Rabu, 26 Agustus 2020

Pandai Bersyukur Ciri Pribadi Merdeka

Usai sudah momen perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-75. Karena kondisi pandemi yang masih merebak, tak ada banyak hal yang bisa saya lakukan dalam momen kemerdekaan tanah air tahun ini. Sementara suami tetap masuk kerja karena sistem kerja shift, saya hanya menghabiskan waktu sendirian di rumah dengan menyelesaikan tugas-tugas domestik dan membaca beberapa halaman buku parenting.

Suasana di sekitar tempat tinggal saya cukup semarak dengan adanya dekorasi khas 17 Agustus, seperti bendera merah putih dan baliho yang dipasang sepanjang jalan utama akses masuk perkampungan. Salah satu grup whatsapp dari komunitas yang saya ikuti juga nampak semarak dengan memberikan instruksi kepada para member untuk turut meramaikan suasana kemerdekaan dengan membuat video.

Sebelumnya tak pernah terbesit keinginan untuk mencari makna kemerdekaan lebih dalam, khususnya makna merdeka  bagi saya yang seorang istri dan calon ibu, insyaa Allah. Namun, usai mendapat tantangan menulis dari "Rumah Belajar Menulis Jakarta", saya merasa ini adalah kesempatan berharga untuk sesekali berkontemplasi mencari makna merdeka yang sesungguhnya.

Menyandang status sebagai istri yang juga bekerja memang tak sepenuhnya mudah dijalani. Kebiasaan diri yang masih sering membandingkan kondisi dengan orang lain menjadikan kondisi hati dan pikiran saya tidak sehat. Hal itu saya sadari saat seringnya saya menangis seorang diri hanya karena tak sengaja melihat postingan orang lain di media sosial yang menurut saya kondisi mereka jauh lebih beruntung dan bahagia daripada kondisi saya sendiri. Astagfirullah.

Sadar hal tersebut tidak baik bagi kesehatan mental dan spiritual saya, mengingat saat ini saya juga tengah mengandung buah hati untuk yang pertama kalinya, buru-buru saya mencari cara agar tak disibukkan dengan membanding-bandingkan diri dengan kehidupan orang lain.

Langkah pertama ialah dengan beristighfar dan bertaubat pada Allah. Selanjutnya secara mandiri saya melakukan muhasabah. Dan yang terakhir ialah mengurangi aktivitas berselancar di akun media sosial facebook serta instagram.

Untuk meningkatkan motivasi diri agar berubah, saya juga mencari nasehat-nasehat dari beberapa sumber, salah satunya ialah Aa Gym. Beliau menyampaikan tausyiah dengan tema "Makna Kemerdekaan", yang menurut saya sesuai dengan kondisi saya belakangan ini.

Saya betul-betul dibuat tersadar, bahwa kemerdekaan yang hakiki adalah laa ilaaha illallah, "tidak mempunyai tuhan yang disembah selain hanya Allah", dan selama ini kita tidak bahagia pasti karena ada tuhan-tuhan yang lain di hati kita. 

Kemudian Aa Gym menjelaskan tentang apa itu yang disebut illah

Dijelaskan bahwa Illah yaitu sesuatu yang mendominasi hati kita siang dan malam, setiap waktu selalu ingin dekat dengan-Nya, takut jauh dari-Nya, tumpah segala cinta untuk-Nya, mau berkorban apapun demi-Nya, dan sangat pilu jika tidak bersama-Nya. 

Lalu, siapakah "Nya" ini?

"Jika 'Nya' ini adalah Allah, maka sah dia adalah orang yang merdeka dari perbudakan dunia berikut isinya. Tapi kalau 'Nya' ini adalah harta, gelar, pangkat, jabatan, kedudukan, popularitas, penilaian orang dan tetekbengek dunia lainnya, maka hampir dapat dipastikan tidak akan bahagia walaupun dunia melimpah ada padanya," tutur Aa Gym.

"Mengapa?", lanjut Aa Gym.

"Karena Allah tuhan kita menciptakan kita hanya untuk jadi hamba-Nya dan dunia berikut isinya adalah pelayan kita dalam mengabdi ke Allah. Bila kita turun derajatnya menjadi hamba dunia, maka dipastikan kita menjadi orang yang sangat sengsara, sangat hina, karena diperbudak oleh dunia yang semestinya menjadi pelajaran kita," tambahnya.

