Jumat, 29 Januari 2016

480



Lembar jawaban try out TOEFL tadi pagi ^_^


            Hari ini aku merasa sangat bahagia *cekileeee. Kenapa aku memilih judul tulisan ‘480’? Jika memang kalian pembaca setia setiap cerita keseharian yang aku tuliskan (yaelah kepedean), pasti kalian sudah hafal dengan arti judul tulisanku diatas! Judul di atas adalah skor yang aku dapat ketika try out TOEFL yang dilaksanakan pagi tadi. Yippie!!!
            Try out TOEFL kali ini diselenggarakan oleh tim dosen jurusan di kampusku dalam rangka persiapan kelulusan mahasiswa PG PAUD semester 8 UPI Kampus Serang. Sebelumnya, aku telah dua kali mengikuti skoring TOEFL di Sekolah TOEFL. Awalnya aku sedikit kecolongan karena tidak melakukan persiapan sama sekali. Aku baru mengetahui dua jam sebelumnya bahwa try out TOEFL akan dilaksanakan di kampus pagi hari tadi. Entah memang kepedean atau memang aku sudah merasa cukup mengetahui dan mempelajari sebagian materi-materi TOEFL yang diberikan oleh kak Budi Waluyo di Sekolah TOEFL-nya, saat mengerjakan soal aku merasa bersemangat, penuh konsentrasi dan fokus mengerjakan soal yang diberikan.
            Soal yang dikerjakan diperiksa saat itu juga. Soal hanya ditukar dengan teman sebelah, kemudian bu dosen memberikan kunci jawaban soal-soal TOEFL tersebut melalui layar proyektor. Berkeringat dan pegal leher terbayar sudah ketika aku mengetahui hasilnya. Walaaaaaa... seperti angka pada judul diatas, 480 aku kantongi untuk skoring kali ini. Itu artinya, aku harus lebih bersemangat dan konsisten mempelajari materi dan mengerjakan soal-soal latihan di Sekolah TOEFL! Aku benar-benar berterima kasih kepada Kak Budi Waluyo dan seluruh teman-teman di Sekolah TOEFL yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan semangat, membagikan ilmu, dan menginspirasi tentang banyak hal terkait TOEFL, beasiswa, luar negri, bahkan hakikat dari semua hal itu: PERJUANGAN!
            Ya, perjuanganku masih panjang, masih jauh. Perjuangan untuk mendapatkan skor TOEFL sebesar 550 *hehe. Untuk kalian yang sedang sama-sama berjuang, baik itu untuk mencapai skor TOEFL yang diinginkan, berjuang mendapatkan beasiswa, dan hal lainnya: terus lanjutkan perjuangan, sekalipun kalian akan menemui rasa bosan, yakin bahwa kalian pasti bisa melakukan yang terbaik, manisnya perjuangan akan kalian rasakan ‘di akhir’, bukan ‘di awal’.

Serang, 29 Januari 2016

Jumat, 22 Januari 2016

427

Tanggal 11-17 Januari 2016 aku berusaha fokus dan konsisten mengikuti TOEFL Prediction Test ke-3 yang diselenggarakan oleh Sekolah TOEFL (apa itu ‘Sekolah TOEFL’, lihat disini). Meskipun dalam kondisi liburan dan sedang tidak memiliki quota internet, aku tetap berusaha mengerjakan QOTD (Question of The Day) dan QOW (Question of The Week). Selain itu, aku berusaha untuk rajin mengunduh Handbook yang diberikan kemudian mencatat dan mempelajarinya, membaca postingan-postingan Kak Budi Waluyo—mentor Sekolah TOEFL—yang sangat menginspirasi, dan aktif mengikuti instruksi-instruksi yang diberikan untuk pendaftaran TOEFL Prediction Test serta proses seleksi siswa Sekolah TOEFL yang rutin dilakukan untuk menyaring siswa yang aktif dan tidak aktif.
            Setelah mendaftar TOEFL Prediction Test 3, tibalah waktunya untuk mengikuti skoring. Kak Budi mulai men-share link-link lembar jawaban, tata tertib untuk melaksanakan tes, dan soal-soal TOEFL yang harus dikerjakan melalui grup Facebook yang telah disediakan. Tes TOEFL dilakukan sebanyak 3 tahap. Setiap tahap diberi waktu pengerjaan 2 hari. Tahap pertama yaitu listening, kemudian structure lalu reading. Dalam segala keterbatasan, seperti suasana dirumahku yang kurang kondusif untuk dapat fokus, aku tetap sungguh-sungguh mengerjakan soal-soal hingga selesai. Dari segi waktu, aku mulai mampu mengerjakan soal TOEFL sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
            Singkat cerita, diumumkanlah kunci jawaban soal TOEFL, aku tak sabar untuk mengoreksi. Setelah selesai, aku input data hasil koreksi—secara jujur tentunya. Skor akhir semua siswa harus diinput kedalam link yang telah dibuat kak Budi. Dua hari setelah itu skor pun diumumkan. Banyak siswa Sekolah TOEFL yang mendapatkan nilai 550 hingga 550 ke atas. Lalu bagaimana denganku?
            Jika TOEFL Prediction Test ke-2 aku mendapatkan skor 407 (telah kuceritakan di tulisan sebelumnya), di TOEFL Prediction Test kali ini aku mendapat skor 427! Coba tebak bagaimana perasaanku? Jelas aku kecewa pada diriku sendiri. Aku sadar usahaku masih kurang. Tapi aku bertekad untuk lebih sungguh-sungguh belajar dan berusaha memahami setiap materi TOEFL yang diberikan di Sekolah TOEFL.

