awal bisa bahagia ketemu orang Sunda. Doi mahasiswi Farmasi di Universitas Muhamadiyyah Purwekerto. Karena doi, aku jadi kenal Tita dan Gina. Tita berasal dari Indramayu. Dia enak diajak cerita-cerita. Tita, Gina dan Rahmi tuh temen satu kelas di kampusnya. Dan tahu gak sih? Ternyata Gina asalnya dari Kuningan juga! Tapi entah kenapa pas perkenalan doi selalu bilang kalo asalnya dari Cirebon. Pas ditanya, doi bilang Kuningannya tuh di kecamatan Pasawahan. Pasawahan itu letaknya di perbatasan Kuningan dan Cirebon, bahkan aksesnya lebih deket ke Cirebon. Doi malah ngaku kalo punya KTP dua, Kuningan dan Cirebon. *hiks hiks disitu kadang saya merasa sedih, tapi gak apa-apalah yang penting masih NKRI *hehe
Ada hal yang sangat disayangkan terjadi. Rahmi harus pulang ke Madiun karena ada acara keluarga. Entah acaranya apa. Tapi pamannya Rahmi ngejemput ke camp. Sebelum pulang, tutor grup Green ngasih usul buat ngadain Diary UP at Ngaropi sebagai momen perpisahan dengan Rahmi.
Rahmi, Gina, Aku, Tita

Kegiatan malam hari belum berakhir, masih ada Confidence Show. Confidence Show tuh ajang member untuk ngomong di depan semua member yang berasal dari semua camp (camp cowok dan camp cewek), temanya bebas. Ya seperti biasa aku kurang antusias ikut acara itu. Tapi untuk solidaritas, aku tetep ikut.
Confidence Show diselenggarain di salah satu camp cowok. Namanya Jungle Camp. Karena ukuran ruang tengahnya yang lebar, Jungle Camp beberapa kali dipake buat acara sejenis ini. Kaya kemaren tuh Welcoming Party, acara itu juga di Jungle Camp. Durasi Confidence Show sama, dari jam 7 sampe sekitar jam 9an malem.
Sebelum berangkat ke Confidence Show, aku ketemu Novi. Dia ke camp-ku buat pinjem tas. Dia cerita kalo besoknya dia, temen sekelas plus tutornya bakal pergi ke Bromo dan Kelud. Aku iri pengen ikut juga. Tapi ya apa boleh buat, karena uang yang pas-pasan dan member lembaga kursus lain gak bisa ikut, aku cuma bisa galau sendirian di camp.
....to be continue

Catatan Harianku di Kampung Inggris 5

12 -13 Agustus 2015
Hari ketiga dan keempat belajar di Kampung Inggris aku mulai terbiasa menjalani rutinitas yang diawali dengan bangun pagi, mandi, shalat tahajud, shalat subuh, tilawah, morning club, shalat dhuha, ke kelas go go talk, ke kelas Zip-zip, geser ke kelas Pronoun WOW, makan di warung prasmanan Ovi, ke camp, shalat dzuhur, tidur siang bentar, mandi, ke kelas Quicky, meluncur lagi ke kelas Speak Up 2, ke mushola buat shalat ashar, ke kelas Evening Club, ke camp lagi, mandi lagi, shalat magrib, tilawah, shalat isya, diary up, dan tidur. Gimana? Kebayang dong capeknya walaupun baru empat hari ngejalanin rutinitas itu. Tapi bawaannya semangat aja kok. Bahkan aku punya rencana buat balik lagi kesana tahun depan! Doain ya.
Rencananya aku pengen balik lagi ke Pare setelah wisuda. Aku mau ngambil program TOEFL selama satu bulan. Mungkin nanti aku gak nge-camp alias asrama, karena aku pengen lebih fokus di program TOEFL. Jadi lebih baik milih kosan yang sekamarnya bisa diisi maksimal dua orang.
Oya ada yang lucu di evening club at 12 August. 2015! Waktu itu Miss Uci masuk sebagai tutor evening club grup Green. Doi nyuruh kita buat berhitung dan setelah itu nyari pasangan kita masing-masing.*sekarang aman, kan cewek semua
Setelah kita kumpul dengan masing-masing kelompok, Miss Uci nyuruh kita buat bikin konsep Talk Show kaya di TV-TV. Aku sekelompok sama Tasya (temen sekamarku), Vi (mahasiswi dari makasar), dan Sekar (mahasiswi dari mana ya, aku lupa, kalo gak salah dari BINUS). Sekar berperan jadi pembawa acara, Tasya dan Vi jadi wanita yang disamarkan sebagai narasumber dan aku berperan jadi Oki Setiana Dewi! Haha
Kita bikin konsep acara Talk Show dengan nama ‘Women Secret’. Member dan tutor puas ngetawain kita. Sebagian besar dari mereka aku lihat pada ketawa. Mulai saat itu aku diledekin ‘Oki Oki’ ama Miss Uci dan member lainnya. *aamiin-in aja deh biar ketularan cerdas dan sholeha-nya. Hehe

