Rabu, 26 Juli 2017

Melatih Kemandirian #10

Tibalah di hari terakhir tantangan games level 2 kelas Bunda Sayang Institut Ibu Profesional Banten. Sebenarnya masih ada kesempatan sampai dengan tanggal 30 Juli, namun motivasi terkuat yang ada pada diriku saat ini adalah menyelesaikan hingga tuntas #tantangan10hari-nya saja. Meskipun hanya 10 hari, tapi ada rasa tanggung jawab dan tantangan yang besar untuk menyelesaikannya. Misal dalam melatih keterampilan memasak, aku begitu bersemangat untuk mendokumentasikannya, walaupun terkadang lupa. Sama halnya dalam melatih keterampilan kedua, yaitu kemandirianku sebagai guru TK dalam konsisten mengisi catatan anekdot dan tidak menundanya.
Kejadian anak memukul temannya, berebut mainan, hingga menangis saat berpisah dengan ibunya masih menjadi catatan anekdot dalam 3 minggu aku mengajar disekolah ini. Aku masih belajar menjadi guru yang mandiri, aku masih belajar untuk melaksanakan tugas-tugasku sebagai guru secara konsisten. Artinya, aku berusaha mengerjakan tugas-tugasku tepat waktu, tidak menunda-nunda, dan sepenuh hati.
Hari ini 3 orang muridku tidak sekolah. Selain alasan sakit, satu diantara mereka tidak sekolah karena belum bisa beradaptasi dengan lingkungan sekolah dan orang tua yang kurang survive untuk menghadapi tantangan yang datang dari anak mereka sendiri. Ketujuh anak yang sekolah kucatat perkembangannya di hari ini. Semua masih naik turun. Ada yang tadinya sudah tidak menangis ketika berpisah dengan ibu, hari ini malah menangis. Ada yang tadinya tak mau shalat berjama'ah, hari ini mau shalat, bahkan menjadi imam. Ya begitulah anak-anak. Lima hari memenuhi tantangan games level 2 bersama mereka bagiku sungguh luar biasa. Ada efek "tanggung jawab besar" dan "merasa tertangtang" yang mengalir dalam keseharianku menjadi guru sejak saat ini. Terima kasih IIP.

#Level2
#BunsayIIP
#MelatihKemandirian
#Tantangan10hari

Selasa, 25 Juli 2017

Melatih Kemandirian #9


Kondisi tubuhku hari ini memang sedikit kurang fit, tapi aku berusaha agar tetap terjaga meski semalaman kemarin tidurku tak berkualitas karena harus menjemput rombongan dari Jepang yang tiba pukul 01.30 WIB. Memimpin anak-anak berbaris, membimbing shalat, melakukan kegiatan belajar mengajar hingga bermain cukup menguras kesabarn. Belum lagi catatan anekdot yang harus aku buat.
Alhamdulillah hingga hari ini aku masih konsisten untuk tidak melupakan tugasku yang terbilang kecil namun penting ini. Kejadian hari ini memang luar biasa, aku mulai membuat deskripsi tentang salah satu anak yang menangis tantrum karena belum bisa berpisah dengan ibunya di sekolah. Belum lagi ada anak yang sakit. Semoga esok hari aku masih bisa konsisten menjadi guru yang terampil dalam menuangkan tulisannya dalam membuat catatan anaekdot.

#Level2
#BunsayIIP
#MelatihKemandirian
#Tantangan10hari

Melatih Kemandirian #8


Mengajar di TK memang sangat melelahkan, meskipun begitu aku masih bersyukur bisa menjalani profesi guru dengan perasaan nyaman dan menyenangkan. Hari-hariku selalu penuh tawa. Kadang kejengkelan juga ada, tapi aku selalu berusaha meredamnya. Aku berusaha untuk tidak meluapkan emosiku di depan anak-anak.
Seperti biasa, usai shalat dzuhur, aku segera menyambar dua buah buku di rak, buku absensi dan buku catatan anekdot. Usai mengisi absen anak-anak, aku segera menggoreskan tinta pena diatas kerta bergaris. Diawali dengan anak-anak muridku yang melakukan hal-hal tantrum hingga hal-hal luar biasa yang menggembirakan lainnya.
Dari 10 anak yang menjadi jumlah muridku, hampir semua kejadian yang mereka alami aku tulis. Aku berusaha mengingat hal demi hal yang terjadi setengah hari itu. Jika ditunda-tunda maka lupa akan segera melanda. Haha.