            Entah kak Budi mengetahuinya atau tidak, namun aku dan tentunya semua siswa Sekolah TOEFL sangat berterima kasih atas bimbingan yang diberikan. Semua motivasi untuk tetap melawan keterbatasan dan memudahkan urusan orang lain tanpa sadar telah menjadi dasar hidup yang terus berusaha aku amalkan.


Serang, 23 Januari 2016

Jumat, 15 Januari 2016

SAAT CINTA ITU DATANG

Sudah selazimnya setiap manusia pernah merasakan cinta. Berbicara cinta, aku yakin bahwa kita semua pernah merasakan cinta pada sosok yang kita tak ketahui apa alasan kita menyukainya. Sosok lawan jenis yang sering kali membuat kita bahagia dan berbunga-bunga. Tapi sayangnya banyak diantara kita yang tak mengetahui dan tak mampu untuk memperlakukan rasa itu dengan cara yang sebaik-baiknya. Cinta yang seharusnya kita simpan dalam hati, mencurhkannya pada Alloh saat sepertiga malam, dan ikhlas atau rela melepaskan, malah kita perlakukan sebaliknya. Meski tak mudah, tapi yakinilah bahwa merelakan cinta yang kita rasakan dengan melepaskannya adalah sebaik-baiknya cara yang dapat kita lakukan untuk terhindar dari hal-hal yang merugikan diri kita sendiri. Saat kita mengumbar cinta hingga ia yang kita kagumi mengetahuinya, berusaha memilikinya dan berusaha agar ia memiliki rasa tertarik pada kita, justru hal-hal tersebut hanya akan menyia-nyiakan energi yang kita miliki. Energi yang seharusnya kita maksimalkan untuk berkarya, mengabdi pada masyarakat dan hal positif lainnya saat masa muda ini, malah kita habiskan untuk fokus pada ia yang belum tentu menjadi pasangan halal bagi kita
Menurutku, hakikat cinta yang sesungguhnya hanya ada dua, yaitu cinta pada Alloh dan Rasul-Nya. Ketika kita mencintai kedua orang tua dan anggota keluarga kita yang lainnya, yakinilah bahwa mereka semua hanya tinggal sementara di dunia ini, sama halnya dengan keberadaan kita, hanya sementara. Kita harus siap untuk ditinggalkan oleh mereka dan kita pun harus siap ketika suatu saat kita ‘dipanggil’ terlebih dahulu oleh Yang Maha Kuasa untuk meninggalkan mereka. Tugas kita hanyalah berusaha semaksimal mungkin untuk meninggalkan jejak-jejak kebaikan pada orang-orang di sekitar kita.
Aku banyak berpikir ketika melihat kondisi orang-orang disekitarku yang hanya hidup untuk diri mereka sendiri. Aku merasa hidup mereka sangatlah monoton. Selesai sekolah, bekerja, menikah, memiliki anak. Bangun pagi, bekerja, pulang kembali ke rumah, bangun pagi, bekerja, pulang kembali ke rumah. Seperti itu setiap hari. Belajar dari pola kehidupan yang seperti itu, menurutku kita harus sedikit berbuat lebih untuk orang-orang disekitar kita. Entah bagaimana caranya, tapi aku yakin pasti banyak hal yang dapat kita lakukan, dimulai dari hal yang kecil, diawali dari diri kita, dan dilakukan sekarang juga.
Untuk dapat menjalankan hidup dengan baik, minimal kita harus menentukan tujuan kita hidup di dunia ini. Terlepas dari kewajiban beribadah pada Alloh dan menjauhi larangan-Nya, aku pribadi berusaha untuk mencari dan menetapkan tujuan hidupku. Terus belajar sepanjang hayatku dan berusaha menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang lain adalah dua hal yang menjadi patokanku dalam menjalani hidup. Kini aku sadar bahwa hidup sangatlah berarti dan sangat disayangkan ketika kita hanya mengejar kebahagiaan hanya untuk diri sendiri.

