Selasa, 01 September 2015

Catatan Harianku di Kampung Inggris 9

17 Agustus 2015
Kisah lucu gak cuma kejadian video itu. Ada juga kisah saat aku role play di kelas Speak Up 2. Seperti biasa sebelum melakukan games, member disuruh berhitung. Usai berhitung, kami berpindah posisi, duduk melingkar dengan partner masing-masing. Hasil berhitung itu, aku, Habibi, Yunus, dan Maria satu kelompok. Jumlah kelompok ada empat. Satu kelompok 4-5 orang.
Setiap kelompok diberi kertas. Isi kertas itu pemaparan tema role play. Kelompokku harus menceritakan kisah tentang sepasang suami istri yang baru saja menikah dan pada suatu hari sang suami baru mengetahui dari cerita temannya bahwa sang istri merupakan transgender.
Tamatlah riwayatku karena aku kebagian jadi sang istri yang melakukan transgender! Habibi berperan menjadi sang suami, Yunus berperan menjadi teman sang suami, dan Maria sebagai teman dariku alias sang istri. Kami melakukan dialog dalam bahasa Inggris.
Sepanjang pementasan, kami ditertawakan seakan-akan kami pemeran OVJ. Oh nooooo!!!
Member dan tutor puas terpingkal-pingkal menyaksikan permainan peran kami. Kami selaku pemain pun tak luput dari menahan tawa. Habibi yang gokil semakin menambah lucu suasana. Aku hanya pasrah dan banyak memberikan penjelasan bahwa “I’m normal’. Haha

18 Agustus 2015
Lima hari sebelum berakhirnya kelas speaking-ku di Kampung Inggris, aku jatuh sakit. Entah karena suhu udara yang panas dan kurang minum atau kelelahan, malam harinya aku demam. Hingga larut malam aku tak bisa tidur, padahal besok pagi aktivitas tak bisa di-skip begitu saja.
Ketika Tasya berbaring di sebelahku, aku memegang tangannya untuk menunjukkan bahwa aku demam. Sontak doi langsung cemas.
“heh Yena badan lo anget!”,
“iya aku pengen tidur, perlu tidur doang”,
“Antap cepet matiin lampu! Yena mau tidur, dia sakit. Anak orang ini! Anak orang ini! Cepet! Cepet!”, Tasya nyerocos dengan paniknya.
Dengan santai aku Cuma jawab, “iyalah, Sya...aku anak orang, masa anak ilang!”
“hehe iya maksudnya cepet matiin lampu biar lo tidur” Tasya masang tampang oon-nya.
Setelah Antap matiin lampu, kita tidur. Aku sempet bangun lagi buat minum. Tenggorokan kering dan sakit banget rasanya.
Paginya aku masih bangun pada jam biasa, langsung mandi, shalat, dan tilawah. Aktifitasku juga biasa, gak ada kelas yang aku skip. Masuk kelas rasanya sedikit gak nyaman. Hidung mampet dan bersin-bersin, akhirnya ingusan.
Tasya nyaranin buat minum obat, tapi karena agak-agak gak percaya gitu sama obat warung yang tablet-an, aku beli satu bungkus to*** **ngin cair.
Ada kisah mengharukan ketika aku selesai shalat ashar di mushola. Aku berjumpa dengan ibu-ibu yang juga baru selesai shalat di mushola itu. Aku menyalaminya. Beliau mengajukan beberapa pertanyaan lazim saat seseorang baru pertama kali bertemu, “aslinya dari mana de? Kursusnya dimana? Udah berapa lama?”. Aku menjawab semua pertanyaannya dan aku balik bertanya, “ibu asli sini?”, si ibu menjawab, “iya saya dari daerah Pare sana, ini lagi liat anak lomba gerak jalan, adek jaga kesehatan ya, makan yang teratur”.*beuh langsung inget mamah di rumah, hoaaa

0 komentar:

Posting Komentar