...to be continue

Catatan Harianku di Kampung Inggris 4

11 Agustus 2015
Hari kedua belajar speaking di lembaga kursus yang aku pilih. Rasanya seru, mulai enjoy, semangat, agak masih malu-malu juga, dan sedikit ngantuk. *sehari itu jadwalku padet banget, sist...!
Dimulai dari morning club, go go talk class, zip-zip class, pronoun WOW class, Quicky class dan Speak Up 2 class. Di hari kedua ini program ditambah lagi. Evening Club dan Diary Up menambah padat aktifitasku di Pare. *tetep semangat dan bahagia
Semua kelas berjalan seperti biasa. Rata-rata kegiatan di setiap kelas itu ada aktivitas chating-nya. Chating disini maksudnya ngobrol bahasa Inggris sama partner kita. Partner ditentuin dengan cara berhitung maupun bebas milih, asal sama lawan jenis. Hah tamatlah sudah!
Ada hukuman-hukuman yang berlaku ketika kita melanggar aturan-aturan yang telah ditentukan. Misal, kalo kebanyakan bilang “euuuu...”, langsung deh dibedakin. Untuk hal ini seringnya aku ngebedakin wajah aku sendiri, kesini-kesininya kalo aku kebagian partner laki-laki dan aku salah, doi udah ngerti. Doi cuma nyodorin kertas yang isinya bedak buat aku tempelin sendiri bedaknya di wajahku. *wkwk
Oya aku belum cerita apa itu Evening Club dan Diary Up. Evening Club itu kegiatan rutin buat semua member, dimulai dari jam 4 sampe jam 5 sore, satu kelas itu pesertanya dari satu grup di camp.
Di setiap camp ada dua grup, yellow dan green. Aku grup green. So, satu kelas evening club-ku itu isinya member grup green semua. Kurang lebih jumlahnya ada 17 orang. Kegiatanya lebih banyak pake metode role play. Lebih kaya games gitu. Nah kalo Diary Up itu kegiatannya jam 7 sampe jam 8 malem. Kita diinstruksikan untuk nulis kegiatan kita selama sehari penuh. Selain itu, kita juga suka dikasih tema tertentu untuk jadi bahan tulisan kita. Ofcourse itu tulisannya harus dalam bahasa inggris. Setelah selesai nulis, tulisan kita bakal diperiksa ama tutor camp setelah sebelumnya kita bacain.
Oya, selama morning club dan diary up kita boleh pake bahasa indonesia alias english area tidak diberlakukan. Jadi kita bisa ngomong bahasa. Tapi setelah kedua program itu selesai, englis area berlaku lagi.
Hari kedua ngejalanin program kursus di Kampung Inggris masih terasa semangat dan lumayan melelahkan. Hari itu ditutup dengan tidur pulas.

