Senin, 30 Mei 2016

Mei berganti Juni

Tak terasa sudah di penghujung Mei. Mei pun segera berganti Juni. Alhamdulillah yang masih istiqomah untuk menjomblo. *kok jadi nyambung ke jomblo, Yen? -_-
Semangat karena Alloh ya, teman-teman! Saat ini meski kita dirundung banyak kegalauan, tetap saja melangkah! Terus saja melakukan perubahan! In shaa Alloh, Alloh memberikan yang terbaik untuk kita. Yang sedang berada di dekat keluarga, bersyukurlah, karena diluar sana banyak orang yang merindukan untuk berkumpul bersama keluarga, bahkan sudah sangat lama tak kunjung mendapatkan kesempatan pulang hanya untuk sekedar melepas rindu. Ya, entah itu karena harus bekerja, menyelesaikan pendidikan, atau hal lainnya.
Alhamdulillah bagi yang masih menjaga sikap untuk selalu semangat, bersyukur, dan tawadhu . Lanjutkan ya! Karena ketiga hal itu penting. Jika sungguh-sungguh dijalankan akan terasa nikmat. Seringnya kita lupa untuk melakukan ketiga hal itu. Bukan kita sih, tapi aku khususnya. Di penghujung Mei ini memang perasaanku dirundung kegalauan. Sedihlah. Bagaimana tidak. Dua mahasiswa Indonesia yang biasanya ada di sekitarku untuk sekedar hadir memberikan semangat, sharing, atau bahkan membantuku, kini satu per satu dari mereka harus kembali ke Indonesia, meninggalkanku di negeri orang sendirian.
Apalagi ketika aku berencana untuk meminta bantuan salah satu dari mereka, terpaksa harus batal karena buru-buru pulang mengingat harga tiket di hari lain yang katanya mahal. Paham sih. Jadi begini, salah satu dosen yang juga ahli mendongeng di Mahasarakham University  (MSU) mengajakku untuk mengikuti kegiatannya. Berhubung ia laki-laki dan aku merasa tidak enak hati jika harus pergi hanya berdua dengan beliau, aku meminta bantuan salah satu temanku dari Indonesia yang menjadi mahasiswa S2 di MSU. Karena satu orang lagi disamping kuliah, ia sibuk bekerja. Aku meminta temanku untuk menemaniku pergi bersama dosen tersebut. Tapi entahlah kini, terasa semuanya gelap tanpa solusi. Di sisi lain, sungguh tak enak hati pula jika aku harus menolak ajakan dosen tersebut.
Setelah beberapa kali berbincang dengan dosen tersebut, karakternya tidaklah se-supel seperti salah satu dosen yang pernah memberi buku padaku. Beliau yang memberiku buku itu sangatlah supel dan juga kebapakan. Jadi, tak canggunglah aku berinteraksi dengan beliau. Jika saja beliau--sang dosen yang ahli mendongeng--supel, mungkin sedikit tidak bermasalah. Ya Alloh, acaranya besok. Gimana nih? Mau cerita ke siapa juga hasilnya ada di aku. Ckck. Disisi lain, aku tak ingin terlarut dalam kegalauan. Pernah aku mendengar satu nasehat bahwa pekatnya malam itu hanya sebentar. Setelah itu, mentari pagi akan bersinar memberikan cahaya dan kehangatan.
Terkait tiga hal yang aku sebutkan diatas haruslah aku coba. Aku berusaha untuk tetap semangat menghadapi rintangan dalam tugasku disini, di Thailand. Aku berusaha untuk selalu bersyukur, karena aku menyadari, kesempatan yang aku dapatkan tidak untuk semua orang. Aku mungkin termasuk orang yang diberikan kesempatan oleh Alloh untuk hal ini. Serta tawadhu yang harus selalu aku jaga. Bagaimana nantinya setelah aku pulang dari Thailand. Tak sepatutnya jika aku tinggi hati. Malah sikap harus semakin mawas diri. Haruslah ilmu yang aku tebar, bukan kesombongan.
Bismillah ya, sama-sama berjuang. Semangat! Lanjutan ceritaku dengan sang dosen yang ahli mendongeng disambung lagi besok ya. See you!

Mahasarakham, 31 Mei 2016
08.00
ditulis saat ayat-Nya menggema di ruang kamar dormitory

Sabtu, 28 Mei 2016

"Yakin Bisa Jalan-jalan ke Bangkok?"

