Senin, 04 Januari 2016

Ketika Hujan Turun

Selepas magrib aku bersepeda berkeliling alun-alun kota Serang. Aktivitas yang tidak aku anjurkan untuk kalian tiru. Hihi. Aku bersepeda karena terpaksa harus mencari ATM dengan minimal uang yang bisa diambil Rp50 ribu. Ckck
Sebenarnya sepedaku sedang rusak, belum aku servis mengingat sebentar lagi aku libur panjang setelah UAS dan memang uang bulananku semakin menipis. Jadi aku berpikir dua kali untuk mempergunakan uangku. Aku meminjam sepeda Novi—sahabatku (benarkah ia menggapku sahabatnya? Hehe).
Belum lama mengayuh sepeda dari tempat kos Novi, gerimis turun membasahi Kaujon—salah satu kelurahan di Kota Serang. Niatku sempat ragu untuk meneruskan bersepeda ke alun-alun. Tapi keraguan itu aku tepis mengingat jika ditunda-tunda, kurasa esok takkan ada waktu luang lagi. Aku sudah harus fokus UAS dan menyelesaikan tugas-tugas dari beberapa mata kuliah.
Gerimis tak nampak ketika aku memasuki kawasan alun-alun. Aneh. Seakan-akan awan tahu bahwa kawasan itu ramai pada malam hari. Banyak penjual makanan dan fans-nya alias pembeli. Jika hujan, kemungkinan sepi-lah angkringan-angkringan yang berjajar sepanjang jalan.
Sampai di ATM yang aku tuju, aku langsung menyelesaikan hajatku. Memasukkan kartu ATM, dan menekan nominal Rp50.000. Kukayuh lagi sepedaku. Melewati pusat perbelanjaan di Kota Serang, alun-alun, dan jajaran pedagang kaki lima. Aku menghentikan sepeda Novi di depan lapak penjual buah pisang Sun*ise yang sedang beken-beken-nya di kota Serang (karena aku tak menemukan penjual pisang Sun*ise di kota lain yang pernah aku singgahi, seperti Jakarta, Surabaya, dan tentunya kampung halamanku, Kuningan). Mengingat sudah lama anak kos ini tak makan buah, aku belilah buah murah meriah sebagai hadiah bagi otakku yang mulai ‘panas’ menghadapi UAS dan tugas-tugas (haha) J
Usai membeli buah, kali ini gerimis rapat mengguyur pusat kota Serang, tepatnya ketika aku berada di sekitaran Masjid Agung At-Tsauroh. Aku menyebrang dengan menuntun sepeda Novi, berbalik arah. Tak lama kukayuh sepeda, aku mampir di tukang tambal ban untuk mengisi angin pada ban sepeda Novi. Kulihat sekeliling. Pedagang kaki lima tetap sedikit tenang, tak buru-buru membereskan dagangan mereka. Kulihat kaos jersey bola tetap dipajang dibelakang bagasi mobil minibus yang diparkir dipinggir jalan menuju alun-alun.
Abang tukang tambal pun terlihat santai bersandar di bagian belakang motor “bombay’-nya yang memiliki atap. Hanya tukang parkir salah satu bank yang terlihat mempersiapkan turunnya gerimis yang cukup rapat ini. Ia menggunakan payung, menggulung celana hingga bawah lutut dan berjalan ke tengah jalan raya untuk menghantarkan mobil yang hendak keluar dari lokasi bank tersebut.
Kulanjutkan mengayuh sepeda dengan diiringi rintik-rintik gerimis. Sepanjang perjalanan kembali menuju kosan, aku disuguhi pemandangan kegiatan para pedagang kaki lima ketika hujan turun. Penjaja helm motor mulai menutupi barang dagangannya dengan terpal plastik. Di pinggir jalan lain, aku melihat seorang bapak tua renta menjinjing satu buah durian pada masing-masing tangannya, mencoba menawarkan durian pada pedagang makanan yang hendak menutupi gerobaknya dari air hujan. Hal yang dilakukan oleh pedagang aneka perabot rumah tangga dari plastik. Dagangannya tak terlihat lagi. Hanya gundukan yang ditutupi terpal plastik transparan dengan ukuran panjang tergelar di pinggir jalan di depan trotoar Gedung Juang. Nampak tenang pedagang buah yang satunya lagi. Ia memiliki tempat berteduh yang aku perkirakan telah ia sediakan dari mulai pagi menjelang siang tadi. Entah apa yang ia rasakan. Kulihat buah segar yang ia jajakan mulai basah diguyur hujan. Aku pun terus mengayuh sepeda dan berkata dalam hati, “susahnya mencari uang”.
Ya Rabb, jika sebagian dari kita mengenang hal-hal indah ketika hujan turun, mereka para pedagang berdoa dalam hatinya agar hujan segera reda supaya pembeli kembali ramai. Untuk yang satu ini mereka mungkin yakin bahwa salah satu waktu mustajab dimana doa dikabulkan adalah ketika hujan turun.

Serang, 15 Desember 2015

00.45 WIB

0 komentar:

Posting Komentar