...to be continue

Catatan Harianku di Kampung Inggris 3

10 Agustus 2015
Hari pertama di periode 10. Apaan tuh perode 10? Periode 10 itu artinya kegiatan kursus di Kampung Inggris secara rutin dimulai pada tanggal 10 setiap bulannya, dan itu berlaku bagi semua lembaga kursus yang ada disana. Selain periode 10, ada juga periode 25. So, kalo pengen belajar bahasa Inggris ke Kampung Inggris, kamu mesti datang sekitar tanggal 10 atau tanggal 25. Contohnya aku nih, aku datang ke Kampung Inggris tanggal 9 Agustus karena aku ngambil paket program speaking periode 10.
Nah kisah hari pertama aku menjalani rutinitas di Kampung Inggris dimulai dengan bangun pagi lalu ngantri mandi. Kesini-kesininya aku bisa ngakalin antrian biar cepet-cepet mandi, yaitu bangun puuuagiii banget atau pake kamar mandi yang ada di deket ruang TV (kamar mandi di camp ada enam; empat di belakang camp, dua di deket ruang TV). Gak tahu kenapa member camp itu hobi banget kalo bangun tidur langsung ngantri duduk di belakang camp. Padahal dua kamar mandi di deket ruang TV tuh gak ada yang pake, ya walaupun ada...ngantrinya gak lama-lama banget kaya kalo ngantri di kamar mandi belakang. *haha
Setelah beres segala ritual di pagi hari, aku dan yang lainnya kumpul di ruang TV. Kita kumpul buat Morning Club. Kegiatan Morning Club di hari pertama yaitu perkenalan, pengaturan kamar tidur, pengumuman dimulainya wajib english area alias wajib pake bahasa inggris di area camp (batasnya sampe keluar gerbang) dan pembagian jadwal piket. Aku pindah kamar. Dari kamar 6 ke kamar 1. Aku bersyukur banget. Soalnya di kamar 6 itu kabel kipas anginnya rusak. Jadi itu kipas angin kadang hidup kadang mati.
Aku langsung mindahin barang-barang aku ke kamar 1. Pas aku buka pintu, aku lihat ada dua orang di dalam kamar. Satu orang sedang bersiap-siap pindah dan satu orang lagi sedang mencatok rambutnya. Aku minta ijin untuk meletakkan barang-barangku di pojok kamar, untuk sementara. Setelah itu aku bergegas untuk berangkat ke kelas. Letak camp dan kelas itu gak jauh-jauh banget, cuma kalo jalan butuh waktu yang lumayan, sekitar 10 menit-an. Makanya aku dan sebagian besar peserta kursus di Kampung Inggris nyewa sepeda, biar lebih efektif waktunya.
Oya sebenernya aku gak langsung ke kelas, soalnya aku belum tahu kelasnya dimana. Aku ke office dulu. Aku tanya semua kelas yang ada di jadwalku. Setelah tahu semua, pergilah aku menyebrang jalan dengan sepeda. Tibalah aku di kelas Go Go Talk. Mau tahu perasaanku pada saat itu? Malu dan bingung!
Malu soalnya suasana baru dan aku gak kenal sama orang yang ada di sekitar kelas itu. Bingung karena aku gak tahu mesti ngomong apa sama orang yang ada di sekitarku itu.
Setibanya di kelas Go Go Talk itu aku gak langsung masuk, aku berdiri di depan gerbang, akhirnya aku memberanikan diri untuk menyapa tiga orang laki-laki yang juga berdiri di tempat itu. Aku cuma bilang, “kelas Go Go Talk juga?”. Salah satu laki-laki itu ngasih jawaban yang bikin aku kaget, “iya, gue kelas Go Go Talk. Lo kelas Go Go Talk  juga?”. Aku jawab, “iya”. *terus apanya yang bikin kaget?
