Kamis, 30 November 2017

Matematika di Sekitarku #8

Mengatur Waktu
Kegiatan rutin saya setiap pagi usai shalat subuh adalah piket, mandi, kemudian sarapan. Jika ada beberapa media pembelajaran yang kurang, saya akan segera melengkapinya, maksimal semua harus sudah siap sebelum pukul setengah 8. Kegiatan belajar mengajar memang dimulai pukul 8, tapi biasanya sudah ada anak yang datang sebelum pukul 7.
Mengatur waktu merupakan bagian dari aktivitas saya yang berkaitan dengan matematika. Bahkan saat ini sering sekali waktu luang saya belum bisa saya manfaatkan dengan baik. Tapi untuk urusan mengajar, sebisa mungkin saya prioritaskan untuk tidak ditunda. Contohnya seperti pagi tadi, kegiatan saya bersama anak-anak adalah melukis. Sore hari kemarin, saya sudah menyiapkan cat warna serta kuas. Namun untuk kertas baru saya siapkan pagi hari. Nah, itu pun saya masih harus tergesa-gesa untuk membuat sketsa gambar pada kerta satu per satu. Ada saja alasan saya untuk menunda.
Sebenarnya saya sedang sangat berusaha membiasakan hidup disiplin. Saya ingin menjadi orang yang pandai membagi dan mengurangi waktu. Membagi waktu untuk ibadah, belajar, menambah jam terbang, dan mengisi waktu luang. Serta mengurangi waktu untuk berleha-leha dan menuruti rasa malas. Semoga saya bisa dan terus semangat. Aamiin

Sekian

Selasa, 28 November 2017

Matematika di Sekitarku #7


Pancake
Selesai sudah tugas saya mengajar hari ini. Meski terasa sangat melelahkan, saya berusaha menyempatkan waktu untuk menghubungi sepupu saya yang ada di Cilacap. Usai menelpon, saya menuju dapur untuk mengolah bahan makanan. Sedikit bosan dengan menu makan siang nasi, saya pun berinisiatif untuk membuat pancake. Rencana saya adalah menikmati pancake sambil mengerjakan tugas level 6 day 7.
Saya terbiasa membuat pancake tanpa menakar jumlah bahan-bahan yang akan dicampur menjadi adonan pancake. Yang jelas saya hanya memerlukan sebutir telur, terigu secukupnya, gula putih secukupnya, air secukupnya, dan mentega secukupnya. Dan itulah aktivitas matematika saya hari ini. Ternyata membuat pancake tanpa menggunakan takaran baku menyebabkan rasa pancake yang saya buat cenderung berubah-ubah, kadang enak kadang biasa saja. Haha
Dan hasil karya saya beberapa saat yang lalu cukup enak untuk saya nikmati sendiri. Mungkin jika harus saya bagikan kepada orang-orang di sekotar saya, penilaian mereka bisa jadi berbeda. Mungkin ada yang akan mengatakan bahwa pancake saya enak karena tidak ingin mengecilkan hati saya, atau bisa jadi teman saya blak-blakkan mengutarakan rasa pancake saya yang tidak enak. Hehe
Membuat pancake memang mudah, tapi saya sadar bahwa untuk menghidangkan sesuatu tidak cukup dengan judul “kenyang”, tapi juga harus lezat. Bukankah membahagiakan orang-orang tersayang adalah pahala? Hah berbicara orang tersayang saya jadi ingat kedua orang tua dan nenek saya dirumah. Rasanya sudah cukup lama saya tidak memasak makanan untuk mereka. Semoga dapat segera berjumpa dan saya bisa menyajikan pancake lezat dengan takaran yang matematis, pake banget. Hehe

Sekian

Matematika di Sekitarku #6

Membaca Kisah Nabi
Bercerita menjadi salah satu aktivitas rutin yang saya lakukan semenjak mengajar di TK. Banyak hal menarik yang saya temui ketika bercerita di depan anak-anak. Salah satunya hal istimewa yang saya alami bersama Almair. Almair adalah siswa saya yang sangat aktif bergerak kesana kemari, tidak mau diam, dan tingkahnya begitu menggemaskan. Anak-anak yang lain pun terbilang aktif, namun Almair adalah satu-satunya siswa TK A yang paling aktif dibandingkan teman-temannya di kelas.
Namun ada satu hal yang menarik, setelah membersamainya selama kurang lebih 4 bulan, Almair selalu terlihat fokus saat saya menceritakan kisah-kisah, salah satunya kisah nabi. Ia tipe anak yang tidak suka dipuji, jika dipuji ia cenderung akan ngambek dan berusaha mengalihkan pembicaraan. Maka dari itu, ketika saya kebetulan mengawasinya sedang asyik memperhatikan cerita yang saya sampaikan, saya hanya akan menyebut nama Almair dengan posisi sebagai pemisalan dalam kisah yang saya sampaiakn. Tentu saja pemisalan dalam hal yang baik, karena dari situlah saya akan memujinya secara tidak langsung.

