Rabu, 25 Desember 2019

Jurnal Mingguan Bunda Cekatan #2: Lacak Trampilmu!

Jumat, 13 Desember 2019

Jurnal Mingguan Bunda Cekatan #1: Bahagia dan Merdeka Belajar



Tiba saatnya waktu yang ditunggu-tunggu, belajar di Kelas Bunda Cekatan. Di kelas ini kita akan belajar tentang ilmu manajemen diri, manajemen keluarga, dan manajemen komunitas.

Kelasnya di grup Facebook. Ada juga telegram yang berfungsi sebagai sumber informasi dan reminder tugas. Tak ketingggalan grup Whatsapp yang berisi pengurus kelas dan murid-muridnya. Semua bersatu-padu belajar bersama. Senang sekali rasanya!

Pertama kali masuk kelas, aturannya cukup sederhana. Para siswa harus mendahulukan adab sebelum ilmu, aktif saat ada diskusi, apik dalam bertanya dan menanggapi, serta lahap saat mencari ilmu untuk kemudian diamalkan.

Materi perdana pun diluncurkan oleh tim fasil, alias tim fasilitator. Siswa diajak untuk berimajinasi, membuat pengandaian lingkup belajar ini sebagai "Kelas Telur-Telur". Ada 4 tahapan yang harus dilewati siswa, yaitu:

1. Lacak kekuatanmu!
2. Temukan trampilmu!
3. Cari caramu belajar!
4. Buat peta belajarmu!

Mari kita mulai dengan tahap pertama. Di tahap ini, saya dan teman-teman yang lain diminta untuk melacak 2 hal, yaitu:

1. Menuliskan kegiatan sebagai ibu, istri, dan perempuan 

Dalam mengerjakan bagian ini, saya mulai menuliskan hal yang saya bisa dan saya suka, yaitu menulis, public speaking, zumba, diajak ngobrol, jalan-jalan, mengikuti kajian dan membaca buku tentang pernikahan, parenting, serta kehamilan.

Kemudian saya juga menuliskan hal yang bisa saya lalukan, namun saya tidak menyukainya, yaitu meliputi pekerjaan-pekerjaan domestik, seperti mencuci, menyetrika, dan membersihkan rumah. Bukan tanpa alasan, mengerjakan pekerjaan domestik dalam beberapa kondisi memang cukup bersemangat bagi saya. Tapi jika sedang bosan, saya merasa enggan untuk menyentuhnya dan sesekali saya membiarkannya menumpuk. Tentu pekerjaan tersebut pada akhirnya saya selesaikan juga, namun butuh waktu yang sedikit lama hanya untuk sekedar mengembalikan lagi mood saya untuk mulai menyentuh tumpukan-tumpukan itu.

Dibagian aktivitas yang saya tidak bisa dan saya tidak menyukainya, saya hanya menuliskan aktivitas make up menggambar. Jujur, saya tidak bisa atau mungkin belum bisa melakukan kedua hal tersebut. Tapi dalam waktu dekat saya mungkin akan mulai melatihnya sebab beberapa alasan kebutuhan. 

Berlanjut ke kategori aktivitas yang saya sukai namun saya tidak bisa atau belum bisa atau belum mahir melakukannya yaitu berbicara bahasa Turki, memasak, membungkus kado, dan mengajarkan materi pelajaran. 

Mengenai bahasa Turki, pertama kali saya mengenalnya pada Oktober 2017 lalu. Hingga kini, saya hanya mengetahui beberapa hal dasar seputar grammar bahasa Turki. Saya belum mahir untuk berbicara dalam bahasa Turki. Namun saya selalu bersemangat untuk mengikuti kursusnya dan berjanji untuk selalu mencintai bahasa Turki, meski seringkali terdapat beberapa kendala. Mulai dari jarak dari tempat tinggal saya ke tempat kursus yang cukup jauh, hingga kelas kursus yang saya ikuti akan dibubarkan oleh penyelenggara.

Untuk aktivitas memasak, saya tidak rutin melakukannya karena seringkali dikalahkan rasa malas. Saya juga mengakui bahwa aktivitas yang "berbau" motorik halus dan sejenisnya termasuk hal yang cukup sulit bagi saya pribadi. Jika dalam beberapa kondisi saya diharuskan untuk bisa menghiasi sebuah kado, maka hasilnya pun hanya dalam bentuk-bentuk standar.

Adapun untuk mengajarkan materi pelajaran, yang saya maksud ialah mengajari anak-anak usia sekolah dasar. Belum banyak rumus-rumus singkat atau hafalan praktis yang saya kuasai untuk metode mengajar. Tapi saya bertekad bahwa suatu saya akan tekun mempelajari hal-hal tersebut. Insyaa Alloh. 

2. Menuliskan 5 aktivitas yang kita sukai dan bisa kita lakukan
Tugas terakhir yaitu menuliskan 5 aktivitas yang kita sukai dan kita bisa melakukannya di 5 gambar telur yang telah disediakan tim fasil. Sungguh sangat mengasyikkan!

Para siswa seakan-akan digiring untuk berimajinasi. Animasi dalam bentuk lucu yang disiapkan oleh tim fasil membuat saya tak cukup hanya satu kali untuk melihat dan membaca isinya. 

Dan tugas jurnal mingguan ini membuat saya termotivasi untuk konsisten menulis dan mendokumentasikan berbagai pengalaman yang saya alami, meski hanya pengalaman sederhana.