Haduuuuh. Tahu gak sih? Aku tuh gak biasa bercakap-cakap pake sebutan “lo gue”! buat aku itu kedengerannya aneh, bikin aku ciut, karena aku ngerasa orang yang ngomong kaya gitu tuh gaul banget, kalo gaul banget itu artinya buat aku adalah: mereka lebih pemberani dari aku, lebih kasar. Aku membayangkan bahwa mereka bisa menindasku kapan saja. *parah kan imjinasiku?
Tapi ya gitu, aku gak biasa. Dan mindset aku terhadap orang yang ngomongnya kaya gitu tuh ya gitu. Ckck
Hari pertama di kelas Go Go Talk diisi dengan perkenalan. Mentornya bernama Uci. Aku lupa nama aslinya siapa. Hehe. Doi supel banget. Lucu pula. Asyik deh pokoknya. Yang jelas dia itu pinter banget. Yang bikin aku down adalah: doi lulusan SMA dan umurnya lebih muda dari aku dua tahun. Kagum deh sama kamu Miss Uci.*jadi kangen
Beres dari kelas Go Go Talk, aku balik lagi ke office buat nanyain lokasi kelas selanjutnya. Loh kok nanya lagi? Iya soalnya aku pelupa yang gak parah-parah banget. Ditambah lagi lokasi kelas satu dan yang lainnya itu beda-beda, gak di satu lokasi.
Setelah mendapatkan info, aku langsung menuju ke lokasi. Kelasku selanjutnya yaitu Zip-zip Class. Kegiatannya masih sama, perkenalan. Beberapa orang dari kelas Go Go Talk juga satu kelas lagi sama aku. Di kelas Zip-zip khusus diisi dengan latihan listening. Lumayan asyik. Tutornya Raffi, dari Papua (kalo gak salah). Kadang-kadang doi lucu. Doi juga keliatan smart. Keliatan? Keliatan dari mananya? Itu dari baju, jaket dan tas yang doi pake. Loh kok bisa? Iya soalnya doi sering banget pake baju bidik misi, LPDP, dll. So, ketahuan dong kalo doi itu dapet bidik misi, lolos LPDP, dan kegiatan sejenisnya.
Beres dari kelas Zip-zip, aku gak perlu pindah kelas terlalu jauh karena kelasku selanjutnya, yaitu PRONOUN WOW berada di sebelah kelas Zip-zip. Setelah menunggu beberapa saat, kelas dimulai. Kegiatan hampir sama, perkenalan. Lanjut dengan penyampaian materi dan pengucapan beberapa kalimat secara langsung. Tutor PRONOUN WOW namanya Kang Bimo. Lebih dewasa dari dua tutor di kelas sebelumnya. Seru, pinter dan cepet banget ngomong bahasa Inggrisnya.
Usai kelas PRONOUN WOW aku pergi ke salah satu warung makan yang ada di Pare, nama warung makannya tuh An Nur. Aku pergi sendirian. Warung An Nur lebih dikenal dengan sebutan WA oleh AGP alias anak gaul Pare. Lokasinya agak jauh dari lokasi kelas terakhirku. Butuh sekitar 3 menit dengan naik sepeda untuk sampai di WA. Sistem di WA itu prasmanan. Jadi kita bebas mau ngambil porsi nasi dan lauknya sesuai selera kita. So, gak aneh kalo WA ini rame banget. Selain murah, tempatnya juga luas. Tapi untuk aku pribadi, aku kurang nyaman dengan suasana yang terlalu ramai. Hari-hari berikutnya aku pindahin pilihan warung makan aku ke warung Ovi (kalo gak salah, soalnya aku agak lupa namanya, hehe kebiasaan). Sistemnya prasmanan juga, cuma letaknya dari kelas terakhirku itu lebih deket dibanding ke WA.