Selamat pagi,
Sawaddi Kha,
Pagi ini tak seperti biasanya, Maha Sarakham diselimuti awan mendung. Semendung hatiku. Gimana nggak mendung coba, keinginanku untuk bisa pergi ke Bangkok dan mengikuti acara PPI Thailand kandas sudah. Bukannya aku menyia-nyiakan kesempatan, tapi karena agenda kegiatanku di MSU bentrok dengan rencanaku ke Bangkok tersebut. Sedihnya bukan kepalang. Tapi aku yakin, Alloh pasti sedang merencanakan sesuatu yang lebih indah untukku. Aamiin.
Ketika itu, dosen pembimbingku sedang sibuk-sibuknya menyiapkan workshop. Workshop itu diselenggarakan berdekatan dengan jadwal kegiatan PPI Thailand. Aku membantu dosen pembimbingku untuk typing dan beberapa hal lainnya. Karena kondisi kaki beliau yang sedang cidera, maka aku berusaha untuk sekedar membantu membawakannya laptop, berkas, atau buku-buku yang ia perlukan. Aku sempat membayangkan jika pada saat itu aku tidak bersamanya, alias pergi ke Bangkok, huft tak enak hati juga.
Masalahnya memang bukan hanya karena jadwal agenda yang bentrok, tapi karena uang. Untuk masalah yang satu ini sebenarnya bisa saja aku meminjam uang temanku, tapi aku memang lebih berat untuk memilih tetap tidak meminjam uang dan meng-ikhlas-kan keputusanku untuk membantu Ajarn. Bicara masalah uang, sampai saat ini aku belum juga mendapatkan dana dari beasiswa yang menjadi hak-ku disini, sudah hampir dua bulan prosesnya. Tapi belum "cair-cair" juga. Mungkin pekerjaan officer-nya banyak, jadi mereka terlalu sibuk. Tak apalah, sejauh ini masih bisa survive, ya paling cuma ngga bisa beli Cha Payom aja. Hihi

Cha Payom itu sejenis brand terkenal dari minuman aneka rasa yang dicampur dengan susu kental manis. Penjualannya di stand, corner, atau kedai minuman yang berukuran sedang. Minuman favorit muda-mudi disinilah pokoknya! Kalau di Indonesia itu kaya Pop Ic*. Hehe
Haaaaah, kenapa jadi ngomongin Cha Payom coba? Ckckck. By the way, sebenarnya sudah ada sedikit pencerahan untuk masalahku yang ingin sekali berkunjung ke Bangkok. Beberapa hari yang lalu, temanku dari Vietnam mengirim pesan dan mengajakku untuk pergi ke Bangkok sekitar tanggal 26 Juni. Aku hanya berkata dalam hati, semoga bisa terkabul. Jika pun tidak, ya berarti memang itu jalan terbaik. Dan sebenarnya, yang aku inginkan bukanlah ke Bangkok-nya, tapi bertemu dengan pengurus PPI Thailand-nya.
Ya sudah, mungkin aku ngga bisa ketemu pengurus PPI Thailand, tapi mungkin nanti aku ketemunya langsung sama pengurus PPI Dunia? Haha. Atauuuuuu PPI Brunei Darussalam? So, "yakin bisa jalan-jalan ke Bangkok?" 


Maha Sarakham, 29 Mei 2016
ditulis ketika engkau memberikanku semangat

Jumat, 27 Mei 2016

“Semudah itukah ke luar negri?”

Malam ini aku akan bercerita tentang hal yang seperti biasa aku ceritakan sebelumnya, hal yang terjadi sepanjang hari ini. Hehe. Jika sekitar satu bulan yang lalu aku dibuat terkagum-kagum dengan kisah nyata dosen pembimbingku yang sudah berkeliling ke 22 negara di dunia, dan salah satu teman ku dari Laos yang sudah mengunjungi beberapa negara di kawasan ASEAN, tadi sore aku kembali dibuat kagum oleh teman sekamarku yang juga berasal dari Laos. Ia bercerita bahwa ia hampir setiap tahun pergi ke luar negri, entah itu untuk tugas penelitian, tugas pekerjaan, maupun hanya untuk mengikuti seminar internasional. Bahkan pada tahun 2008 ia pergi ke luar negri dalam kurun waktu satu bulan satu kali! Luar biasa!
Semangatku semakin terbakar. Aku selalu berandai-andai jika kelak aku bisa ke luar negri, ke berbagai negara, seperti mereka! Aku berpikir "jika mereka bisa, kenapa aku tidak?". Satu motivasi untukku. Jika dulu aku sangat ingin berkunjung ke Cordoba, kemudian Canada, kini aku memiliki keinginan yang menggebu-gebu untuk bisa mengunjungi Brunei Darussalam. Oh iya, semua negara tersebut terlepas dari Arab Saudi ya! Karena aku pikir hampir sebagian besar umat Islam pasti bermimpi untuk bisa kesana, termasuk aku. Hihi.
Aku sudah menulis daftar 'hal-hal yang aku lakukan ketika kembali ke Indonesia', dan itu rahasia! Aku tidak sabar untuk segera melakukan semua hal tersebut. Hal tersebut adalah sebagian besar usaha yang harus aku lakukan untuk mewujudkan mimpiku. Ngomong-ngomong usaha nih, aku masih loh belajar TOEFL di Sekolah TOEFL-nya Kak Budi Waluyo. Jika aku (yang kalian anggap sibuk, adik-adikku, hehe) saja berusaha untuk konsisten belajar TOEFL, masa kalian yang masih banyak nyantainya meremehkan TOEFL sih? Ckck. Aku bela-belain, aku mati-matian ngelawan rasa males yang selalu 'hinggap' dalam diriku. *ceileee "diriku!"
Dari awal aku bener-bener komitmen banget  untuk selalu mengikuti materi dan Prediction Test di Sekolah TOEFL. Karena bagiku, Sekolah TOEFL bak oase di tengah gurun pasir, ketika aku berencana mengikuti kursus TOEFL yang memakan biaya, waktu, tenaga, dan pikiran, Sekolah TOEFL 'datang' seakan-akan memenuhi kebutuhanku untuk belajar TOEFL. Dan alhamdulillah, hingga saat ini, walaupun kadang-kadang keteteran aku masih bisa mengikuti materi dan Prediction Test-nya. Jadi, "semudah itukah keluar negri?".