Saat cinta itu datang, perlakukanlah rasa cinta itu dengan baik. Biarkan diam hingga tiba masanya. Ikhlaskanlah, karena kau akan tahu betapa indahnya merelakan apa yang belum kau ketahui kepastiannya. Selalu libatkan Alloh SWT dalam setiap pilihan kehidupan.

Kuningan, 11 Januari 2106

Senin, 04 Januari 2016

Mencuci


Membersihkan pakaian secara detail dengan menggunakan air dan sabun cuci yang wangi. Kegiatan rutin sebagian besar perempuan untuk menjaga kebersihan pakaian-pakaian yang digunakannya. Defini mencuci tidak hanya mencakup hal tersebut, tapi masih banyak lagi. Mencuci kadang menjadi hal yang sangat malas aku lakukan dan juga tak jarang menjadi hal menyenangkan untuk kulakukan.
Selama masa-masa liburan seperti ini bukan berarti kegiatan mencuci yang biasa aku lakukan  pun ikut libur. Jika biasanya aku bisa mencuci pakaian pada malam hari sepulang dari kegiatan kampus saat berada di kota Serang, sekarang aku mencuci tiap pagi. Jika biasanya aku hanya mencuci pakaianku sendiri, sekarang pakaian ibuku pun aku sikaaaat. Hehe
Aku beruntung, air yang digunakan olehku untuk mencuci selalu bersih. Tak jarang aku selalu membayangkan orang-orang di luar sana yang kekurangan pasokan air bersih. Untuk mandi saja mereka harus membeli air, bagaimana mereka mendapatkan kelebihan air untuk sekedar mencuci pakaian mereka atau menyiram tanaman?
Tak jarang pula aku membayangkan jika aku harus mengabdi di tempat-tempat yang susah air dalam waktu yang lama. Dan itu benar-benar tidak bisa aku bayangkan. Apakah aku bisa menjalani hidup dengan kekurangan air. Selama ini aku hanya pernah mengabdi di tempat-tempat terpencil hanya untuk beberapa hari, dan paling lama ialah satu bulan, itu pun dalam rangka Kuliah Kerja Nyata yang harus aku kontrak ketika semester 7. Maka dari itu, aku, kita...harus salut pada mereka-mereka yang mampu mengabdikan diri mereka untuk mengajar di tempat-tempat terpencil dalam waktu yang tidak sebentar.
Dari mencuci, aku selalu belajar bagaimana mengolah pakaian agar selalu segar, bagaimana menghemat air, dan bagaimana mempersembahkan hal terbaik bagi orang-orang di sekitar kita.
                                                                                                       