Saat menyampaikan cerita atau mendongeng pada anak, saya membutuhkan persiapan. Biasanya saya akan mengagendakan aktivitas membaca, kisah-kisah nabi khususnya, 30 menit di sore hari. Mungkin hal tersebut bukanlah hal yang sulit, tapi terkadang bagi saya yang seorang "fleksibelisme", meluangkan waktu dengan banyak hal remeh temeh dadakan yang sering terpikirkan tiba-tiba adalah hal yang cukup sukar.
Contohnya seperti saat ini, saya sudah menyiapkan buku kisah-kisah nabi dari mulai pukul setengah 3 sore, tapi sampai pukul setengah 6 sekaran ini saya belum juga membacanya. Saya malah asyik menulis tugas level 6 ini dan mengerjakan tugas-tugas domestik yang mengantri. Hehe, keep hamasah!
Sekian

Senin, 27 November 2017

Matematika di Sekitarku #5

Mengelola Kelas
Menjadi seorang guru di TK non-full day cukup membutuhkan adaptasi yang terbilang lama. Saya baru merasakan motivasi untuk semangat setiap harinya dan mengatur tugas saya dengan sebaik-baiknya setelah 4 bulan pertama. Ya, dengan durasi KBM yang cukup lama, yaitu dari pukul 7 pagi hingga pukul setengah 1 siang, membuat saya harus memulai lagi untuk beradaptasi dari awal. Beradaptasi dengan agenda harian yang tentunya lebih melelahkan dibandingkan dengan TK tempat saya mengajar sebelumnya.
Apalagi posisi saya di TK saat ini cenderung sebagai leader. Saya memang bukan guru yang paling lama mengajar disini, ada guru lain yang terbilang senior, namun posisi beliau saat ini harus sering bolak-balik membantu pengurusan visa untuk study tour siswa SMP dari satu yayasan yang sama dengan TK tempat saya mengajar. Jadilah setiap pagi, dari Senin-Jumat, porsi saya sudah dipastikan lebih banyak untuk memimpin barisan anak-anak, membimbing berwudhu, memimpin shalat, memimpin dzikir, dan memimpin makan hingga memimpin anak-anak untuk pulang. Untuk melakukan semua hal itu tentunya cukup menguras tenaga dan emosi. Sudah tentu mulut saya harus terus berbusa untuk memandu anak-anak, dan saya harus pandai mengendalikan emosi menghadapi anak-anak yang masih suka becanda atau mengganggu temannya.
Belum sempat menghela nafas panjang , selesai kegiatan rutin pada pagi hari itu, saya harus mengajar kelas A dengan jumlah murid 9 anak. Hampir semuanya aktif, tidak ada murid saya yang sepenuhnya merupakan anak pendiam. Ada yang suka tiba-tiba mempraktekan menari ballet, ada yang sangat senang sekali untuk menjaili temannya dengan tiba-tiba memukul kepala atau punggung, ada juga yang sukanya protes terus ketika kegiatan di kelas akan dimulai. Maka dari itu, saya harus pandai-pandai mengelola kelas. Dan mengelola kelas pada hari Senin ini merupakan aktivitas saya yang berkaitan dengan matematika.
Senin sampai dengan Kamis, saya harus mulai menyambut anak dari pukul 7 pagi hingga pukul 8 pagi. Setelah semua anak siap di ruang tengah, kegiatan berbaris pun dimulai, dilanjutkan dengan antri wudhu, shalat dhuha, dzikir, dan bersalaman. Anak akan makan pagi sekitar pukul 9. Biasanya tidak sampai 30 menit mereka menyelesaikan makan dan membereskan bekas makanannya. Disini saya harus sering-sering mengingatkan mereka untuk tidak banyak berbicara ketika makan dan segera menyelesaikan aktivitas makan mereka karena kelas harus segera dimulai. Selesai makan, biasanya saya akan memimpin doa setelah makan, dan kelas pun dimulai.
Awalnya saya mengajak anak-anak untuk melakukan 3 kegiatan saat kegiatan inti. Namun setelah saya observasi, kegiatan inti akan lebih efektif jika tidak terlalu banyak. Maka 2 kegiatan pada saat kegiatan inti menjadi rutinitas yang saya lakukan bersama anak-anak. Selain itu, saya pernah mempraktekkan metode membaca buku Iqro dan mengeja huruf one by one. Tapi yang terjadi adalah kelas menjadi bising. Saya kembali melakukan observasi lagi, dan kali ini saya mulai mencoba metode klasikal untuk kedua kegiatan tersebut.
Hal-hal diatas cukup efektif ketika saya mengajar. Saya juga tidak ingin membebani anak dengan materi kegiatan yang terlalu berat. Bagi saya, mereka cukup mengenal untuk tahap awal. Dan saya selalu menekankan pendidikan karakter pada mereka, sebisa saya. Jika ada yang saling memukul, saya segera membuat mereka meminta maaf dan memaafkan satu sama lain. Mengucapkan permisi, tidak menyerobot antrian, dan mengucapkan terima kasih setelah menerima sesuatu dari seseorang adalam PR utama bagi saya.
Semua kegiatan itu harus saya rampungkan sebelum pukul 11 siang, karena anak-anak haus bermain, dan pukul 12 mereka harus sudah selesai makan, wudhu, dan bersiap shalat dzuhur berjamaah. Maka biasanya saya menghentikan kegiatan belajar di kelas pada pukul 10.45.
Bermain selama 30 menit bagi mereka adalah sesuatu hal yang sangat menyedihkan. Jadi saya mencoba mengatur waktu agar mereka bisa bermain minimal selama 45 menit.
Semoga saya mampu mengelola kelas lebih baik lagi. Aamiin
Sekian



