Mengelola
Kelas
Menjadi seorang guru di TK non-full day cukup membutuhkan adaptasi
yang terbilang lama. Saya baru merasakan motivasi untuk semangat setiap harinya
dan mengatur tugas saya dengan sebaik-baiknya setelah 4 bulan pertama. Ya,
dengan durasi KBM yang cukup lama, yaitu dari pukul 7 pagi hingga pukul setengah
1 siang, membuat saya harus memulai lagi untuk beradaptasi dari awal.
Beradaptasi dengan agenda harian yang tentunya lebih melelahkan dibandingkan
dengan TK tempat saya mengajar sebelumnya.
Apalagi posisi saya di TK saat ini cenderung sebagai leader. Saya memang bukan guru
yang paling lama mengajar disini, ada guru lain yang terbilang senior, namun
posisi beliau saat ini harus sering bolak-balik membantu pengurusan visa untuk study tour siswa SMP dari satu yayasan
yang sama dengan TK tempat saya mengajar. Jadilah setiap pagi, dari
Senin-Jumat, porsi saya sudah dipastikan lebih banyak untuk memimpin barisan
anak-anak, membimbing berwudhu, memimpin shalat, memimpin dzikir, dan memimpin
makan hingga memimpin anak-anak untuk pulang. Untuk melakukan semua hal itu
tentunya cukup menguras tenaga dan emosi. Sudah tentu mulut saya harus terus
berbusa untuk memandu anak-anak, dan saya harus pandai mengendalikan emosi
menghadapi anak-anak yang masih suka becanda atau mengganggu temannya.
Belum sempat menghela nafas panjang , selesai kegiatan rutin pada
pagi hari itu, saya harus mengajar kelas A dengan jumlah murid 9 anak. Hampir
semuanya aktif, tidak ada murid saya yang sepenuhnya merupakan anak pendiam.
Ada yang suka tiba-tiba mempraktekan menari ballet, ada yang sangat senang
sekali untuk menjaili temannya dengan tiba-tiba memukul kepala atau punggung,
ada juga yang sukanya protes terus ketika kegiatan di kelas akan dimulai. Maka
dari itu, saya harus pandai-pandai mengelola kelas. Dan mengelola kelas pada
hari Senin ini merupakan aktivitas saya yang berkaitan dengan matematika.
Senin sampai dengan Kamis, saya harus mulai menyambut anak dari
pukul 7 pagi hingga pukul 8 pagi. Setelah semua anak siap di ruang tengah,
kegiatan berbaris pun dimulai, dilanjutkan dengan antri wudhu, shalat dhuha,
dzikir, dan bersalaman. Anak akan makan pagi sekitar pukul 9. Biasanya tidak
sampai 30 menit mereka menyelesaikan makan dan membereskan bekas makanannya.
Disini saya harus sering-sering mengingatkan mereka untuk tidak banyak berbicara
ketika makan dan segera menyelesaikan aktivitas makan mereka karena kelas harus
segera dimulai. Selesai makan, biasanya saya akan memimpin doa setelah makan,
dan kelas pun dimulai.
Awalnya saya mengajak anak-anak untuk melakukan 3 kegiatan saat
kegiatan inti. Namun setelah saya observasi, kegiatan inti akan lebih efektif
jika tidak terlalu banyak. Maka 2 kegiatan pada saat kegiatan inti menjadi
rutinitas yang saya lakukan bersama anak-anak. Selain itu, saya pernah
mempraktekkan metode membaca buku Iqro dan mengeja huruf one by one. Tapi yang terjadi adalah
kelas menjadi bising. Saya kembali melakukan observasi lagi, dan kali ini saya
mulai mencoba metode klasikal untuk kedua kegiatan tersebut.
Hal-hal diatas cukup efektif ketika saya mengajar. Saya juga tidak
ingin membebani anak dengan materi kegiatan yang terlalu berat. Bagi saya,
mereka cukup mengenal untuk tahap awal. Dan saya selalu menekankan pendidikan
karakter pada mereka, sebisa saya. Jika ada yang saling memukul, saya segera
membuat mereka meminta maaf dan memaafkan satu sama lain. Mengucapkan permisi,
tidak menyerobot antrian, dan mengucapkan terima kasih setelah menerima sesuatu
dari seseorang adalam PR utama bagi saya.
Semua kegiatan itu harus saya rampungkan sebelum pukul 11 siang,
karena anak-anak haus bermain, dan pukul 12 mereka harus sudah selesai makan,
wudhu, dan bersiap shalat dzuhur berjamaah. Maka biasanya saya menghentikan
kegiatan belajar di kelas pada pukul 10.45.
Bermain selama 30 menit bagi mereka adalah sesuatu hal yang sangat
menyedihkan. Jadi saya mencoba mengatur waktu agar mereka bisa bermain minimal
selama 45 menit.
Semoga saya mampu mengelola kelas lebih baik lagi. Aamiin
Sekian…
0 komentar:
Posting Komentar