Tanggal 11-17 Januari 2016 aku
berusaha fokus dan konsisten mengikuti TOEFL Prediction Test ke-3 yang diselenggarakan oleh Sekolah TOEFL (apa
itu ‘Sekolah TOEFL’, lihat disini). Meskipun dalam kondisi liburan dan sedang
tidak memiliki quota internet, aku tetap berusaha mengerjakan QOTD (Question of The Day) dan QOW (Question of The Week). Selain itu, aku
berusaha untuk rajin mengunduh Handbook
yang diberikan kemudian mencatat dan mempelajarinya, membaca
postingan-postingan Kak Budi Waluyo—mentor Sekolah TOEFL—yang sangat
menginspirasi, dan aktif mengikuti instruksi-instruksi yang diberikan untuk
pendaftaran TOEFL Prediction Test serta proses seleksi siswa Sekolah TOEFL yang
rutin dilakukan untuk menyaring siswa yang aktif dan tidak aktif.
Setelah
mendaftar TOEFL Prediction Test 3, tibalah waktunya untuk mengikuti skoring.
Kak Budi mulai men-share link-link lembar jawaban, tata tertib
untuk melaksanakan tes, dan soal-soal TOEFL yang harus dikerjakan melalui grup
Facebook yang telah disediakan. Tes TOEFL dilakukan sebanyak 3 tahap. Setiap
tahap diberi waktu pengerjaan 2 hari. Tahap pertama yaitu listening, kemudian structure
lalu reading. Dalam segala
keterbatasan, seperti suasana dirumahku yang kurang kondusif untuk dapat fokus,
aku tetap sungguh-sungguh mengerjakan soal-soal hingga selesai. Dari segi
waktu, aku mulai mampu mengerjakan soal TOEFL sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
Singkat
cerita, diumumkanlah kunci jawaban soal TOEFL, aku tak sabar untuk mengoreksi.
Setelah selesai, aku input data hasil koreksi—secara jujur tentunya. Skor akhir
semua siswa harus diinput kedalam link yang telah dibuat kak Budi. Dua hari
setelah itu skor pun diumumkan. Banyak siswa Sekolah TOEFL yang mendapatkan
nilai 550 hingga 550 ke atas. Lalu bagaimana denganku?
Jika
TOEFL Prediction Test ke-2 aku
mendapatkan skor 407 (telah kuceritakan di tulisan sebelumnya), di TOEFL Prediction Test kali ini aku mendapat
skor 427! Coba tebak bagaimana perasaanku? Jelas aku kecewa pada diriku
sendiri. Aku sadar usahaku masih kurang. Tapi aku bertekad untuk lebih
sungguh-sungguh belajar dan berusaha memahami setiap materi TOEFL yang
diberikan di Sekolah TOEFL.
Entah
kak Budi mengetahuinya atau tidak, namun aku dan tentunya semua siswa Sekolah
TOEFL sangat berterima kasih atas bimbingan yang diberikan. Semua motivasi
untuk tetap melawan keterbatasan dan memudahkan urusan orang lain tanpa sadar
telah menjadi dasar hidup yang terus berusaha aku amalkan.
Serang, 23 Januari 2016
0 komentar:
Posting Komentar