Minggu, 26 November 2017

Matematika di Sekitarku #4

Memastikan Datang Tepat Waktu
Rutinitasku setiap hari Ahad adalah belajar bahasa Turki di Jatiwaringin, Bekasi. Kelas dimulai pukul 09.30. Awalnya kelas dimulai pukul 09.00, karena banyak siswa yang “ngaret”, akhirnya ustadz pimpinan yayasan memutuskan untuk mengundur 30 menit waktu belajar.
Lokasi tempat tinggalku yang berada di Cibubur, Kab. Bogor memang cukup jauh, perlu kurang lebih 2 jam untuk sekali perjalanan. Hal itu memaksaku untuk mengatur strategi agar tidak terlambat tiba di madrasah. Kepagian lebih baik daripada kesiangan, itu prinsipku.
Nah, matematika yang ada dalam aktivitasku hari ini adalah: memastikan tugas domestic yang harus aku kerjakan di rumah selesai sebelum pukul 7 pagi. Kemudian aku juga harus memastikan bahwa semua persiapan sebelum berangkat harus sudah siap pada pukul 06.50.
Alhamdulillah, hari ini aku tidak telat tiba di madrasah. Karena ada juga kendala lain yang harus aku waspadai, yaitu jalan raya yang dilalui oleh angkot yang aku tumpangi sedang dalam perbaikan. Jalur kendaraan hanya satu arah di beberapa titik. Hal itu menyebabkan kendaraan dari salah satu arah harus menunggu giliran.
Bismillah untuk esok hari, harus lebih semangat lagi!

Semangat menjalankan rutinitas, dan semangat mengerjakan tugas level 6 ini. Besok ada ‘matematika’ apalagi yah?


Sabtu, 25 November 2017

Matematika di Sekitarku #3

Mengatur Daftar Belanja dan Anggarannya
Waduh ini ‘pekerjaan ibu-ibu banget’ yah? Hehe
Tak apa, itung-itung latihan. Oke jadi aktivitas yang berkaitan dengan matematika dalam keseharian saya selanjutnya adalah ketika berbelanja ke pasar. Jadi hampir setiap hari Sabtu saya harus pergi ke pasar untuk berbelanja bahan makanan seperti sayuran, bumbu, dan kebutuhan dapur lainnya. Aktivitas tersebut merupakan aktivitas rutin saya dalam 4 bulan terakhir ini karena saya tinggal di asrama tempat saya mengajar. Meski awalnya saya merasa terpenjara dengan perbedaan rutinitas—yang tadinya saya terbiasa mengikuti berbagai macam kegiatan kampus, kini harus lebih sering menjalankan tugas domestic—tapi kini saya mencoba mengambil pelajaran dari setiap hal yang menjadi bagian dari hidup saya saat ini.
Saat ini saya menjadi bertambah ilmu karena saya semakin sering mengetahui harga barang-barang kebutuhan di pasar, menganggarkan berapa banyak jumlah cabai, bawang, dan tomat yang harus saya beli agar cukup selama 1 minggu. Disamping itu saya juga harus bisa memastikan bahwa uang yang diberikan ibu yayasan kepada saya harus cukup untuk membeli sayuran dan sumber protein yang akan dikonsumsi oleh 7 orang selama seminggu.
Tidak berhenti sampai disitu, persoalan matematika dalam aktivitas saya hari ini masih ada, yaitu sepulang dari pasar saya harus memasak makan siang. Saya yang jam terbang memasaknya belum banyak harus dibuat grogi ketika membubuhkan garam dan gula pada masakan yang saya olah, karena jika berlebihan takarannya bisa kacau. Hehe
So, sometimes I love mathematics and cooking, but I still love to learn more and more.
Sekian…

Matematika di Sekitarku #2

Thalasemia
Nama penyakit tersebut memang tidak asing bagi saya. Namun, saya juga tidak pernah membayangkan sebelumnya bahwa saya akan bertemu dan menghabiskan waktu cukup instens bersama penderitanya. Ya, saya harus mengajar les matematika pada seorang anak kelas 6 SD yang menderita thalassemia. Sungguh ini adalah pengalaman yang sangat luar biasa bagi saya, dimana saya baru pertama kali mengajar matematika, dan mengajari anak dengan daya tangkap yang kemampuannya dibawah rata-rata anak seusianya.
Awalnya saya masih mengajari murid saya itu dengan metode umum. Namun lambat laun saya menyadari bahwa memang benar, murid saya tidaklah sesuai gaya belajarnya dengan kebanyakan anak seusianya. Kecerdasan matematik dan kecerdasan akademiknya secara umum memang kurang, namun ia menonjol dalam kecerdasan kinestetik. Apalah daya diri saya, orang tuanyalah yang begitu khawatir akan masa depan si anak.. Sekolah formal menjadi pilihan mereka, dan memberi tambahan les matemtika di tempat saya mengajar adalah alternative yang menenangkan bagi mereka.
Saat ini materi yang sedang ia pelajari di sekiolah ialah tentang volume bangun ruang. Saya tidak bisa memaksakan murid saya itu untuk mampu menghafal rumus-rumus volume bangun ruang, karena untuk menjelaskan bentuk-bentuk bangun datar yang ada disekitarnya saja bagaikan memberikan penjelasan kepada murid-murid saya di TK.
Maka dari itu, saya hanya mampu mengajaknya untuk mengulang pelajaran dengan suasana santai, jika durasi les adalah 1 jam setengah, maka 45 menit mampu bertahan bagi murid saya memperhatikan apa yang saya paparkan sudah begitu luar biasa.