     Kuningan, 5 Januari 2016

                        11:08:03 WIB

Ketika Hujan Turun

Selepas magrib aku bersepeda berkeliling alun-alun kota Serang. Aktivitas yang tidak aku anjurkan untuk kalian tiru. Hihi. Aku bersepeda karena terpaksa harus mencari ATM dengan minimal uang yang bisa diambil Rp50 ribu. Ckck
Sebenarnya sepedaku sedang rusak, belum aku servis mengingat sebentar lagi aku libur panjang setelah UAS dan memang uang bulananku semakin menipis. Jadi aku berpikir dua kali untuk mempergunakan uangku. Aku meminjam sepeda Novi—sahabatku (benarkah ia menggapku sahabatnya? Hehe).
Belum lama mengayuh sepeda dari tempat kos Novi, gerimis turun membasahi Kaujon—salah satu kelurahan di Kota Serang. Niatku sempat ragu untuk meneruskan bersepeda ke alun-alun. Tapi keraguan itu aku tepis mengingat jika ditunda-tunda, kurasa esok takkan ada waktu luang lagi. Aku sudah harus fokus UAS dan menyelesaikan tugas-tugas dari beberapa mata kuliah.
Gerimis tak nampak ketika aku memasuki kawasan alun-alun. Aneh. Seakan-akan awan tahu bahwa kawasan itu ramai pada malam hari. Banyak penjual makanan dan fans-nya alias pembeli. Jika hujan, kemungkinan sepi-lah angkringan-angkringan yang berjajar sepanjang jalan.
Sampai di ATM yang aku tuju, aku langsung menyelesaikan hajatku. Memasukkan kartu ATM, dan menekan nominal Rp50.000. Kukayuh lagi sepedaku. Melewati pusat perbelanjaan di Kota Serang, alun-alun, dan jajaran pedagang kaki lima. Aku menghentikan sepeda Novi di depan lapak penjual buah pisang Sun*ise yang sedang beken-beken-nya di kota Serang (karena aku tak menemukan penjual pisang Sun*ise di kota lain yang pernah aku singgahi, seperti Jakarta, Surabaya, dan tentunya kampung halamanku, Kuningan). Mengingat sudah lama anak kos ini tak makan buah, aku belilah buah murah meriah sebagai hadiah bagi otakku yang mulai ‘panas’ menghadapi UAS dan tugas-tugas (haha) J
Usai membeli buah, kali ini gerimis rapat mengguyur pusat kota Serang, tepatnya ketika aku berada di sekitaran Masjid Agung At-Tsauroh. Aku menyebrang dengan menuntun sepeda Novi, berbalik arah. Tak lama kukayuh sepeda, aku mampir di tukang tambal ban untuk mengisi angin pada ban sepeda Novi. Kulihat sekeliling. Pedagang kaki lima tetap sedikit tenang, tak buru-buru membereskan dagangan mereka. Kulihat kaos jersey bola tetap dipajang dibelakang bagasi mobil minibus yang diparkir dipinggir jalan menuju alun-alun.
Abang tukang tambal pun terlihat santai bersandar di bagian belakang motor “bombay’-nya yang memiliki atap. Hanya tukang parkir salah satu bank yang terlihat mempersiapkan turunnya gerimis yang cukup rapat ini. Ia menggunakan payung, menggulung celana hingga bawah lutut dan berjalan ke tengah jalan raya untuk menghantarkan mobil yang hendak keluar dari lokasi bank tersebut.
Kulanjutkan mengayuh sepeda dengan diiringi rintik-rintik gerimis. Sepanjang perjalanan kembali menuju kosan, aku disuguhi pemandangan kegiatan para pedagang kaki lima ketika hujan turun. Penjaja helm motor mulai menutupi barang dagangannya dengan terpal plastik. Di pinggir jalan lain, aku melihat seorang bapak tua renta menjinjing satu buah durian pada masing-masing tangannya, mencoba menawarkan durian pada pedagang makanan yang hendak menutupi gerobaknya dari air hujan. Hal yang dilakukan oleh pedagang aneka perabot rumah tangga dari plastik. Dagangannya tak terlihat lagi. Hanya gundukan yang ditutupi terpal plastik transparan dengan ukuran panjang tergelar di pinggir jalan di depan trotoar Gedung Juang. Nampak tenang pedagang buah yang satunya lagi. Ia memiliki tempat berteduh yang aku perkirakan telah ia sediakan dari mulai pagi menjelang siang tadi. Entah apa yang ia rasakan. Kulihat buah segar yang ia jajakan mulai basah diguyur hujan. Aku pun terus mengayuh sepeda dan berkata dalam hati, “susahnya mencari uang”.
Ya Rabb, jika sebagian dari kita mengenang hal-hal indah ketika hujan turun, mereka para pedagang berdoa dalam hatinya agar hujan segera reda supaya pembeli kembali ramai. Untuk yang satu ini mereka mungkin yakin bahwa salah satu waktu mustajab dimana doa dikabulkan adalah ketika hujan turun.