Mahasarakham, Mei 27, 2016
9.22 a.m
when I remember you

Selasa, 24 Mei 2016

POY

Bukan Apoy personel ‘Wali Band’, bukan juga akhiran dari kalimat “angin sepoy-sepoy”, tapi Poy adalah nama panggilan seseorang yang saat ini menjadi teman dekatku di Thailand. Entah bermula dari sikapku yang bagaimana sehingga gadis 20 tahun ini mengatakan bahwa ia senang berteman denganku. Sampai-sampai aku dijemputnya untuk menginap di dorm-nya, dan ia mengajakku berkunjung ke Chaiyapum, kampung halamannya.
Awal perkenalanku dengan Poy secara tak sengaja, yaitu ketika aku berkunjung ke kamar Kal, temanku dari Pattani, satu dorm denganku di Mahasarakham. Awalnya aku mengira Poy muslimah, ternyata ia Budha. Kami berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Inggris. Ia berusaha keras untuk dapat berbicara bahasa Inggris denganku. Ia bercerita bahwa esok harinya ia akan pergi ke Pattaya untuk kegiatan study tour  program jurusannya. Awal perjumpaan itu kami akhiri dengan saling bertukar facebook. Sekitar kurang lebih satu minggu kami tidak bertemu, tiba-tiba ia mengirimiku pesan di facebook. Ia berkata ia ingin bertemu denganku. Datanglah ia ke kamarku.
Dengan komunikasi yang terbatas, akhirnya aku mengerti maksudnya bahwa ia ingin mengajakku pergi ke Talad alias pasar. Dalam bahasa Thailand, Talad berarti pasar. Selepas menunaikan shalat maghrib, kami pergi bersama ke Talad. Unikanya Talad disini adalah buka 24 jam. Di Talad tersedia berbagai jenis kebutuhan sehari-hari, seperti sayur-mayur, ikan, daging, minyak goreng, rempah-rempah, dan lain sebagainya.
Usai belanja, Poy mengajakku ke suatu tempat sejenis cafe. Kami memesan ice cream. Selama menikmati ice cream, Poy mengatakan padaku bahwa ia bercerita pada kedua orang tuanya bahwa ia berteman denganku dan berkomunikasi denganku menggunakan bahasa Inggris. Poy juga menceritakan bahwa aku muslim. Aku tanya bagaimana respon kedua orang tuanya. Sambil tertawa Poy berkata, “my father told me that I stupid”. Secara reflek aku mengucap “astagfirullah’aladzim”, dan tanpa kuduga ia mnegikuti perkataanku. Kami berdua termangu kemudian tertawa lepas. Haha!
Saat ini aku masih berada di dorm-nya Poy. Tadi malam dan barusan ia membuatkan makanan untukku. Tom Yum udang untuk menu makan malam dan bihun kuah untuk sarapan. Benar-benar makanan khas orang Thailand. Dengan jujur aku memuji masakan Poy yang memang lumayan enak. Dasar Poy pintar dan polos, ia hanya tertawa dan berbicara denganku menggunakan bahawa Thailand yang sudah jelas-jelas tidak akan aku mengerti! *parah -_-
Semenjak berkenalan dengan Poy, ia selalu mengatakan padaku bahwa ia menyukai laki-laki muslim Amerika. Sebenarnya Poy tertarik untuk masuk Islam. Namun sangat sulit untuk membantunya, karena ia menggantungkan niatnya untuk masuk Islam dari menikah atau tidaknya ia dengan laki-laki Islam. Lagi pula aku yang hanya empat bulan disini merasa harus memutar tak untuk dapat membimbingnya dengan betul. Aku hanya bisa berdoa agar hidayah segera Alloh berikan padanya untuk bersungguh-sungguh mempelajari Islam dan memeluk Islam di kemudian hari. Mohon doa dari semuanya ya. Aamiin