Sekian

Matematika di Sekitarku #1

Tiba saatnya untuk kembali menyelesaikan tantangan 10 hari. Kali ini temanya tentang matematika. Seperti biasa, tugasnya harus didokumentasikan dalam bentuk tulisan. Nuli lagi dan nulis terus. Bismillah harus semangat!
Dan seperti biasa, yang masih single seperti saya (hiks) hanya perlu menceritakan matematika yang saya temukan dalam keseharian saya pribadi. Sedangkan untuk yang sudah berkeluarga (baca; memiliki anak), tugasnya adalah menemukan matematika dalam aktivitas sehari-hari bersama anak.
Nah, kebetulan hari ini hari Kamis. Agenda saya di hari Kamis adalah mengajar les matematika kelas 6 SD. Saat ini saya mulai terbiasa untuk mengerjakan kembali soal-soal matematika yang hampir tidak saya pelajari lagi semenjak lepas dari bangku SMA. Ya, kuliah di jurusan pendidikan guru PAUD memang tidak menuntut saya untuk mempelajari matematika, dan itu adalah hal yang menyenangkan bagi saya. Mata kuliah matematika memang ada, tapi matematika untuk anak usia dini. Materi yang saya dapatkan jelas berbeda dengan materi yang saya pelajari ketika saya SD sampai dengan SMA. Matematika anak usia dini berisi materi yang sangat ringan dan menyenangkan, sedikit banyak pernah saya temukan ketika observasi di TK.

Mengajar Les Matematika
Saat masih kuliah, saya pernah mengajar les bahasa Inggris. Saat itu saya ber-azzam dalam hati bahwa saya hanya akan mengambil tawaran untuk mengajar privat mata pelajaran bahasa Inggris saja, tidak untuk mata pelajaran matematika dan yang lainnya. Hal tersebut bukan tanpa alasan. SAYA TIDAK PEDE. Ya, saya tidak pede dengan kemampuan saya untuk mengajar mata pelajaran yang sudah cukup lama tidak saya pelajari. Namun untuk bahasa Inggris, I always put it in my heart, I love it!
That’s why saya begitu idealis pada saat itu: saya hanya ingin mengerjakan apa yang saya sukai. Dan matematika adalah hal yang kurang saya sukai (bukan berarti tidak pandai yah! Hanya sedikit lambat. Hahaha).
Kini keadaan menuntut saya untuk mampu mengajar les matematika, dan Alhamdulillah, ala bisa karena biasa.
Sekian


Minggu, 12 November 2017

Kayak Dipanggang

Jam menunjukkan pukul 7 kurang 6 menit ketika aku baru saja selesai bersiap-siap untuk berangkat les. Entah kenapa mau sepagi apapun, aku tetap saja harus keluar rumah dengan terburu-buru. Setelah mengingat barang bawaan yang sudah aku bawa semua, aku berjalan menuju arah keluar perumahan dari tembok pembatas yang bersebelahan dengan pemukiman warga. Tak lama, angkot yang ditunggu-tunggu pun tiba. Terlihat hanya ada 3 orang penumpang laki-laki, 2 diantaranya duduk menghalangi tempat duduk di angkot yang paling ujung, "gagal sudah rencanaku untuk mojok sambil tilawah atau sekedar membuka-buka buku", bisikku dalam hati.
Hingga tiba di tempat les, semua rangakaian perjalananku hari ini mulus, lancar, tanpa ada 'drama'. Sesampainya di perumahan tempatku belajar, aku memilih untuk mampir ke masjid terlebih dahulu karena kelas baru akan dimulai sekitar 30 menit lagi. Ketika aku memasuki gerbang, sudah ada ustadz beserta 4 orang temanku. Seperti biasa pintu belum dibuka, dan 10 menit kemudian nampak seorang laki-laki dengan wajah campuran antara ras arab dan eropa, datang membukakan pintu.
Singkat cerita, kelas pun dimulai. Ustadz Cemal mengawali kelas dengan memeriksa PR kami satu per satu. "Maa syaa Alloh, sempurna", ustadz Cemal berdecak kagum saat melihat PR yang aku kerjakan. Aku hanya mengulum tawa saat melihat apresiasi beliau, kemudian aku mengacungkan tangan ketika beliau menawarkan pada kami untuk mengerjakan PR di papan tulis. Ustadz kembali berdecak kagum padaku usai PR yang aku tulis di papan tulis selesai. Satu per satu temanku mengerjakan PR di papan tulis, ustadz terus mengapresiasi hasil kerja kami.
Proses belajar mengajar di kelas terus berjalan, sesekali ustadz menerangkan tentang kebudayaan Turki, terutama makananannya (ini part yang paling aku benci, bikin ngiler soalnya, haha). Ustadz Cemal juga aktif bertanya kepada kami, dan pada saat itu ustadz mengiming-imingi kami dengan hadiah bagi siapa saja yang bisa menjawab. Tak disangka, aku terpilih untuk mendapatkan hadiah. "Alhamdulillah hadiah lagi", kataku dalam hati. Namun hingga kelas akan berakhir, hadiah untukku tak kunjung diberikan. Ternyata setelah kelas selesai ustadz Cemal kembali ke kelas setelah sebelumnya bergegas pergi seperti hendak mencari sesuatu, beliau berkata "boleh ya hadiahnya minggu depan saja?". Haha, ternyata harus ditunda. Tak apalah, semoga minggu depan aku sehat dan bisa kembali belajar, serta menerima hadiah yang ustadz janjikan tentunya.
Siang tadi aku mendapatkan tumpangan untuk pulang dari teman sekelasku. Usai makan siang dan shalat dzuhur, aku dan temanku bergegas pulang. Temanku mengantarkan hingga perempatan Komsen. Memang nama yang aneh untuk sebuah kawasan. Tapi kawasan Komsen memang ada, kawasan perempatan antara jalan menuju ke Cileungsi, Bekasi, dan Pondok Gede. Untukku, sesampainya di Komsen aku harus naik angkot lagi satu kali, jurusan Komsen-Cileungsi. Perjuangan dimulai disini. Jalan menuju Cileungsi sedang dicor besar-besaran, sistem buka tutup diberlakukan, jalur yang digunakan hanya 1 arah, jadilah arus kendaraan harus bergantian menunggu. Awalnya  si abang supir terlihat uring-uringan ketika harus membawa penumpang yang hanya berjumlah 2 orang, yaitu aku dan seorang nenek. Alhamdulillah angkot tetap meneruskan perjalanan, dan penumpang pun banyak yang menaiki angkot hingga angkot mulai terisi penuh.
Serombongan penumpang yang terdiri dari seorang ibu-ibu, seorang laki-laki dewasa, dan anak-anak yang mungkin jumlahnya 5 orang, naik dan membuat angkot yang aku tumpangi mendadak sesak. Tak lama setelah itu kami harus mengantri di jalur yang ditutup. Subhanallah, mengantri di kemacetan dengan panas terik di saat tengah hari luar biasa, rasanya kayak dipanggang. Tapi aku berusaha bersikap tenang. Aku jadi ingat bahwa aku harus tetap menunjukkan sikap tidak kepanasan meskipun kepanasan saat berada di luar menggunakan kerudung. Karena dengan begitu, diharapkan ada saja orang yang berpikiran bahwa menutup aurat itu ternyata tidak menganggu meskipun cuaca panas. Hehe...