Setelah markirin sepeda, aku ketemu temen sekelasku di PRONOUN WOW, namanya Anggun. Makan barenglah kita. Selesai makan, kita pulang. Aku ke camp 8, dia ke camp 4.
Usai istirahat di camp, aku balik lagi buat nyari lokasi kelas selanjutnya. Quicky Class. Aku sempet kebingungan buat nyari lokasi Quicky Class karena ternyata letaknya masuk gang. Ckck
Ryan, 25 tahun, asal Bali. Doi-lah tutorku di Quicky Class. Bahasa inggrisnya lancar banget bro! Aksennya british apik. Kagum deh. Pengen kaya dia bahasa inggrisnya. *semoga
Hari pertama di Quicky Class hampir sama kaya di kelas sebelumnya. Perkenalan. Tapi bedanya adalah, di kelas Quicky ini aku dan yang lainnya diajarin gimana cara berkenalan di depan orang banyak sekaligus belajar ngasih first impression alias kesan pertama ketika berkenalan dengan orang lain atau di depan orang banyak, khususnya dengan foreign alias orang luar negri.
Ryan ngajarin eyes contac, cara ngatasin nervous, dan lain-lain. Seru sih, tapi ada beberapa hal yang bikin aku agak sedikit kebingungan. *bingung lagi bingung lagi Yen Yen...
Iya aku sempet bingung ketika Ryan nagsih instruksi ke aku dan member yang lainnya untuk nyari pasangan. Parahnya harus sama cowok! Kita semua disuruh berhadapan dan latihan eyes contac dan shake hand alias salaman. Jadi ceritanya itu kita sama-sama gak kenal dan baru pertama kali ketemu lalu kenalan. Suasananya dibuat kaya kita lagi sama rekan kerja gitu. Pokoknya kita belajar ngasih first impression ke foreign.*iya iya gak usah esmosi Yen...
Di hari pertama itu aku masih banyak diem, belum berani ngomong untuk nanya ataupun usul. Aku juga gak ngerti kenapa aku selalu kaya gitu kalo ada di tempat baru. Rasanya malu aja gitu. Alhasil aku gak bisa usul untuk ganti pasangan karena rasa malu-ku menang atas keinginanku untuk ‘protes’ minta ganti pasangan. *ganti pasangan disini maksudnya adalah pasanganku diganti sama cewek, kan tadinya semua harus cowok.
Ya sudahlah aku latihan first impression itu sesuai dengan instruksi Ryan. Pasanganku waktu itu namanya Limbong. Dia dari Jakarta. Pas latihan aku salaman sama dia. Ya Alloh walaupun cuma sekali tapi rasanya aku nyesel dan kesel sendiri. Rasanya aku marah sama diri aku sendiri. Kenapa aku gak bisa usul untuk minta ganti pasangan. Kenapa aku gak bilang aja kalo aku gak bisa salaman ama lawan jenis. Huh!*nasi udah jadi bubur, tapi dari hal itu aku jadi belajar, aku gak mau bikin bubur lagi *salah fokus.
Belakangan karena sering satu kelas, aku jadi tahu Limbong lucu orangnya. Pas latihan first impression itu aku cuma ngerasa malu dan risih untuk ngelakuin eyes contac .Eh dengan santainya Limbong bilang, “tenang mata kamu gak ada beleknya kok! (sambil ketawa)”. Parah kan?! *iuh
Oya FYI, eyes contac yang diajarin itu gambarannya kaya gini: dua orang saling berhadapan atau satu orang berdiri di depan orang banyak dengan melihat ke bagian tengah alis dari setiap orang. Lebih jelasnya gini, kita kan punya dua alis tuh, masing-masing alis kan misah, nah bagian dibawah jidat dan diatas hidung itulah yang kita pandang. Aku sendiri gak bisa ngelakuin itu. Limbong cuma bisa ketawa. Parah dia!