Roamchat, 25 Mei 2016

Ditulis menjelang waktu shalat dzuhur untuk wilayah Mahasarakham dan sekitarnya

Rabu, 18 Mei 2016

"Dengan bahasa, kamu akan menyentuh hatinya"

Kegiatanku hari ini adalah mengunjungi salah satu sekolah di Mahasarakham yang menyelenggarakan pendidikan tingkat preschool dan primary. Kesempatan ini datang dari Ajarn Prasong. Beliau mengajakku mengikuti kegiatannya untuk meeting dengan orang tua murid dalam rangka hari pertama di tahun ajaran baru. Ajarn Prasong merupakan salah satu dosen di Universitas Mahasarakham yang bergelar doktor dan konsen dalam metode pembelajaran story telling, baik itu dalam bahasa Thailand maupun bahasa Inggris. Rencana beliau untuk mengajakku mengikuti kegiatannya sudah dibicarakan beberapa minggu yang lalu, dan alhamdulillah bisa terlaksana hari ini. Aku tak hanya berdua dengan Ajarn Prasong, turut pula salah satu temanku dari Indonesia.
Setelah tiba di lokasi, kami langsung dipersilahkan duduk oleh salah satu wanita yang menurut dugaanku ia adalah seorang guru. Dan benar saja, setelah berbincang, ternyata ia merupakan guru TK. Namanya Ajarn Puk, beliau fasih berbahasa inggris. Aku pun menjelaskan identitasku padanya. Tak berapa lama, Ajarn Prasong memanggilku dan temanku untuk maju memperkenalkan diri. Dengan tanpa persiapan, aku memperkenalkan diri seadanya. Yang tadinya bermaksud mengucapkan terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan pun lupa sudah. Perkenalanku seadanya, sebisanya. Sebisanya menggunakan bahasa Thailand untuk mengucapkan "halo" dan "terima kasih". Tiba giliran temanku memperkenalkan diri. Ia begitu santai dan 'akrab' dengan bahasa Thailand yang terlihat telah lama ia hafalkan. Menariknya, ia terlihat fasih dan apresiasi yang ia dapatkan pun sebanding dengan usaha yang ia lakukan.
Setelah selesai memperkenalkan  diri, kami berdua kembali duduk di tempat semula. Aku berkata pada temanku bahwa aku melihat banyak orang tua murid yang duduk di hadapannya begitu antusias dan tak sedikit dari mereka yang mengacungkan jempol atas perkenalan yang disampaikan dalam bahasa Thailand. 
Awalnya respon yang diberikan temanku biasa saja. Hanya senyum dan mengangguk. Tak kusangka, apa yang aku sampaikan tadi adalah awal dari sebuah "kuliah umum" gratis yang sangat bermanfaat untukku. Bagaimana tidak, tanpa diminta, temanku membagikan ilmu baru melalui pemaparan yang ia berikan. Sungguh, wawasannya begitu "luas" bila dibandingkan denganku.
Yang ia paparkan ialah tentang cara bergaul agar kita dapat diterima oleh orang lain. "Dengan bahasa, kamu akan menyentuh hatinya". Seketika aku tersenyum datar. Aku merasa pernah mendengar nasehat itu sebelumnya, tapi aku merasa heran pada diriku sendiri, kenapa aku tidak  terpikirkan untuk mempraktekannya secara langsung?!
Selain itu, temanku bertanya "apa perasaan kamu ketika dosen pembimbing kamu mengucapkan kalimat-kalimat sederhana dalam bahasa Indonesia?". Tentu aku jawab, "bangga, Kak! Seneng". "Nah, itu! Sama saja seperti ketika mereka (orang Thailand) mendengar kita menggunakan bahasa mereka (bahasa Thailand), mereka akan merasa senang, mereka tersentuh hatinya. Itulah salah satu strategi 'jitu' dalam bergaul". Lebih lanjut temanku berkata bahwa ia lupa siapa yang mengatakan nasehat itu. Ia pikir Kofi Annan, mantan ketua PBB. Karena sama-sama tidak yakin, percaya atau tidak, setibanya aku di asrama, aku langsung membuka internet dan mencari asal usul nasehat tersebut. Sayangnya sulit untuk aku temukan. Ada yang bersedia membantu? :)
"Tahu tidak Wali Songo? Tahu salah satu sunan Wali Songo yang menyebarkan Islam lewat wayang dan budaya-budaya Jawa?", "nah! mereka 'masuk' dulu ke hal-hal yang disukai orang-orang yang menjadi target dakwah, kemudian barulah Islam mulai disebarkan."
"Tahu sejarah Islam di Mesir? Tahu apa yang diperintahkan Rasul untuk menyebarkan Islam di Mesir yang pada zaman dahulu yang mayoritasnya adalah kristen ortodks?". Tentu saja aku tidak tahu.
Lanjutnya lagi, "sebarkanlah Islam dengan kelembutan hati!". 
"Tahu tidak sekarang Islam di Indonesia itu seperti apa?". 
"Di 'kita', orang-orang Islam itu seakan-akan 'bawa pentungan'. Alias kasar."