Minggu, 05 November 2017

Nangis di Angkot

Entah kenapa selalu ada cerita menyebalkan antara aku dan angkot. Tadi pagi merupakan cerita menyebalkan kesekian kalinya yang aku alami. Kejadian yang menyebabkan aku terlambat masuk kelas untuk les bahasa Turki padahal aku sudah berangkat pagi-pagi dari rumah.
Seperti biasa, aku berangkat pukul 7. Aku harus naik angkot sebanyak 3 kali. Angkot pertama jurusan Cileungsi-Komsen, angkot kedua jurusan Pondok Gede-Bekasi, dan angkot ketiga jurusan Pondok Gede-Kalimalang. Cerita menyebalkan itu terjadi saat aku naik angkot yang kedua. Biasanya angkot jurusan Pondok Gede-Bekasi akan langsung membawaku ke Pondok Gede, tapi berbeda dengan tadi pagi. Setelah ganti supir, angkot itu membawaku mengelilingi kota Bekasi. Aku mulai kesal dengan kenyataan yang baru aku sadari bahwa angkot itu membawaku kearah dimana aku pertama kali naik!
Aku bisa merasakan raut wajahku berubah. Tak lama setelah bertanya pada pak supir, air mataku tak terbendung karena aku sadar bahwa aku akan terlambat mengikuti kelas.
Benar saja, pukul 09.30 aku baru tiba di kelas. Keadaan bangku sudah penuh terisi. Rupanya ada beberapa siswa dari kelas siang yang masuk pagi. Ketika bingung mencari tempat duduk, aku merasa beruntung ada seorang teman yang mau menolongku mengambilkan meja. Semoga Alloh membalas kebaikanmu. Aamiin
Karena suasana hati yang masih kacau, untuk beberapa saat aku belum bisa berpikir jernih dan fokus pada materi yang disampaikan. Hingga akhirnya aku mulai bersemangat ketika temanku tadi aktif mengajak diskusi tentang materi yang kami rasakan sama-sama sulit.
Sampai akhirnya tiba di penghujung jam pelajaran, Ust. Cemal membawa toples berisi kue berbentuk kubus putih dengan toping biji almond diatasnya. Beliau bertanya kepada kami siapa saja yang belum mencicipi kue tersebut. Aku mengacungkan tangan dan Ust. Cemal pun menyodorkan toples itu kepadaku. Beliau memberitahuku bahwa itu adalah manisan Turki. Dari situ perasaanku mulai berdamai dengan peristiwa di angkot tadi. Dan tak hanya itu. Sesaat sebelum Ust. Cemal mengakhiri kelas, beliau mengambil sebuah buku berwarna merah muda. Beliau berkata bahwa buku tersebut akan ia berikan untuk satu orang diantara kami. Usai menatap satu per satu ke arah meja kami, tak disangka Ust. Cemal memberikan buku itu padaku! Iya, padaku! Beliau memberikannya tanpa alasan! Aku merasa senang sekali. Rasanya kejadian nangis di angkot tadi hilang begitu saja. Teşekkür ederim öğretmen 😊