Dari kejadian itu aku mikir, gak bisa gini terus! Aku harus ikut kelas, tapi gak mungkin aku shake hand terus sama laki-laki bukan muhrim. Akhirnya hari berikutnya aku cerita ke salah satu temen sekelasku, dia cewek. Singkat cerita, dia nyaranin supaya aku bilang aja terus terang ke tutornya. Lucunya dia bilang gini, “udah gak apa-apa bilang aja ke Ryan, pasti dibolehin, kamu kan muslimah”. Haduh, temenku itu emang polos banget. Menurutku dia cuma nganggap muslimah ke cewek-cewek yang pake kerudung lebar dan gamis, padahal sebutan muslimah itu kan artinya bagi setiap wanita yang beragama Islam. Hihi
Dan bener aja, Ryan ngebolehin aku untuk ga shake hand  sama lawan jenis. Pas tiba gilirannya praktek, partner-ku diganti ama cewek, Dini namanya. Lucunya lagi nih, ada temen sekelasku namanya Bagas, dia nanya gini, “emang kenapa sih gak salaman sama cowok? Emang Islam jenis apa?”. Aku cuma bisa senyum dan sedikit ngejelasin. Entah Bagas ngerti atau ngga, soalnya kelas keburu dimulai.
Masalah jabatan tangan sama laki-laki bukan muhrim emang belum sepenuhnya aku jalankan. Kalo ke temen laki-laki sih udah bisa, tapi kalo ke guru, dosen, tetangga dan kerabat jauh laki-laki tuh aku belum sepenuhnya bisa. Kadang-kadang aku masih jabatan tangan sama mereka. Apalagi kalo lebaran. Ya aku cuma pasrah aja. Masih ada perasaan khawatir tersinggung. Semoga kedepannya aku bisa istiqomah. Doakan ya, guys! *hehe
Setelah rangkaian jadwal yang padat itu, akhirnya tiba juga di kelas terakhir pada hari pertama ini: Speak Up 2 class. Kenapa Cuma di hari pertama? Karena setelah Speak Up 2 class, akan ada Evening club yang akan dimulai esok hari. *wajah datar
Di Speak Up 2 class aku diajarin gimana caranya bicara bahasa Inggris tanpa perlu mikir. Tutornya seumuran denganku. Namanya Arul (aku lupa nama aslinya siapa, karena agak panjang, hehe), doi berasal dari Martapura. Doi smart, kalo becanda banyak garingnya. *haha maaf bro! Doi hobi baca buku dan nulis. Doi bilang sih cita-citanya pengen jadi penulis terkenal. Haaah...kayanya setiap orang yang punya hobi baca buku pada punya cita-cita jadi penulis terkenal deh, kecuali aku. Eits! Gini-gini aku rajin baca buku loh! Pas liburan kemaren aja aku ngegado 7 buku! Keren kaaan? *emang ada yang nanya ya, Yen? huhu
Beside that, I wanna tell you about Welcoming Party in my course. Itu gak terlalu spesial sih buat aku, soalnya cuma acara perkenalan doang. Welcoming Party rutin dilaksanakan setiap awal periode kursus sebagai ajang penyambutan.
Tutor-tutornya memperkenalkan diri, tiap camp juga memperkenalkan diri pake yel-yel. Camp putra dan putri hadir semua. Heuh kebayang risihnya. Tahu gak apa-apa kalo gak datang mungkin aku gak bakal datang. Huh! Acara welcoming party emang gak terlalu lama, cuma jam 7 sampe sekitar jam 9 malem. Usai acara, aku nganter teh Tila beli makan. Usai itu aku istirahat deh di camp. So tired.