Allah Kariim... dalam hatiku hanya bisa berujar bahwa betapa luar biasa wawasan yang aku dapatkan dari orang satu ini. Benar-benar memotivasi diri untuk belajar lebih giat. Berusaha menjadi "agen Islam" yang baik dengan mempelajari bahasa asing, dan menyentuh hati 'mereka'.

Mahasarakham, 19 Mei 2016
dikala hujan turun dengan derasnya setelah terik matahari memaksa keringat ini untuk bercucuran

Senin, 16 Mei 2016

Pacaran 7 Tahun, Cerai Setelah 7 Bulan Nikah

WANITA: “Ustadz, apakah dalam Islam ada yang namanya pacaran?”
Ustadz: “Dalam Qur’an surat Al-Isrz ayat 32 Allah menegaskan, ‘Dan janganlah kamu mendekati zina, (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.’ Nah, pacaran itu salah satu jalan mendekati zina.”
Wanita: “Tapi bagaimana dong caranya kita kenal dengan calon suami kita. Emangnya kita mau beli kucing dalam karung?”
Ustadz: “Mbak sepertinya orang cerdas. Pasti bisa jawab pertanyaan ini. Coba kalau seorang penjual ingin dagangannya cepat laku. Apa yang mesti dia lakukan?”
Wanita (Mengernyitkan dahinya): “Mm… kebetulan saya dulu jurusan manajemen, saya coba jawab ya. Jadi gini, sang pedagang pasti akan berusaha supaya si pembeli tertarik. Iklannya harus menarik, packaging-nya harus keren, diskon besar, mm… ya gitu deh. Ih ustadz kok malah nanya balik?”
Ustadz: “Terimakasih Mbak, tepat sekali jawabannya. Itulah bedanya orang yang menikah dengan cara pacaran dan cara ta’aruf yang disukai Allah”.
Wanita: “Maksud Ustadz gimana sih? Makin bingung deh! Iya kan jama’ah?” (sambil melihat pada para jama’ah).
Ustadz: “Saat seseorang berpikir bahwa pacaran bisa membuat dirinya lebih mengenal calon pasangan hidupnya. Sebenarnya yang sedang dilakukan dirinya adalah memperindah kemasan alias topeng dirinya supaya calon pasangannya suka dengan dirinya. “Misalnya, kalau jalan berdua pasti pake baju paling bagus, sisiran paling rapi, mobil kalau lelaki pake mobil bagus walau modal pinjem, sampe nraktir walau pake uang pinjaman kanan kiri.
“Wanitanya juga demikian, ia akan berdandan bak artis, pake make up tebal biar si pacar makin demen. Nah apakah selama 2 tahun jalan berdua mereka sudah mengenal 100 persen pasangannya? Saat menikah ketahuan deh ternyata lelakinya gak punya mobil, males-malesan, atau justru wanitanya cantik hanya saat dimake up, konsumtif, dan bau badan misalnya. Wajar, kalau akhirnya banyak terjadi pacaran 7 tahun, cerai setelah 7 bulan nikah”.
Wanita: “I… iya juga sih Ustadz. Tapi bagaimana cara kita mengenal calon pasangan kita? Nikah kan sekali seumur hidup?”
Ustadz: “Inilah indahnya Islam, Mbak. Islam sangat menjunjung tinggi nilai pernikahan. Maka untuk masa pengenalan ada namanya ta’aruf. Dalam jangka waktu itu setiap pasangan diperkenankan mencari tahu selengkap mungkin tentang kepribadian, kesehatan juga latar belakang keluarga calon.
“Tentunya dengan tidak berdua-duaan, sms mesra, atau kegiatan yang mendekati zina lainnya. Kalau memang ada kepentingan bisa sms sekedarnya atau lewat perantara saudara. Saat ada yang mau didiskusikan untuk ke jenjang pernikahan harus ditemani mahromnya. Biar tidak terjadi fitnah”.
Wanita: “Ribet banget sih. Mau nikah aja sulit banget!”
Ustadz: “Lebih sulit lagi kalau orang tua membiarkan anak wanitanya jalan berdua dengan calon yang belum pasti menikahinya. Namun yang sudah pasti bermaksiat dengannya.
“Berapa banyak yang pulang hilang kehormatannya. Lalu dijauhi begitu saja oleh sang lelaki saat sudah menikmati manisnya? Di sinilah Islam menjaga harga diri dan kehormatan wanita.”
Wanita (Mulai paham): “Ustadz, tapi apakah seorang wanita yang banyak dosa dan masa lalunya kelam bisa dapatkan suami yang sholeh?”
Ustadz: “Jangan takut Mbak, ampunan Allah begitu besar. Insya Allah jika kita terus menyucikan diri maka Allah akan memberikan jodoh terbaik bagi diri kita. Insya Allah.”
Wanita: “Terima kasih, Ustadz. Do’akan agar saya dan para wanita lainnya bisa bertaubat dan menjadi sebaik-baik wanita yang dicintai Allah dan mendapatkan jodoh lelaki sholeh seperti Ustadz.”
Ustadz: “Aamiin. Barokallahufikum…” [ia]
Semoga kita semua mendapatkan pasangan yang sholeh/sholehah dan menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, warahmah.