Jumat, 03 November 2017

Games Level 5 Kelas "Bunda Sayang" IIP Banten #membaca10

Saat ini saya sangat menyukai akhir pekan. Sabtu dan Ahad adalah dua hari yang bisa saya gunakan secara total untuk melakukan hal-hal yang saya sukai. Meskipun di pagi hari saya hari mengurus keperluan pribadi seperti memncuci, menyetrika, dan memasak serta membersihkan rumah, namun saya tetap bersemangat untuk melakukan hal-hal produktif lainnya, seperti membaca buku. Pada hari Sabtu, saya dapat menggunakan waktu  saya dari mulai pukul 12 siang hingga pukul 5 sore untuk membaca, menulis, atau menonton video aneka kreasi yang bermanfaat. Sedangkan pada hari Ahad, saya bisa mulai membaca di dalam angkot dari mulai pukul 7 pagi hingga pukul 9, dan lanjut lagi dari pukul 1 siang hingga pukul 3 sore. Ya, karena setiap hari Ahad saya harus menempuh perjalanan dari Cibubur,Kab. Bogor ke Jatiwaringin, Bekasi untuk belajar bahasa Turki. Nah, hari ini saya akan merampungkan tugas saya di games level 5, ya meskipun bacaan yang sedang saya baca belum rampung seutuhnya. Saya sadar harus lebih rajin lagi, hiks. 
Oke, saat ini bagian yang baru saja saya selesaikan ialah tentang kedisiplinan. "Sedikit Demi Sedikit Disiplin Kian Membukit", begitulah kalimat utama yang mengawali pembahasan kedua dalam bagian keenam buku "Mendidik dengan Cinta". Dalam pemaparan yang disampaikan, terdapat tips yang bisa diterapkan orang tua dalam melatih kedisplinan anak sejak bayi. Misalnya seperti ini:
  • Usia 1-2 tahun, anak dilatih untuk teratur dalam jadwal tidur.
  • Usia 2-3 tahun displin toilet training.
  • Usia 3-4 tahun disiplin menggosok gigi.
  • Usia 4-5 tahun, anak dilatih untuk menyiapkan keperluannya sebelum berangkat sekolah.
  • Usia 5-6 tahun, pengenalan jadwal belajar, minimal 1 jam setiap malam.
Saya sangat tertarik ketika mengetahui tips yang dipaparkan lebih lengkap daripada poin-poin yang saya tuliskan diatas, untuk lebih lanjut silahkan dibaca ya buku yang sangat saya rekomendasikan bagi calon atau yang sudah menjadi orang tua. Karena kita disadarkan betul bahwa kedisplinan bukan sekedar peraturan dan sanksi, namun kedisiplinan ialah keteraturan yang dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan, yang cakupannya begitu luas. Dan seluas itu pulalah yang harus kita perkenalkan kepada anak-anak sejak dini. Semoga bermanfaat...



Games Level 5 Kelas "Bunda Sayang" IIP Banten #membaca9

Saya menyadari betul bahwa tugas sebagai orang tua tidaklah mudah. Ada banyak tanggung jawab yang harus dilaksanakan dalam rangka mendidik kemandirian anak. Sedikit demi sedikit saya belajar tentang hal tersebut, dan lingkup kecilnya dapat saya praktekkan saat saya mengajar di TK. Alhamdulillah, saya berada dalam posisi 'telah dikenalkan' dengan konsep mendidik anak secara Islami sebelum saya menikah. Semoga kelak saya tidak salah langkah. Dan PR besar bagi saya adalah menerapkan ilmu yang saat ini terus saya pelajari untuk diterapkan di masa yang akan datang. Aamiin...
Kemandirian anak berkaitan dengan kepribadian. Dan aktivitas membaca saya kali ini memasuki bagian keenam, yaitu tentang pembentukan kepribadian. Terdapat 9 sub bagian yang harus saya baca. Sub pertama ialah "Hindarkan Anak dari Sifat Penakut".
Dituliskan bahwa anak ideal ialah anak yang kuat, pintar, pemberani, dan bertakqa kepada Allah SWT. Inti dari pemaparan sub bab kali ini ialah tentang bagaimana kita sebagai orang tua tidak boleh luput dalam melatih fisik dan mental anak. Bagaimana anak harus diberikan latihan fisik berupa permainan yang telah popular digaungkan oleh Rasulullah, yaitu berenang, berkuda, dan memanah. Orang tua juga tidak boleh absen saat menemani anak bermain, karena hal tersebut yang menjadi salah satu kekuatan bagi anak. Dimana anak akan merasa lebih dekat dan kuat ikatan batinnya dengan orang tua, sehingga apa yang diajarkan oleh orang tua akan lebih mudah diingat oleh anak.
Disebutkan beberapa hal yang harus diberikan kepada anak untuk melatih keberaniannya, yaitu sebagai berikut:
1.      Olahraga dan permainan fisik
2.    Penyembelihan hewan Qurban
3.   Khitan di usia anak-anak
4.   Penanaman kisah-kisah kepahlawanan
5.    Aktivitas yang menantang
Semoga bermanfaat



Games Level 5 Kelas "Bunda Sayang" IIP Banten #membaca8

Menghela nafas panjang usai anak-anak pulang dari sekolah merupakan kegiatan rutin bagi saya. Biasanya saya akan membereskan karpet dan menyapu lantai serta menutup pintu garasi saat suasana sekolah telah sepi. Beranjak mengambil bantal dan merebahkan badan menjadi rutinitas yang biasa saya lakukan setelah semua tugas saya selesai. Cukup dengan 15 menit tubuh kembali segar dan siap untuk melanjutkan aktivitas, salah satunya mengerjakan gamel level 5 di kelas "Bunda Sayang" ini.

"Nama anak, bukan asal lucu. Karena memberi nama adalah pekerjaan serius."
Begitulah kalimat pertama yang saya baca pada halaman 191 dalam buku "Mendidik dengan Cinta". Kita sering mendengar istilah what's in a name, namun hal tersebut tentunya sangat bertolak belakang dengan ajaran Islam. Dalam perspektif Islam, nama tidak bisa dianggap hal sepele. Di halaman selanjutnya dijelaskan bahwa terdapat tuntunan-tuntunan Islam dalam pemeberian nama, diantaranya:

  1. Pilih yang baik
  2. Jauhi yang dapat mengotori kehormatan
  3. Jauhi yang bermakna pesimistis
  4. Jauhi makna optimistis
  5. Menjauhi penyamaan nama Alloh
Kelima poin diatas dirunut berdasarkan hadits, salah satunya yakni sebagai berikut:
"Ambillah nama-nama kamu sekalian dari nama para nabi. Nama-nama yang paling disukai Allah adalah Abdullah dan Abdurrahman. Nama-nama yang paling benar adalah Harits dan Hamam. Sedangkan yang paling jelek adalah Harb (perang) dan Murrah (pahit)" (H.r. Abu Dawud, Nasa'i, dan Darimi)

