Kegiatanku hari ini adalah mengunjungi salah satu sekolah di Mahasarakham yang menyelenggarakan pendidikan tingkat preschool dan primary. Kesempatan ini datang dari Ajarn Prasong. Beliau mengajakku mengikuti kegiatannya untuk meeting dengan orang tua murid dalam rangka hari pertama di tahun ajaran baru. Ajarn Prasong merupakan salah satu dosen di Universitas Mahasarakham yang bergelar doktor dan konsen dalam metode pembelajaran story telling, baik itu dalam bahasa Thailand maupun bahasa Inggris. Rencana beliau untuk mengajakku mengikuti kegiatannya sudah dibicarakan beberapa minggu yang lalu, dan alhamdulillah bisa terlaksana hari ini. Aku tak hanya berdua dengan Ajarn Prasong, turut pula salah satu temanku dari Indonesia.
Setelah tiba di lokasi, kami langsung dipersilahkan duduk oleh salah satu wanita yang menurut dugaanku ia adalah seorang guru. Dan benar saja, setelah berbincang, ternyata ia merupakan guru TK. Namanya Ajarn Puk, beliau fasih berbahasa inggris. Aku pun menjelaskan identitasku padanya. Tak berapa lama, Ajarn Prasong memanggilku dan temanku untuk maju memperkenalkan diri. Dengan tanpa persiapan, aku memperkenalkan diri seadanya. Yang tadinya bermaksud mengucapkan terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan pun lupa sudah. Perkenalanku seadanya, sebisanya. Sebisanya menggunakan bahasa Thailand untuk mengucapkan "halo" dan "terima kasih". Tiba giliran temanku memperkenalkan diri. Ia begitu santai dan 'akrab' dengan bahasa Thailand yang terlihat telah lama ia hafalkan. Menariknya, ia terlihat fasih dan apresiasi yang ia dapatkan pun sebanding dengan usaha yang ia lakukan.
Setelah selesai memperkenalkan diri, kami berdua kembali duduk di tempat semula. Aku berkata pada temanku bahwa aku melihat banyak orang tua murid yang duduk di hadapannya begitu antusias dan tak sedikit dari mereka yang mengacungkan jempol atas perkenalan yang disampaikan dalam bahasa Thailand.
Awalnya respon yang diberikan temanku biasa saja. Hanya senyum dan mengangguk. Tak kusangka, apa yang aku sampaikan tadi adalah awal dari sebuah "kuliah umum" gratis yang sangat bermanfaat untukku. Bagaimana tidak, tanpa diminta, temanku membagikan ilmu baru melalui pemaparan yang ia berikan. Sungguh, wawasannya begitu "luas" bila dibandingkan denganku.
Yang ia paparkan ialah tentang cara bergaul agar kita dapat diterima oleh orang lain. "Dengan bahasa, kamu akan menyentuh hatinya". Seketika aku tersenyum datar. Aku merasa pernah mendengar nasehat itu sebelumnya, tapi aku merasa heran pada diriku sendiri, kenapa aku tidak terpikirkan untuk mempraktekannya secara langsung?!
Selain itu, temanku bertanya "apa perasaan kamu ketika dosen pembimbing kamu mengucapkan kalimat-kalimat sederhana dalam bahasa Indonesia?". Tentu aku jawab, "bangga, Kak! Seneng". "Nah, itu! Sama saja seperti ketika mereka (orang Thailand) mendengar kita menggunakan bahasa mereka (bahasa Thailand), mereka akan merasa senang, mereka tersentuh hatinya. Itulah salah satu strategi 'jitu' dalam bergaul". Lebih lanjut temanku berkata bahwa ia lupa siapa yang mengatakan nasehat itu. Ia pikir Kofi Annan, mantan ketua PBB. Karena sama-sama tidak yakin, percaya atau tidak, setibanya aku di asrama, aku langsung membuka internet dan mencari asal usul nasehat tersebut. Sayangnya sulit untuk aku temukan. Ada yang bersedia membantu? :)
"Tahu tidak Wali Songo? Tahu salah satu sunan Wali Songo yang menyebarkan Islam lewat wayang dan budaya-budaya Jawa?", "nah! mereka 'masuk' dulu ke hal-hal yang disukai orang-orang yang menjadi target dakwah, kemudian barulah Islam mulai disebarkan."
"Tahu sejarah Islam di Mesir? Tahu apa yang diperintahkan Rasul untuk menyebarkan Islam di Mesir yang pada zaman dahulu yang mayoritasnya adalah kristen ortodks?". Tentu saja aku tidak tahu.
Lanjutnya lagi, "sebarkanlah Islam dengan kelembutan hati!".
"Tahu tidak sekarang Islam di Indonesia itu seperti apa?".
"Di 'kita', orang-orang Islam itu seakan-akan 'bawa pentungan'. Alias kasar."
Lanjutnya lagi, "sebarkanlah Islam dengan kelembutan hati!".
"Tahu tidak sekarang Islam di Indonesia itu seperti apa?".
"Di 'kita', orang-orang Islam itu seakan-akan 'bawa pentungan'. Alias kasar."
Allah Kariim... dalam hatiku hanya bisa berujar bahwa betapa luar biasa wawasan yang aku dapatkan dari orang satu ini. Benar-benar memotivasi diri untuk belajar lebih giat. Berusaha menjadi "agen Islam" yang baik dengan mempelajari bahasa asing, dan menyentuh hati 'mereka'.
Mahasarakham, 19 Mei 2016
dikala hujan turun dengan derasnya setelah terik matahari memaksa keringat ini untuk bercucuran
0 komentar:
Posting Komentar