Kamis, 26 Januari 2017

Daftar Sidang Skripsi Done!

Setengah tahap akhir dari semester 9 telah aku selesaikan. Berkas-berkas persyaratan untuk sidang skripsi telah aku kumpulkan dengan penuh perjuangan. Sampai dana pendaftaran sidang pun aku kumpulkan dengan penuh perjuangan. Banyak sekali berkas-berkas yang harus aku kumpulkan, mulai dari fotokopi ijazah SMA yang telah dilegalisir, fotokopi akte kelahiran, Kartu Hasil Studi (KHS), Kartu Rencana Studi (KRS), transkrip nilai, sertifikat pramuka, kwitansi pembayaran iuran kemahasiswaan, surat keterangan bebas meminjam buku dari perputakaan, surat keterangan lulus uji turnitin, dan masih banyak lagi. Hah cerita surat, jadi inget ada satu surat yang saat pengurusannya itu ribetnya minta ampun! Surat keterangan lulus uji turnitin itu! Kalo inget pas aku dilempar sana-sini rasanya gemes juga. Tapi yasudahlah, toh perjuangan itu telah usai, cukup dijadikan pelajaran untuk bersabar dan bagaimana caranya menghormati dan menghargai orang lain, terutama waktunya.
Jadi tepat tanggal 20 Januari kemarin aku daftar sidang skripsi. Tanggal 21-nya aku langsung di-“sidang”. Pengujinya lebih menegangkan dibandingkan dosen-dosen di kampusku. Materinya juga sangat luar biasa, bukan materi yang berhubungan dengan pendidikan anak usia dini. Haha ckck. Iya, aku di-“sidang” pamanku sendiri J
Berawal dari hal urgent yang bingung jika aku putuskan sendiri, maka dari itu aku menyengaja pergi ke rumah pamanku di Jakarta. Setibanya di rumah paman, aku shalat magrib, mandi, makan malam, dan shalat Isya. Usai itu, aku benar-benar mengumpulkan keberanianku untu bercerita pada paman dan istrinya. Bergetar tenggorokanku, sesak tiba-tiba karena menahan tawa, haru, dan kebingungan. Kurang lebih satu jam setengah aku di-“sidang”. Intinya, ya I must being fighter for my life.
But, if you want to know, I never want this part. I just wanna being child, when everything run away like movie, they are not true. I can laugh and smile every time. I never felt every one left me away, I hadn’t made choosen.