Sumber: https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=2251704744968138&id=1824383287700288&comment_id=2252053734933239&ref=notif&notif_t=comment_mention&notif_id=1463390804995241

Kamis, 12 Mei 2016

Hal "Biasa" Apa yang Membuatmu Bahagia?

Ngabisin waktu di perpus adalah hal yang paaaaaaaaaaaaaaling menyenangkan (untukku). Apalagi sekarang aku masih stay di Thailand untuk 3 bulan ke depan, rasanya betah tinggal disini dengan alasan fasilitas perpus kampusnya yang super nyaman. Sejauh ini aku udah dapet kesempatan untuk berkunjung ke 3 perpus di 2 universitas. Perpus Old Campus of MSU, perpus New Campus of MSU, dan perpus Khon Kaen University.
Selain koleksi buku-bukunya yang mantab, design ruangan perpus dibuat senyaman mungkin. Full AC, tempat duduk dan meja yang  bagus, pencahayaan ruangannya, suasananya yang bener-bener 'keep silent' banget, dan koneksi internet yang super cepat, bikin betah lama-lama baca buku! Bahkan aku pernah liat beberapa mahasiswa disini tidur di perpus! Kebangetan itu sihHehe
Sekarang aku lagi sibuk-sibuknya nyusun instrumen untuk observasi penelitianku di program Inbound Internship ini. Sebenernya sih dalam hati kecil aku mikir gini, "skripsi aja belum keurus, malah ngurusin penelitian yang lain!". Ya, apa daya, Alloh ngasih kepercayaan padaku untuk ikut program ini, untuk keluar negeri! Aku tetap bersyukur dan berusaha semaksimal mungkin.
Oke-oke, balik lagi ke hal 'biasa' tapi bikin bahagia. Terkadang, aku suka berimajinasi, "kalo suatu saat nanti aku bikin rumah, aku pengen ngedesain satu ruangan khusus buat perpustakaan. Cat temboknya yang cerah, suasananya yang adem, ada rak buku, sofa" beuuuh nyaman banget dah!
So, itu hal yang biasa banget tapi bikin aku bahagia, how about you, guys? :)

Sabtu, 07 Mei 2016

TRIP ALOT

Nine months ago, I told to every one who asked me about my purpose visited Pare and join with ‘Kampung Inggris’ there that I wanna be international keynote speaker in international presentation or international conference. And now, I feeling that my dream which I said in the past time will be come true. Now, I’m trying to arranging instrumen for observe in Thai Kindergarten. After I finish my research in this program, I will presentation in front of international people and whose have strong power in their environment, like assitent professor and Ph.D student. I do not believe it!
I’m not boring to take my dream in my heart. And I always keeping it. I believe that my dream will be come true. I hope that everyone whose love me can pray for me and gift me supports. Did you ever hear about ‘the power of pray?’. I believe that pray have power.
I have travel to six provinces in Thailand. Bangkok, Mahasarakham, Kalasin, Khon Kaen, Roi Ett, and Mukdahan. I just arrived in Thailand for the first in Bangkok, I will visit there nearly. My friend have project there. I will accompany her around May 11. I hope that chance come true. Maha Sarakham definitely place which I staying there for walk on Inbound Internship Program of MSU.
At Dormitory Area of Mahasarakham University.
And then Kalasin province. I ever visited there for recreation with my muslim friend in MSU. I ever told to you. So you can reread my story. Special story about Khon Kaen. Because that is second place which I arrived for the first time in Thailand. My second flight at the time is from Don Mueang (Bangkok) to Khon Kaen. I have visited again to Khon Kaen around last week to accompany my advicer for her master program registration.