Kuningan, 15 Desember 2019

Yena Agustin 

Selasa, 16 Juli 2019

Masih Adakah Impian Itu Untukku?

Geliat kota Bekasi terus melaju. Tanpa kenal berhenti, ia tetap menantang matahari.
Pantang baginya untuk surut langkah. Satu hal yang konon lebih dari sekedar cita-cita, ya, dialah impian untuk melanjutkan pendidikan S2.
Tak jarang ia merasa kagum kepada teman sebaya yang mampu melenggak-lenggok di panggung akademis.
Kini, ia tak sedang meratapi nasib. Ia tengah mencari celah. Tunggulah saatnya. Saat dimana ia akan melangkah pasti, menjejaki setahap demi setahap tegangnya suasana ujian akhir semester.
Tak ada kata manja baginya. Berusaha memantaskan diri untuk mimpi yang ia patri. Yakin, ia pantas untuk meniti mimpi.
Tak sedikit yang mematahkan langkahnya. Ia selalu percaya, bahwa hal berat bisa ia lalui sebagai tantangan. Dan kesalahan ialah cerita agar tak pernah terulang.
Bersyukur menjadi hal yang mesti, meski hangat keluarga tak hadir dalam bilik kehidupannya.
"Hampa", katanya.
Terus melaju meski tertatih. Terus yakini mimpi meski letih.
"Aku bisa!", ucapnya.

Kamis, 10 Januari 2019

Berhasil Gak Makan Nasi Selama 9 Hari, Apa Efeknya ke Badan?

I love January! I love 2019!
Kenapa? Karena aku berhasil mengikuti kata hatiku!
Ya, kata hati. Dari dulu, aku selalu ingin hidup sehat. Tapi cuma berakhir menjadi wacana belaka.

Berbeda dengan sekarang, aku bertekad untuk mengikuti kata hatiku, melakukan apa yang sesungguhnya menjadi inginku.

Aku ingin memiliki pola hidup yang sehat secara konsisten. Sudah sejak lama aku ingin belajar meninggalkan nasi dan produk-produk yang mengandung zat aditif, seperti minuman kemasan, makanan dengan tanggal kadaluarsa, dan camilan gurih yang rasanya bikin nagih.

Well, kini aku berhasil!
Terhitung sejak tanggal 2 Januari 2019, aku mulai meninggalkan nasi dan teman-temannya yang telah aku sebutkan diatas. Tapi aku pun tidak memaksakan diriku sendiri hingga menyiksa pikiran, apalagi sampai berujung stres. Tidak!

Aku melakukan semuanya dengan santai dan aku juga sangat menikmatinya. Make it happy!
Langkah pertama yang aku contek dari chanel youtube Dewi Hughes: Ubah pola pikir.

Ya, aku meyakinkan diriku bahwa diri ini tidak boleh terkungkung dengan masalah "aku tidak bisa makan ini dan itu". Yang harus kita fokuskan adalah: banyak sekali makanan sehat yang dapat kita nikmati. Kuncinya MAU BERUSAHA dan KREATIF. Just it!

Membahas 2 kunci yang telah aku sebutkan diatas, mau berusaha, artinya adalah kita harus menghilangkan sikap malas, harus mau jalan atau mengunjungi pasar untuk membeli produk-produk lokal yang sehat. Jika jalannya ke tukang bakso dan ke tukang es manis lagi, yang praktis tinggal "hap!" tapi berujung penyesalan karena banyak zat adikitif yang masuk kedalam tubuh, ya mana bisa berhasil menjalankan pola hidup sehatnya!

Kreatif dalam hal ini juga artinya kita dituntut untuk menghapus rasa bosan yang kita alami akibat pola makan yang keliatannya itu-itu saja. Aku merasakan sendiri kok bagaimana bosannya makan buah pisang yang hanya dikupas kulitnya kemudian dimakan seperti biasa atau hanya dipotong-potong saja. Disitulah kita harus mencari cara lain. I like banana and I try to eating it with other way, its juice! Dan nikmat banget, cobain deh!

Hingga saat ini, makananku berkutat seputaran pisang, ketimun, telur rebus, jagung dan singkong kukus. Sesekali aku juga menikmati potongan semangka, pepaya dan melon yang menyegarkan. Semuanya terasa nikmat dan menyenangkan.

Belakangan aku baru merasakan bahwa jus semangka dan jus pisang itu sangat nikmat dan juga mengenyangkan. Kedepannya aku akan belajar membuat resep kreatif dengan bahan-bahan real food ala Dewi Hughes. Apa itu real food? Real food adalah semua makanan yang tumbuh di tanah dan disinari oleh matahari, serta tidak diolah secara berlebihan.

Meskipun begitu, aku juga masih memberikan sedikit kesempatan kepada lidah untuk menikmati cheating day, dimana ada satu kegiatan yang mengharuskan aku berkumpul dan menyantap makanan non real food. Namun tidak dengan porsi yang berlebihan. Setelahnya, aku akan kembali lagi menjalani pola hidup sehat yang aku inginkan.

Dari semua itu, hal lain yang juga aku rasakan selama 9 hari ini adalah rasa bahagia saat aku berhasil melewatkan aroma mie rebus plus telur yang menggoda dan berbagai camilan manis atau gorengan yang menggiurkan. No no no! Aku ingin menikmati cara baruku untuk selalu konsisten menerapkan hidup sehat.

Hasilnya kini tubuhku terasa lebih ringan dan bebas dari rasa pegal-pegal. I'm happy!

Semoga menginspirasi ya. See you...