Serang, 25 Januari 2017

Minggu, 15 Januari 2017

Serba-serbi di Awal Tahun 2017

Mengawali tahun 2017 dengan berbagai resolusi mungkin menjadi hal wajib bagi sebagian besar orang, tak terkecuali aku. Siapa sangka jika beberapa rencana yang aku pikir sudah matang untuk direalisasikan ternyata harus berubah 360 derajat!
Yang awalnya aku memutuskan untuk mengundurkan diri dari TK, ternyata harus aku urungkan dengan pertimbangan keadaan psikologis muridku. Membimbing mereka selama 1 semester sukses menumbuhkan kedekatan diantara kami, guru dan murid. Aku tak bisa membayangkan pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari mereka ketika di semester 2 ini aku tidak melanjutkan lagi mengajar. “Bu Yena kemana?”, “guru kita kok ganti-ganti?”. *yakin murid-muridku nanyain aku? :) Ckck
Jika mengingat tingkah lucu murid-muridku di TK, rasanya tidak tahan untuk tidak senyum-senyum sendiri. Bayangkan saja ketika kalian mendapatkan pertanyaan “bu, telolet itu apa?”. Mau jawab apa coba? jawab apa? J
Ketika mereka ceria, rasanya aku sangat bahagia. Tapi, ketika melihat mereka lesu dan cemberut, rasanya bertanya-tanya “kenapa gitu?”. Seperti kemarin, ketika awal masuk sekolah. Aku yang sudah rindu, sejak dari kontrakan sudah membayangkan wajah anak-anak yang sumringah karena hari pertama masuk sekolah, tapi...
Bukannya sumringah, sebagian besar muridku memasang wajah loyo! Oalaaaah...ono opo toh?
Aku mensinyalir bahwa hal tersebut dikarenakan lelah setelah perjalanan liburan, gejala sakit, atau tidak mau sekolah lagi L sedihnyaaaaaaah!
Beberapa murid memang ‘memperpanjang’ masa liburan mereka dengan berbagai macam alasa. Contohnya salah satu muridku, Faza. Ketika awal masuk sekolah setelah liburan, aku mengecek wajah anak satu per satu. Tapi, tak kutemukan wajah imut Faza. Ternyata oh ternyata ia punya adik baru alias ibunya baru saja melahirkan. Dan tadi Faza kembali masuk sekolah. Aku sempat terkejut bahagia karena baru melihatnya pertama kali setelah dua minggu lebih tidak bertemu. Seperti biasa ia hanya tersenyum sekedarnya. Ah dasar bocah! J
Kembali ke sekolah artinya kembali repot. Dan repot ini aku pastikan hanya sampai akhir tahun ajaran ini, di TK ini J
Kerepotan dalam menyelesaikan S1-ku pun belum berakhir. Skripsi memang sudah selesai, sidangnya yang belum. Proses pendaftarannya sedikit memintaku untuk lebih bersabar. Disamping proses yang aku jalani sendiri tanpa teman satu angkatan, keteteran biaya juga menjadi salah satunya. Aku berharap dapat membayar biaya pendaftaran sidang dan wisuda dengan menggunakan status mahasiswaku yang sebelumnya, bidik misi. Tapi pihak lembaga menegaskan dengan setegas-tegasnya bahwa aku bukan lagi mahasiswa bidik misi karena semester 9 ini telah mampu membayar SPP. Oke cukup. “Aku bisa apaaaaaaa?!”
Sejauh ini usaha yang aku lakukan ya hasilnya pas-pasan. Semoga pas butuh, pas ada. Cuma bisa berdoa dan terus ikhtiar. Ckck
Semoga sidang skripsi, ngjar TK dan privat, juga wisuda lancar. Semoga bisa lanjut S2 dan istiqomah melakukan agenda-agenda dakwah. Intinya di tahun ini aku berharap untuk lebih produktif dan semangat dalam melakukan aktifitas. Aamiin

Serang, 12 Januari 2017

Rabu, 04 Januari 2017

Libur Telah Usai

Kembali lagi ke Serang adalah hal berat yang harus aku lakukan. Selain berat meninggalkan Kuningan, perjalanan dengan menggunakan bus dalam waktu yang cukup lama dan sendirian pula menjadi hal berat bagiku. Kondisi fisikku tak dapat ditebak, ini saja keleyengan setelah semalam badanku panas dingin dan pusing. Ini memang tak seberapa dibandingkan tahun lalu (kalau tidak salah) aku hampir pingsan di bus. Ckck
Tapi dari semua hal itu, aku harus tetap semangat untuk menyelesaikan tunggakan-tunggakan agenda terkait aktivitas kuliah dan mengajar TK disini. Selain itu masih ada amanah besar di bidang perempuan KAMMI Daerah Serang. Jika bukan semangat yang aku andalkan, apa lagi?
Meski masuk sekolah baru Senin depan, tapi karena urusan persiapan sidang skripsi dan beberapa rapat organisasi mengharuskan aku untuk kembali ke Serang lebih awal. Untungnya di kontrakan ada beberapa adik tingkatku yang tidak pulang kampung.
Tak banyak yang aku pikirkan saat ini selain berusaha untuk segera menyelesaikan semua urusan-urusan di atas. Kadar jenuh mulai meningkat dan hanya sabar yang bisa kulakukan. Sidang skripsi dan wisuda bukan lagi sekedar resolusi, tapi kewajiban paling prioritas yang harus selesai tahun ini. Bismillah, semoga semua yang kulakukan berkah. Aamiin.
Serang, 5 Januri 2017