At Kalasin Dam, Kalasin Province.
At Central Plaza, Khon Kaen Province
And now, I’m staying at Roi Ett. Today I have tripe to Mukdahan. I visit Mekong river. That is river which a trans-boundary river in Southeast Asia. It is the world's 12th-longest river and the 7th-longest in Asia[1]. By the way, I could saw Laos from Thailand, its so near. Beforhand, I ever heard about that from vice director in my campus. He told me when we had small event for my “released” before flight to here. And now, I could saw directly that river! Maa sha Alloh. That is so great, alhamdulillah. I never imagine before. I just have a dream that I can touch  maple leaf directly, abroad. I just have interest feeling to learn and work hard. I’m happy if my parents proud of me. After this time, I will try to keep my efforts to do my best. I do not want think about anything. I leave it to Alloh.
At Mukdahan Province.





[1] https://en.wikipedia.org/wiki/Mekong

Kamis, 05 Mei 2016

Funny Stories by Spooky Person

Mahasarakham, 5 Mei 2016

Lately, I felt lazy. But, I do not over drowned in laziness. I trying to keep my spirit. Actually, I could not continue my activities after back from campus. Start from Monday until Friday I must visit campus and back to dormitory at 5.00 p.m, some time late, like today, I just back to dorm at 7.00 p.m. At weekend I followed my advicer to do some projects or visited some places, like tomorrow I will visit Roi Ett. I will stay at Ajarn Jirapon’s house during weekend. Honestly, I felt tired at the night and I felt lazy to finished other tasks which not finished, like Diary Entry MCC. Some time I forget. But I try to do my best. This habit not good for you, guys! Do not try at home! LOL J
Okay, I will tell about my funny experience here. By the way, some time I felt not focus. My reason is because I was less drink mineral water, LOL. And other time, I felt so scared because I’m spooky person. Haha. First story is about lift. Here I must staying at 3rd floor. One time, when I would back to dorm with my advicer after finished my activities, I used lift to down to 1st floor. Actually, I always trying to use stairs for more health. Because my advicer have pain at her leg, I must respect her with used lift. The lift closed and we inside at lift. Around 1 minutes, the door open, and with cute face, I exit from the lift. Just a minute my advicer called me and she said “this sixth floor, come on! Back!” Haha.

Second story is same, about lift. Yesterday, after prayer I exit from prayer room which at other building with my room. I used lift for fast step because I had many tasks. I push button “3” and “DC (door close)”. Lift worked. Just a minute the door was opened and I saw Nhien, my friend, he stand up in front of the door. I say “hello” and exit from the lift while Nhien enter to the lift. I just walked and felt funny because there is different condition. There is not my floor! Nhien called me and said “hey this is 2nd floor!”. I back to lift and told that I had not saw the screen which showed the number of floor. Wkwkwkwk I’m so shy! J
And the last is my story about my self whose spooky person! At 6.30 p.m I still stayed at my advicer room to help her made some projects. At the time is prayer maghrib time, I said that I would prayer at my dorm, I felt so scare. My advicer said that “I turned on the lamps which at hallway, so there is bright. I answered that okay I would prayer here. I walked alone to toilet, to took wudhu. Just a minutes, I back to my advicer room and said I felt so scare! Wkwkwkwk
Finally, My advicer accompany me to walk to toilet and she ask, “can you used man toilet? Just for washed right?”. I said, “Yes, Ajarn (teacher). I can”. “Okay, I will wait here”, Ajarn said. I told that do not be worry, I could do that with myself, alone. Finally, I prayer maghrib at my campus with scared feeling. Hahaha. Thank you.

What About Now - Westlife

Shadows fill an empty heart as love is fading
From all the Things that we are but are not saying
Can we see beyond the scars
And make it to the dawn?

Change the colors of the sky
And open up to The ways you made me feel alive
The ways I loved you, for all the Things that never winner!
To make it through the night love will find you

What about now? What about today?
What if you're making me all that I was meant to be?
What if our love never went away?
What if it's lost behind words we could never find?
Baby, before it's too late, what about now?

The sun is breaking in your eyes to start a new day
This broken heart can still survive with a touch of your grace
Shadows fade into the light
I am by your side where love will find you

What about now? What about today?
What if you're making me all that I was meant to be?
What if our love never went away?
What if it's lost behind words we could never find?
Baby, before it's too late, what about now?

Now that we're here
Now that we've come this far, just hold on
There is nothing to fear, for I am right beside you
For all my life, I am yours

What about now? What about today?
What if you're making me all that I was meant to be?
What if our love never went away?
What if it's lost behind words we could never find?