#Level2
#BunsayIIP
#MelatihKemandirian
#Tantangan10hari

Minggu, 23 Juli 2017

Menapaki Senja di Kota Wisata

Katanya aku harus terus berlari mengejar mimpi demi membalas budi. Tak ada kesempatan bagiku untuk menjelaskan apa mauku dan apa alasannya. Semua harus sesuai dengan ketentuan yang umum dijalani orang-orang. Tak ada yang paham, tak ada yang berusaha mengerti. Kini aku hanya bisa menunggu dan menjalani setiap detik kehidupan yang menghampiri.
Mengajar masih kugeluti dengan tulus ikhlas. Harapanku hanya satu, agar menjadi inspirasi. Meskipun kadang kurasa aku tak akan bisa menjalaninya sendiri. Kini berbeda tempat dan berbeda pula orang-orang yang aku temui. Kultur sosial yang tinggi seakan memaksaku untuk pergi, tapi untungnya tidak. Aku memilih berjalan maju untuk menghadapinya.
Tingkah polah anak-anak yang lugu ditengah hiruk pikuk kehidupan materialisme menjadi tantangan baru yang harus kulalui. Pola pikir orang tua yang berduit tapi nol dalam ilmu pengasuhan pun menambah beban masalah. Tapi bukankah semua penyakit ada obatnya. Meskipun penyakit jenis ini termasuk kebal serum sekalipun. Tak ada senyum, tak ada respect. Itulah perbedaan di lingkungan ini dengan lingkunganku yang sebelumnya. Tapi aku tak goyah. Mereka sama-sama manusia, dan aku respect pada anak-anak mereka. Sebagian anak-anak didikku ada yang menjadi korban pola asuh yang salah dari kedua orang tuanya, ada pula yang berasal dari yayasan kaum dhuafa. Semuanya tetaplah anak didikku yang aku sayangi.
Tak hanya ingin menambah jam terbang, aku bertekad untuk membimbing mereka sepenuh jiwa. Aku tak ingin hanya asal mengajar. Aku ingin menjadi guru yang mandiri dan penuh totalitas meskipun harus berjalan sendiri menapaki senja di Kota Wisata.

Jumat, 21 Juli 2017

Melatih Kemandirian #7

Tepat 11.30 WIB aku mulai mengisi absensi dan menulis catatn anekdot. Karena hari ini hari Jumat, maka jadwalnya anak-anak pulang sekolah lebih awal, yakni pukul 11 siang. Kegiatan belajar mengajar berjalan cukup lancar. Beberapa anak yang lebih aktif dari teman-temannya di kelas alhamdulillah tertangani.
Catatan anekdot yang aku buat biasanya berisi hal-hal yang terjadi di kelas. Aku mencatat hasil observasi pada semua anak selama mengajar di kelas. Hari ini ada 6 anak yang sekolah. Mereka semua tak luput dari catatanku. Aku sangat bahagia ketika mencatat perkembangan salah satu anak. Sebut saja ia Ofar. Bocah laki-laki yang baru masuk sekolah di hari ke-3 minggu pertama masuk sekolah. Awalnya ia belum begitu mampu mengendalikan emosinya. Ofar sangat senang bergerak kesana kemari, ia sering melempar barang dan memukul. Namun kini Ofar mulai berubah sedikit demi sedikit menjadi lebih tenang.
Ada kenikmatan tersendiri bagiku dalam menulis catatan anekdot yang berupa narasi. Aku harus belajar bagaimana menyusun kata sehingga menjadi kalimat yang enak dibaca dan dijadikan laporan perkembangan di akhir semester nanti. Tetap semangat Bunda dan calon Bunda!