Kamis, 02 November 2017

Games Level 5 Kelas "Bunda Sayang" IIP Banten #membaca7

Tema bacaan saya kali ini yaitu tentang jadwal tidur. Sejak saya mulai mengingat hingga saat ini, saya belum pernah mendapat kesempatan untuk menidurkan anak-anak. Ya, selain karena saya belum menikah dan belum memiliki anak, saya juga tidak memiliki keponakan atau sepupu yang bisa saya asuh atau hanya sekedar membuatnya tetridur. Pernah sih, tapi itu hanya satu kali dan usianya masih sangat bayi sehingga ia belum bisa mengenali yang mana ibunya dan mana yang bukan. Ketika saya menggendong dan mengayun-ayunkan tubuhnya dengan lembut, adik bayi yang masih kerabat saya itu pun akhirnya tertidur. Bagi saya hal itu tidak terlalu menantang jika dibandingkan dengan kisah ilustrasi yang saya baca dalam buku "Mendidik dengan Cinta".
Saya turut membayangkan dari ilustrasi cerita dalam buku tersebut, bagaimana repotnya seorang ibu yang kesulitan menyuruh anaknya tidur. Singkat cerita saya dibuat tersadar akan penyebab yang sumbernya ternyata dari para orang tua itu sendiri, salah satunya ialah orang tua yang terus asyik dengan aktivitasnya, misal menonton TV atau menyelesaikan tugas rumah/kantor, sedangkan anak hanya mendapatkan perintah untuk tidur. Ya, hanya perintah.
Mungkin sebagian besar orang tua mengalami hal ini, mereka lebih mementingkan diri mereka sendiri tanpa berusaha peduli terhadap perasaan anaknya. Mungkin anak-anak yang sulit untuk tidur tepat waktu diakibatkan oleh suasana rumah yang tidak kondusif. 
Dipaparkan dalam buku tersebut, bahwa anak-anak memerlukan kondisi yang tenang agar bisa tidur. Jika TV masih menyala, ibu masih sibuk menggendong adik, dan ayah masih belum selesai dengan tugas kantor, maka dapat dipastikan sang anak tidak ingin buru-buru tidur. "Bukankah bermain bagi mereka adalah segalanya?" (hal. 174).
Berikut ini saya tulis tips dalam mengatasi masalah anak yang sulit tidur, lebih lengkapnya silahkan baca bukunya ya...
1.    Ciptakan ketenangan
2.    Hentikan dengan kasih sayang
3.    Kegiatan santai
4.    Mengatur pola tidur
To be continue...


Games Level 5 Kelas "Bunda Sayang" IIP Banten #membaca6

 Saya memang belum pernah berada dalam situasi dimana saya dipusingkan dengan tingkah laku anak yang meminta banyak hal hanya untuk dipamerkan pada temannya. Ya, agar tidak kalah saing. Tapi repot juga jika kelak jika saya memiliki anak namun ilmu terkait hal ini belum pernah saya pelajari. Beruntunglah saya membeli buku ini saat mengikuti workshop IIP Banten pada beberapa minggu lalu, dan yang lebih beruntungnya lagi bahwa saya betul-betul mampu memahami poin-poin penting yang dipaparkan buku ini dalam rangka konsistensi saya melakukan aktivitas membaca untuk kemudian saya narasikan pengalaman saya tersebut.
Dijelaskan bahwa naluri pamer pada anak memang wajar adanya karena hal tersebut disebabkan oleh adanya fitrah mencari perhatian. Lagi-lagi peran orang tua sangatlah penting dalam memberikan pengertian dan mengarahkan perilaku anak agar selesai dengan fase perkembangannya. "Suka pamer belum tentu negatif. Jangan dimatikan, tetapi juga jangan dibiasakan menjadi arena jor-joran.", begitu yang dikutip dari buku "Mendidik dengan Cinta", halaman 186. 
Ada 3 trik dalam mengarahkan naluri "pamer" pada anak, yakni sebagai berikut:
1.       Motivasi anak untuk memamerkan manfaat, bukan harganya.
2.    Orang tua harus memberi respon yang benar saat anak merengek karena melihat temannya pamer.
3.    Tumbuhkan empati (rasa peduli) anak.
Sekian, semoga bermanfaat.

Rabu, 01 November 2017

Games Level 5 Kelas "Bunda Sayang" IIP Banten #membaca5

Masih dengan aktivitas membaca untuk diri sendiri yang merupakan tantangan games level 5 kelas "Bunda Sayang". Kali ini sampai di bagian sub bab selanjutnya, yaitu pemaparan terkait tips mengatasi kebosanan yang sering dialami anak. Sayangnya hal ini juga sering tidak disadari oleh orang tua. Saya memang belum memiliki anak, namun aktivitas saya yang selalu tidak jauh dari anak-anak membuat saya tersadar bahwa memang betul, tingkah polah anak-anak yang rewel saya akui karena mereka sebenarnya bosan, tak tahu aktivitas apalagi yang harus mereka lakukan.
Dari buku "Mendidik dengan Cinta", saya tersadar bahwa orang tua atau guru TK benar -benar dituntut untuk ekstra sabar. Dengan kondisi yang terlatih untuk bersabar tentunya kita--sebagai seorang ibu--akan mampu berpikir jernih saat menghadapi masalah-masalah yang muncul saat anak tiba-tiba rewel, apalagi bagi seorang ibu yang memiliki anak kecil yang usianya balita dan batita. Emosi kita akan cenderung lebih sering marah ketika kondisi fisik dalam keadaan lelah dan adanya tuntutan untuk memberikan perhatian lebih pada si sulung. Pun sama yang saya alami sebagai guru TK. Ada beberapa anak yang menurut saya mereka sangat cerdas, secara tidak langsung mereka menuntut saya untuk memberikan kegiatan yang lebih menyenangkan, menantang, dan sesuatu hal yang baru. Namun usaha yang bisa saya lakukan belum bisa maksimal karena kapasitas saya sebagai guru TK yang harus memberikan perhatian kepada 10 anak sekaligus dalam satu kelas. Tak jarang si anak cerdas ini ngambek dan akhirnya tidak mengikuti aktivitas belajar untuk beberapa saat.
Sejak membaca hal ini, saya tersadar tentang apa yang sebenarnya mereka--murid-murid saya--rasakan. Bismillah... semangat menambah jam terbang! Ganbatte!