What about now? What about today?
What if you're making me all that I was meant to be?
What if our love never went away?
What if it's lost behind words we could never find?

Baby, before it's too late
Baby, before it's too late
Baby, before it's too late

What about now?

Please Stay - Westlife


If I got on my knees and I pleaded with you,
Not to go but to stay in my arms,
Would you walk out the door,
Like you did once before?
This time,
Be different,
Please stay,
don't go.

If I call out your name like a prayer,
Would you leave me alone with my tears?
Knowing I need you so,
Would you still turn and go?
This time,
Be different,

Please stay
don't go
Please stay

I loved you before I even knew your name,
And I wanted to give you my heart,
But then you came back after leaving me one time,
I knew that the heartache would start

If I called out your name like a song,
That was written for you,
You alone
Would you still hurt my pride?
Oh hey, how I cried
This time,
Be different,
Please stay
Please stay, don't go
Please stay, don't go
Please stay.



Minggu, 01 Mei 2016

MELIHAT JAKARTA DARI KHON KAEN

Khon Kaen, Thailand.
Khon Kaen merupakan salah satu provinisi di negara Thailand. Kemarin aku berkesempatan untuk berkunjung ke Khon Kaen (lagi), setelah sebelumnya hanya singgah untuk melanjutkan perjalanan ke provinsi Mahasarakham. Saat pertama kali tiba di Thailand, tepatnya di Don Mueang Airport, perjalananku dilanjutkan dengan filght ke Khon Kaen selama kurang lebih satu jam. Kemarin aku menemani dosen pembimbingku, Ajarn Jiraporn, untuk registrasi program MBA di College of Asian Scholar. Beliau mendapatkan tawaran beasiswa dan menerimanya. Aku turut bangga karena dapat menjadi bagian dari sejarah perjalanan studi-nya. *ciye bangga

Dosen pembimbingku akan menjalani program pembelajaran sebanyak dua kali seminggu. Menurutku, perjuangan yang sangat luar biasa mengingat jarak tempuh Mahasarakham-Khon Kaen sekitar satu jam dengan menggunakan mobil pribadi. Tapi hal tersebut tak kulihat sebagai beban, hanya ekspresi bahagia terpancar dari wajah Ajarn. Sungguh energinya mampu menular kepadaku untuk terus semangat menuntut ilmu. *ciye yang ketularan
College of Asian Scholar, Khon Kaen.
Selesai urusan registrasi, Ajarn mengajakku ke Central Plaza di tengah provinsi Khon Kaen. Sepanjang perjalanan, aku melihat bangunan di kanan-kiri jalan. Sama percis suasananya seperti saat aku duduk di sebelah bapak, di dalam Taxi-nya, sambil mengelilingi Jakarta. Aku merasa melihat Jakarta dari Khon Kaen. Kondisi perkotaan yang panas, macet, sesak oleh bangunan, dan sibuknya perniagaan. Untuk masuk ke gedung parkir saja, antriannya begitu panjang cin. Hmm aku lupa kemarin weekend, otomatis dong pusat hiburan di setiap tempat akan ramai oleh banyak orang yang ingin melepas penat setelah seminggu beraktifitas.
Central Plaza, Khon Kaen.
Ajarn mengajakku masuk ke salah satu toko buku. Namanya "Asia Book". Meski judulnya 'Asia', semua buku berbahasa Inggris. Keren, kan? Sayangnya tidak ada buku pendidikan anak usia dini yang aku butuhkan. So, aku hanya melihat-lihat dan membuka beberapa buku untuk melihat gambarnya. *haha kebiasaan -_-
Bersama Dr. Jiraporn Chano.
Oiya, ada satu buku yang membuatku tertarik. Buku IELTS. Harganya sekitar 500 baht. Huft mahal cin, mengingat uangku tinggal 400 baht. Entah berapa lama lagi harus menunggu living cost cair. Sabar kok, hehe. Keajaiban pun datang. Beberapa menit setelah mencari-cari buku, Ajarn berkata padaku bahwa ia akan membeli buku IELTS yang aku bicarakan tadi. Ia berjanji akan meng-copy-nya untukku. *jingkrak-jingkrak
Sebelum berangkat ke Khon Kaen, Ajarn juga memberiku copy-an persyaratan untuk mendaftar Australian Award. Entah apa maksud dari semua yang terjadi kemarin itu. Aku menunggu. Penasaran akan skenario Alloh untukku. Jika memang Alloh berkehendak, pasti apa yang aku usahakan aku dapatkan. Jika memang tidak, aku yakin pasti ada yang lebih baik dan memang yang terjadi itu adalah yang terbaik untukku.