#Level2
#BunsayIIP
#MelatihKemandirian
#Tantangan10hari

Kamis, 20 Juli 2017

Melatih Kemandirian #6


Beradaptasi adalah hal yang wajib aku lakukan ketika aku menjadi pengajar di sekolah sekaligus lingkungan tempat tinggal yang baru. Ini kali kedua bagiku untuk mengaplikasikan ilmu yang aku pelajari selama 4,5 tahun kemarin. Mengajar selama dua tahun di dua TK yang berbeda memberiku banyak pengalaman dan kenangan berharga. Banyak kewajiban yang harus aku lakukan. Sejauh ini alhamdulillah, aku mampu menjalani semuanya dengan hati dan pikiran yang terasa ringan. Tentu akan selalu ada hambatan atau tantangan, tapi sebagian besar muncul dari dalam diriku sendiri. Ya, perasaan MALAS.
Jika di TK sebelumnya aku harus membuat rencana pembelajaran dengan cara ditulis tangan setiap harinya, belum lagi penilaian yang sebareg, kini aku hanya harus melakukan hal yang jauh lebih ringan karena konsep pembelajaran di sekolah sudah tersedia, tinggal menyiapkan medianya saja. Penilaiannya pun tidak sampai seabreg. Hanya ada catatan anekdot yang harus aku tulis setiap hari.
Nah, kewajiban menulis catatan anekdot inilah yang terkadang masih terlupakan. Selain karena aktivitas lain yang harus aku kerjakan, di saat luang pun terkadang aku malah kelupaan. Di kesempatan kali ini, 5 hari games level 2 IIP akan aku gunakan untuk merutinkan dan mewajibkan diriku sendiri untuk segera menulis anekdot murid-muridku. Aku harus melatih kemadirianku sebagai seorang guru dengan cara konsisten mengerjakan tugas-tugas di sekolah pada waktu yang sama, tanpa ditunda-tunda. Dan ini adalah hari pertama bagiku dalam melatih keterampilan ke-2 setelah keterampilan memasak yang aku dokumentasikan kemarin.
Ini bukanlah hari pertama aku memulai untuk konsisten, beberapa hari yang lalu sebetulnya aku sudah mulai mencoba konsisten untuk menulis anekdot setiap pukul 13.30 WIB. Biasanya selesai beres-beres kelas, shalat dzuhur, makan siang, dan istirahat barang sebentar, biasanya aku akan selalu mengingatkan diriku sendiri untuk segera menulis anekdot.
Hari ini aku lebih bersemangat menulis anekdot dari biasanya, karena salah satu muridku di kelas menunjukkan perkembangan ke arah lebih baik dibanding ketika awal ia masuk ke sekolah.Ada kebanggan tersendiri melihat perkembangan positif darinya meskipun membutuhkan waktu dan kesabaran tingkat tinggi. Semoga esok dan seterusnya aku bisa menjadi pendidik yang lebih baik. Semangat menambah jam terbang dalam mendidik!

#Level2
#BunsayIIP
#MelatihKemandirian
#Tantangan10hari

Rabu, 19 Juli 2017

Melatih Kemandirian #5

Entah apa yang menjadi alasanku melakukan banyak hal bodoh beberapa hari terakhir ini. Misalnya saja kemarin, selesai mengajar, sore harinya aku pergi berbelanja sayuran dan kebutuhan bumbu harian. Saat mampir di penjual rempah-rempah, terjajar rapih bumbu golongan umbi akar, seperti jahe, lengkuas, kunyit, dan lain sebagainya. Aku dan temanku berdiri di depan salah satu bumbu tersebut, sekilas kami tidak bisa membedakan apakah itu jahe atau lengkuas. Aku mencoba mengendus baunya, tapi nihil, tak ada aroma yang aku kenali. Aku pun bertanya, "pak ini lengkuas?". Si penjual menunduk sambil menahan tawa, "itu jahe, neng!". *Gubrak
Tak hanya itu, selesai dari pasar, aku mengunjungi salah satu gerai perusahaan telekomunikasi untuk melaporkan pengaduan atas masalah telepon di TK yang rusak jaringannya. Selesai parkir, aku seharunya berjalan ke arah dalam, tapi malah sebaliknya. Ternyata tempat itu sejenis gudang teknisi, aku pun menahan malu sambil tertawa bersama temanku. Tak sampai disitu. Ketika hendak keluar dari gerai, aku salah membuka pintu. Terdapat dua daun pintu dan salah satunya dikunci. Aku malah mendorong pintu yang terkunci tersebut. Jelas, tak akan terbuka. Aku kembali menahan malu sambil tertawa bersama temanku. Haha
Kegiatan memasak kemarin hanya aku lakukan pada pagi hari. Dan itu tidak sempat aku dokumentasikan karena keadaan yang tidak memungkinkan. Setelah siap dengan pakaian mengajar,  tiba-tiba muncul inisiatif untuk membuat bihun goreng yang dimasak kecap. Dan kali hari ini aku akan memasak bakwan sayuran, Menu yang sudah biasa aku masak. Tapi lumayan-lah untuk menambah jam terbangku dalam hal memasak. Semangat!