Games Level 5 Kelas "Bunda Sayang" IIP Banten #membaca4


Masih tentang Ragam Dunia Anak yang merupakan bab ke 5 dalam buku "Mendidik dengan Cinta". Kali ini saya mencoba untuk membaca serta membuat gambaran terkait sub bagian ke-5 ini, yaitu tentang pola jajan sehat. Sebelumnya wawasan saya terbuka saat mengikuti salah satu seminar pakar parenting kenamaan, beliau membahas tentang pentingnya pola jajan yang sehat bagi anak. Tak hanya itu, dijelaskan bagaimana kita sebagai orang tua seharusnya memiliki aturan yang jelas terkait jadwal jajan anak-anak dan jumlah rupiah yang juga harus diatur oleh orang tua.
Hampir serupa, dalam buku ini dijelaskan juga bahwa orang tua harus ekstra sabar memberikan pengertian kepada anak bahwa tidak semua hal yang mereka inginkan bisa mereka dapatkan, ya, terkait jajan ini, tidak semua jajanan bisa mereka beli. Maraknya jajanan yang mengandung bahan kimia berbahaya praktis membuat orang tua khawatir. Dalam hal ini tentunya orang tua, khususnya ibu dituntut untuk mampu menciptakan kreasi jajanan sehat dan menarik untuk anak.
Tak hanya itu, saya teringat dalam salah satu tema mastermind di kelas "Bunda Sayang" beberapa waktu lalu yang menyinggung tentang kemampuan anaknya dalam memilah kemasan jajanannya sendiri, terdapat label halal atau tidak. Bahkan karena begitu selektifnya, anak tersebut tidak mau memakan abon buatan rumah yang tidak terdapat label halal dalam kemasannya. Saya juga teringat rekan se-profesi saya saat beliau mengajarkan bagaimana caranya membeli jajanan yang baik untuk anak-anak. Anak-anak diberitahu seperti apa label halal, dan sang guru mengajarkan anak-anak untuk tidak membeli makanan yang tidak ada label halalnya.
Nah, kali ini saya merasa memiliki PR besar untuk turut menerapkan pada anak didik saya terkait label halal pada jajanan ini. Saya sudah mengetahui ilmunya, dan saya akan berusaha untuk mengaplikasikannya. Bismillah...

Games Level 5 Kelas "Bunda Sayang" IIP Banten #membaca3


Masih dengan buku yang sama, "Mendidik dengan Cinta". Saya mencoba konsisten membaca dan mengumpulkan tugas di kelas 'Bunda Sayang', meskipun sudah 2 hari ini kesehatan saya terganggu. Saya terserang demam yang diakibatkan oleh radang telinga. Saya masih bisa memaksakan diri untuk mengajar anak-anak di TK seperti biasa, namun ketika usai jam sekolah, badan tak bisa diajak kompromi. Meriang bisa datang dan pergi sesuka hati, jadi waktu luang yang ada hanya bisa saya gunakan untuk berbaring. Tak mampu lagi saya membaca buku, karena untuk mencerna satu paragraf dengan posisi fokus pada buku cukup menguras tenaga pada saat kondisi seperti itu.
Bagian ke-5 dengan tema "Ragam Dunia Anak" menjadi cemilan yang menemani saya untuk terus belajar, bagaimanapun kondisinya. Terdapat 6 poin pembahasan yang uraiannya tidak lebih dari 8 halaman.
Bohong atau Khayal? menjadi poin pertama yang saya cerna perlahan. Sebagai pembelajar yang sudah mencapai usia 24 tahun, saya membaca paragraf demi paragraf uraian tersebut dengan membayangkan posisi saya sebagaimana anak-anak yang sedang mengalami fase perkembangan tersebut. Dipaparkan bahwa anak-anak memang memiliki karakter haus akan pujian, jadi tak heran bila mereka berbohong hanya untuk mendapatkan pujian. Masih dalam batas yang wajar bila hal tersebut dilakukan oleh anak-anak saat fase perkembangannya, namun kita sebagai orang tua tidak boleh luput untuk terus memberikan pengarahan dan bimbingan. Anak-anak perlu mengetahui bahwa pada dasarnya berkata atau berbuat jujur itu lebih terpuji.
Dalam hal ini saya juga kembali tersadarkan bahwa orang tua juga berperan penting sebagai teladan dalam memberikan contoh yang baik kepada anak-anak di rumah. Ketika orang tua bersikap jujur kepada setiap anggota keluarga atau kepada orang lain, maka anak akan menilai dan meniru hal tersebut.
Selain itu, dipaparkan pula tentang dunia khayal yang sering terjadi pada anak. Ya, tak jarang mereka berimajinasi. Anak-anak mampu bercerita kepada orang tua atau teman-temannya tentang hal-hal yang mereka khayalkan. Peran orang tua disini ialah melatih anak agar mampu membedakan mana imajinasi dan mana hal yang sebenarnya.