Serang, 15 Desember 2015

00.45 WIB

HIJRAH

Semester 7 telah usai, kini aku siap menyambut semester 8 (caelaaaah). Akhir semester 7 ini tidak aku rayakan dengan hal-hal khusus (padahal pengen). Cuma pengen cepet-cepet pulang ke Kuningan dengan sederet rencana kegiatan liburan dan seabreg barang bawaan. Hampir semua pakaian, beberapa buku catatan, dua buku tebal dan berkas-berkas soal latihan TOEFL aku boyong dalam 1 koper besar dan 1 tas ransel coklat kesayanganku.
Liburan semester 8 kali ini tetap sama dengan semester-semester ganjil di tahun-tahun sebelumnya, yakni bertepatan dengan tahun baru masehi. Saat ini pukul 23.03 WIB, kurang dari satu jam lagi bumi ini akan tepat selesai mengelilingi matahari. Tak ada perayaan spesial di keluargaku, dan memang sudah seharusnya begitu. Momen tahun baru hanyalah pantas dijadikan tolak ukur bagi kita dalam merencanakan kehidupan selanjutnya dan merenungi kehidupan kita di tahun sebelumnya.
Banyak suka duka yang aku alami di tahun 2015. Tepat di awal tahun 2015, aku memutuskan untuk memperbaharui niat ber-hijrah, menjadi pribadi yang lebih baik. Aku beranikan diri untuk mengambil keputusan tegas atas hal-hal yang membuatku bimbang (ehhmmmm). Niatku hanya ingin terus mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa dan berbakti pada orang tua. Dua hal itu lebih dari cukup untuk mewakili rencana-rencana hidupku di awal tahun lalu.
Melakukan hijrah tak semudah niatnya. Banyak orang yang berniat hijrah namun tak sedikit yang konsistensinya melemah. Bukan saatnya lagi momen tahun baru kali ini kalian rayakan dengan hura-hura ataupun hanya sekedar tiupan terompet, ada hal yang jauh lebih bermanfaat. Momen tahun baru masehi ini sangat cocok untuk dijadikan acuan untuk mengawali hal baru dalam hidup kita, merencanakan apa-apa yang akan kita lakukan di tahun selanjutnya. Walaupun hanya sebatas memperbaharui niat untuk ber-hijrah, itu lebih bermakna dibandingkan ritual perayaan tahun baru yang umum dilakukan oleh orang-orang di sekitar kita.
Tulisan ini tak lebih dari sebuah catatan akhir tahun untuk diriku sendiri, jika kalian—yang membaca tulisan ini—merasa mendapatkan manfaat, aku merasa senang karena turut mendapatkan semangat yang sama dari orang yang sama-sama berniat untuk hijrah.
Yakinlah bahwa manfaat hijrah yang akan kita rasakan adalah hal-hal terbaik yang memang telah Alloh janjikan:
 “Barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barang siapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.( Q.S An-Nisaa’:100)”.
Tak hanya ayat diatas, ada pula satu hadits yang selalu aku ingat:
“Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: ‘Rasulullah saw. bersabda: Allah Taala berfirman: Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku dan Aku selalu bersamanya ketika dia mengingat-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku pun akan mengingatnya dalam diri-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dalam suatu jemaah manusia, maka Aku pun akan mengingatnya dalam suatu kumpulan makhluk yang lebih baik dari mereka. Apabila dia mendekati-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekatinya sehasta. Apabila dia mendekati-Ku sehasta, maka Aku akan mendekatinya sedepa. Dan apabila dia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku akan datang kepadanya dengan berlari.’ (Shahih Muslim No.4832)”
Aku merasa lebih baik, lebih tenang. Hasil dari keputusanku untuk hijrah memang tidak langsung aku rasakan. Lama setelah itu, aku baru menyadari bahwa keputusanku untuk hijrah adalah keputusan yang tepat. Begitu pun bagi kalian yang memiliki niat untuk hijrah, yakinlah bahwa memang jauh setelah itu kita baru menyadari bahwa apa yang telah kita putuskan untuk kebaikan ialah tindakan terbaik yang harus kita lakukan.
Nikmatilah setiap perasaan yang kalian rasakan ketika memutuskan untuk ber-hijrah. Kesedihan, kegalauan, lelah dan letihnya berjuang akan kita bayar dengan ketentraman jiwa dan berkah yang tiada hentinya. Aamiin.

Kuningan, 1 Januari 2016

00:08:22