Sampai pada uraian kalimat tersebut, saya sadar bahwa selama ini banyak yang saya khawatirkan terkait urusan dunia. Khawatir terhadap penilaian orang lain, khawatir akan kondisi ekonomi keluarga, khawatir tak bisa mencapai gelar pendidikan yang tinggi, dan lain sebagainya. Padahal tak ada yang perlu dikhawatirkan, kecuali persiapan bekal amal sholeh untuk di akhirat kelak.

Mungkin tanpa saya sadari, telah banyak hal yang luput saya syukuri. Padahal, perhatian dan kebaikan suami, ipar, dan mertua merupakan salah satu nikmat dari Allah yang belum tentu didapatkan oleh orang lain. Anugrah berupa janin dalam kandungan saya pun hampir luput untuk saya syukuri. Padahal mungkin diluar sana banyak pasangan yang mengidam-idamkan hadirnya momongan ditengah pernikahan.

Terakhir, dalam tausyiahnya Aa Gym mengajak untuk kembali ke tauhid, laa ilaaha illallah.

"Bebaskan diri kita dari menuhankan apapun, siapapun, cukuplah jadi hamba Allah semata. Itulah kebahagiaan, kemuliaan, keselamatan yang sesungguhnya," ucap Aa Gym.

Sungguh tausyiah tersebut sangat berkesan bagi saya dalam rangka memperbaiki diri di momentum kemerdekaan. Kini, saya belajar untuk menjadi istri dan calon ibu yang merdeka. Merdeka dalam arti merdeka untuk belajar, merdeka dari perasaan terbebani oleh tugas dan rutinitas yang harus saya selesaikan sebagai seorang istri, serta merdeka untuk berkarya dimana pun saya berada.


Minggu, 02 Agustus 2020

Momentum Idul Adha, Cara Bumil Mengambil Hikmah di Tengah Pandemi

Tepat pekan terakhir bulan Februari 2020 lalu, saya dan suami mendapatkan hal yang sangat membahagiakan. Hasil tes alat penguji kehamilan menunjukkan dua garis merah. Ya, saya positif hamil anak pertama. Berkabar pada suami yang saat itu sedang berada di tempat kerja menjadi hal yang tak terlewatkan. Keesokan harinya, suami mengajak saya untuk memeriksakan diri ke dokter kandungan. Alhamdulillah, dokter mengatakan bahwa perkiraan usia kandungan saya sudah menginjak 5 minggu.

Sebagai ibu rumah tangga yang juga bekerja, aktivitas sehari-hari pun masih saya jalani seperti biasa. Saat itu belum merebak pandemic Covid-19. Jadwal kantor masih berlangsung Senin sampai dengan Jumat, pukul 9 pagi hingga pukul 6 petang. Namun hal tersebut tak berlangsung lama. Pada akhir Maret 2020, pihak kantor tempat saya bekerja memutuskan untuk memberlakukan Work From Home (WFH) alias bekerja dari rumah.

Seperti kebanyakan ibu hamil lainnya, saya mengalami kondisi khas tri-semester pertama. Mual, muntah, jantung berdebar, pusing dan mudah lelah. Seakan tak diberi kesempatan untuk mengeluh, kondisi WFH membuat saya merasa lebih ringan dalam menghadapi beragam gejala tri-semester pertama kehamilan tersebut. Saya dapat mengatur jadwal mengerjakan tugas domestik, tugas kantor, dan sedikit jadwal ekstra untuk mengistirahatkan tubuh saya.

Berawal dari hal tersebut, saya berpikir bahwa tak ada yang layak saya keluhkan. Meski gaji bulanan dari kantor harus kena potongan dan pembayarannya pun “dicicil” oleh atasan, tapi saya masih sangat bersyukur karena tidak dirumahkan. Saya pun masih dengan senang hati menjalankan jadwal piket kantor sepekan sekali. Hanya dengan cara itulah saya mencoba bekerja sebaik mungkin sekaligus bentuk syukur saya kepada Alloh subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan banyak kemudahan ditengah krisis pandemi beberapa waktu lalu.

Tak hanya itu, saat tiba bulan Ramadhan beberapa waktu yang lalu, saya juga dapat menjalankan ibadah shaum dengan minim keluhan. Namun tentunya beberapa hal berikut ini harus dilakukan oleh ibu hamil jika ingin menjalankan puasa, ya.