...to be continue

Catatan Harianku di Kampung Inggris 2

9 Agustus 2015
Perkenalanku dengan teh Tila terjadi pada saat dini hari ketika tiba di office lembaga kursus yang kami pilih. Selain teh Tila, aku berkenalan dengan tiga orang lainnya. Masing-masing dari Jogja, Bekasi, dan satu lagi aku lupa.
Teman baru. Itulah yang akan kita dapatkan di tempat baru. Tapi hal ini gak melulu terjadi pada diriku. Kenapa? Soalnya disana aku ketemu Novi. Siapa dia? Artis? Model? Bintang iklan? Bukan...bukan. dia itu sahabatku. Yakin dia nganggep kamu sahabatnya, Yen? Ya, gak juga sih, usaha aja dulu. *mulai aneh
Jadi begini ceritanya. Pada suatu hari, Novi pamit padaku via BBM. Ia berkata akan pergi ke Kampung Inggris untuk mencari ilmu dan juga jodoh. *eaa
Sontak aku terkejut membaca chat darinya. Gegas saja aku berkata bahwa aku juga sudah mendaftar kelas Speaking di Kampung Inggris untuk 2 minggu. Singkat cerita, Novi langsung bikin PM: “Jauh-jauh ke Pare ketemunya ente lagi”. *tega kan dia?
Aku tiba lebih dulu dibanding Novi. Novi tiba sekitar pukul satu siang, sedangkan aku tahu sendiri kan dari cerita yang sebelumnya, aku tiba di Kediri sekitar pukul 3 dini hari. Setelah aku dan Novi kontekan terus, Novi ngasih tahu kalo dia udah nyampe di Kampung Inggris, dia pun ngasih tahu alamat kosannya. Alhasil aku langsung cusss nyusul Novi pake sepeda. Alhamdulillah ketemu. Dia lagi berdiri di depan rumah kosannya. Ternyata dia mau pindah kosan karena disitu penuh. Dia juga udah nyewa sepeda. Koper Novi dibawa empunya kos. Kita berdua ngikutin si empu dari belakang. Sampailah di kosan Novi, beres-beres sebentar, kita cus lagi. Aku nganter Novi makan, abis itu nganter dia shalat Dzuhur, abis itu nganter dia beli celana panjang ama anduk, aku jadi ikut-ikutan belanja. Aku beli gantungan baju. Beres belanja, Novi nganter aku pulang ke camp. Sekalian dia pengen tahu camp aku.
Aku hafal raut wajah Novi. Raut wajahnya bilang kalo camp aku “ngeri”. Mungkin karena terlalu banyak orang. *ya iyalah, namanya juga camp alias asrama
Dia cuma duduk sebentar, ngobrol sebentar sama teman sekamarku di kamar 6. Karena sama-sama bisa bahasa Jawa, nyambunglah mereka. *nyambung sedikit, hehe
Oya, kali pertama aku datang ke camp, aku ditaro di kamar 6. *tas kali ditaro -__-
Semua penghuni kamar 6 itu baru. *hantu kali, penghuni -__-
Setiap kamar itu diisi empat orang. Kamar 6: aku dan tiga orang yang berasal dari satu daerah. Aku lupa mereka itu dari Pasuruan atau Nganjuk ya? Entahlah. Hehe. *maaf ya, aku bukan pengingat yang baik terkait nama dan asal daerah orang yang sebentar aku kenal.
Aku sempet galau karena aku ngerasain kurang nyaman ama mereka. Secara... mereka itu keliatan banget udah saling kenal dan soulmate banget, sedangkan aku? Aku hanya orang Sunda yang seringnya cuma melongo ngedengerin  mereka ngobrol. *disitu kadang saya merasa sedih, soalnya pada saat itu english area belum diterapkan.
Balik lagi ke cerita aku dan Novi. Selesai acara mampirnya Novi ke camp-ku, ya udah sih gak ada lagi cerita. Selebihnya aku cuma istirahat di kamar. Ada cerita menarik ketika malam tiba. Waktu itu aku ngerasain rasa bete yang menggalaukan. *alay lo Yen!
Gimana ngga bete? Baru datang, diem aja di kamar. Mau pergi juga gak tahu mau kemana. Mau ngobrol sama member camp yang lain juga malu karena belum pada kenal. Kepastian pindah kamar juga tak kunjung tiba. Aku hanya bisa menanti. Beberapa saat ketika sedang menanti, muncullah sosok wanita, remaja cantik, hitam manis, berkawat gigi, dan berambut ikal. Jaket jeans yang dikenakan menambah cool pada auranya. Ia menyapa dan mengajak penghuni kamar 6 alias aku dan ketiga temanku untuk makan diluar. Aku menolaknya secara halus dengan alasan masih kenyang. Tak menunggu lama, beberapa kalimat menyusul keluar dari bibirku. Aku bertanya “kemana mentornya? Kapan kita mulai kumpul? Lama banget ko gak ngumpul-ngumpul?”. Ia hanya menjawab, ”besok malam, sista...”. Aku hanya memasang wajah datar. Keesokan harinya, belakangan aku ketahui bahwa wanita itu adalah tutorku! Hahaha. *pasang wajah imut tanpa dosa

...to be continue