1.    Penuhi nutrisi 2500 kilokalori per hari (50% karbohidrat, 30% protein, 20% lemak sehat)
2.    Banyak minum air putih saat sahur dan buka
3.    Konsumsi susu untuk lengkapi kebutuhan gizi
4.    Konsumsi asam folat dan suplemen vitamin kehamilan
5.    Cukup istirahat, hindari pekerjaan berat dan banyak

Adapun rencana mudik lebaran yang harus kandas telah saya ikhlas-kan. Semua demi kebaikan bersama. Karena masih banyak kenikmatan yang bisa saya syukuri, diantaranya nikmat sehat, nikmat mengkhatam-kan Al Qur’an, nikmat shalat tarawih, nikmat menjalankan puasa pertama bersama suami, dan banyak lagi hal lainnya.

Meski awalnya muncul kekhawatiran karena suami saya yang bekerja sebagai admin IGD (Instalasi Gawat Darurat) di salah satu rumah sakit di Jakarta harus berinteraksi langsung dengan pasien terdampak Covid-19, namun saya bersyukur karena suami dan seluruh anggota keluarga masih diberikan kesehatan. Saya menganggap semua kemudahan yang Allah subhanahu wa ta’ala berikan ini merupakan keberkahan bagi semua anggota keluarga.

Kini New Normal telah diberlakukan. Tempat saya bekerja pun sudah kembali aktif sejak tiga minggu lalu. Saya kembali menjalani rutinitas kantor seperti biasa. Sama seperti rekan kerja yang lainnya, saya pun tetap melakukan perlindungan diri, seperti menggunakan masker, menyiapkan hand sanitizer, dan .membawa alat makan sendiri. Tidak lupa mengkonsumsi multi-vitamin, ya. Lebih lanjut, mengutip dari kompas.com, Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan dr. Eric Kasmara, Sp. OG mengatakan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ibu hamil untuk tetap menjaga keamanan kehamilan di tengah masa pandemi, yaitu:

Tips Menjaga Kemanan bagi Ibu Hamil di Tengah Pandemi
Menerapkan protokol kesehatan Covid-19, yakni mencuci tangan, menggunakan masker, hindari menyentuh hidung, mata, dan mulut, terapkan etika batuk yang tepat, serta menjaga jarak.
Hindari keramaian
Asupan gizi ibu hamil juga harus terpenuhi, mulai dari kebutuhan karbohidrat, lemak, serat, vitamin, mineral, dan air putih. Ibu hamil akan lebih sering buang air kecil, oleh sebab itu harus banyak minum untuk menghindari dehidrasi.
Hindari makan makanan dari luar, terutama makanan cepat saji.
Olahraga rutin, seperti berenang, senam hamil, dan yoga.
Rajin berjemur dibawah matahari pagi setidaknya 15 menit setiap harinya.
Hindari penggunaan sepatu berhak tinggi, berlatih teknik pernapasan bagi ibu hamil yang akan melakukan persalinan normal
Istirahat yang cukup.

Ditengah pandemi yang entah kapan akan berakhir ini, banyak sekali momentum yang bisa kita jadikan hikmah. Seperti dikutip dari Instagram @parenttalk.id berikut ini:

Negatif
Positif
Rencana traveling batal
Badan sehat gak terpapar virus
Khawatir kena penyakit
Lebih peduli kesehatan, kebersihan
Biasanya sibuk di kantor
Bisa temani anak main sampai puas
Kerjaan dan bisnis drop
Mental ditempa untuk lebih kuat
Berhari-hari di rumah
Lebih kenal karakter pasangan dan anak
Gak bisa ketemu keluarga dan teman
Lebih menghargai keberadaan mereka
Social distancing, self isolation
Makin kenal diri sendiri, tahu prioritas
Kondisi yang serba tidak pasti
Lebih berserah dan hadir penuh untuk saat ini

Sebagai umat Muslim yang baru saja merayakan hari raya Idul Adha. Banyak juga hikmah yang bisa kita ambil dari perayaan yang khas dengan penyembelihan hewan kurban ini. Untuk ibu hamil khususnya, ini momen yang tepat untuk memanfaatkan kandungan gizi yang terdapat pada hewan kurban, seperti daging kambing dan sapi. Bagi saya sendiri, ada sedikit perasaan sedih karena tidak bisa turut serta membantu panitia kurban dalam menyiapkan daging yang akan didistribusikan. Namun lagi-lagi hal ini untuk kebaikan bersama.

Jadi, agar tetap tenang di masa pandemi ini, kita juga dapat melakukan beberapa hal berikut:
1.    Buat plan kegiatan sehari-hari
2.    Diet berita dan media social
3.    Atur nafas 4 detik inhale, 4 detik exhale
4.    Lakukan aktivitas yang membuat kita enjoy
5.    Take care of your body
6.    Jaga komunikasi dengan circle-mu

Yuk, lebih banyak bersyukur ditengah pandemi!