#Level2
#BunsayIIP
#MelatihKemandirian
#Tantangan10hari

Senin, 17 Juli 2017

Melatih Kemandirian #4

Keasinan mungkin menjadi salah satu hal yang paling ditakuti oleh seorang perempuan yang belum menikah, termasuk aku. Haha. Selepas magrib tadi seperti biasa aku memasak. Kali ini menunya ayam goreng. Jika biasanya aku menggunakan bumbu ungkep ayam instan, kali ini untuk kedua kalinya aku mengungkep ayam dengan bumbu yang dibuat manual. Bedanya, kali ini bumbu yang ada di rumah serba terbatas. Hanya ada kunyit, bawang merah bawang putih, daun jeruk, garam, dan gula.
Tak disangka setelah aku menghaluskan bumbu dan memasukannya ke wajan yang berisi ayam dan air yang telah aku siapkan, garam yang aku bubuhkan ternyata terlalu banyak! Aku baru menyadarinya setelah 20 menit proses ungkep. Ketika aku mencicipinya, weeeeeek asin!
Sebetulnya tidak masalah bagiku, tapi yang makan masakanku tidak hanya aku, ada ibu kepala sekolah juga. Yang aku tahu, beliau tidak bisa mengkonsumsi masakan terlalu asin karena biasanya langsung pusing. Ya ampun. Karena gelagapan, aku langsung menambahkan air pada ungkepan ayam tersebut. Alhamdulillah rasa asinnya sedikit berkurang. Wkwk
Setelah selesai diungkep, aku pun menggoreng beberapa potong. Ternyata rasanya tidak terlalu asin seperti yang aku bayangkan. Fiuh...ada apa dengan 2 hari ini?

#Level2
#BunsayIIP
#MelatihKemandirian
#Tantangan10hari

Melatih Kemandirian #3

Berakhir sudah aktivitasku hari ini. Dari mulai bangun pagi, mencuci baju, piket guru, mengajar TK, mengajar les, typing, evaluasi pengajaran, masak, dan terakhir menulis games level 2 ini. Dua hari terakhir aktivitasku benar-benar padat merayap, sampai-sampai lupa untuk mendokumentasikan kegiatanku memasak. Tapi dengan sejujur-jujurnya aku menceritakan kegiatanku dalam melatih kemandirian yang terkait dengan keterampilan memasak ini. Kemarin entah kenapa untuk kali pertama masakanku bisa dibilang gagal. Bukan rasanya yang tidak enak. Tapi masakan yang yang basi, tidak seperti sebelum-sebelumnya. 
Sup ayam menjadi pilihan menu yang aku masak kemarin. Selain baru saja paginya aku membeli ayam potong, sisa sayuran seperti kol, wortel, kentang, dan daun bawang masih tersedia dalam jumlah cukup. Entah mungkin karena lelah, saat mengolah bahan-bahan, aku melupakan satu hal yang ternyata sangat penting, yaitu mencuci kol dan daun bawang. Aku tak menyangka jika hal tersebut menyebabkan masakanku basi. Padahal sebelumnya aku pernah memasak sup ceker ayam, tapi tidak sampai basi.

#Level2
#BunsayIIP
#MelatihKemandirian
#Tantangan10hari

Sabtu, 15 Juli 2017

Melatih Kemandirian #2


Suasana petang menjelang malam di kawasan Cibubur masih seperti biasa, ramai cenderung tenang. Hanya suara kendaraan yang mungkin 1 menit sekali melintas tepat di depan jalan utama Salzburg. Aku masih dengan beberapa tugas typing yang belum terselesaikan. Kantuk mulai tak tertahankan, tapi demi konsisten menyelesaikan games level 2 di kelas Bunda Sayang IIP Banten, aku masih duduk tegak di depan monitor laptop. Padahal baru saja sekitar 30 menit yang lalu aku menyelesaikan ritual memasak makan malam dengan 2 menu sekaligus. Jika sebelumnya aku hanya sekedar masak, kini setelah diumumkan adanya games level 2, memasak tidak hanya sekedar memasak, tapi aku harus berusaha profesional dalam melakukannya. Membeli bahan makanan sehat, mencuci bahan makanan hingga bersih, tidak menggunakan MSG, menggunakan bumbu secara efektif, mengolah makanan dengan urutan yang benar, sampai pengambilan dokumentasi dari sudut yang pas.Semuanya kulakukan dengan antusias.
Aku mulai memasak pada pukul 18.30. Menu kentang teri balado dan bihun goreng menjadi media bagiku dalam melatih kemandirian kali ini. Setiap kali memasak aku selalu mencoba untuk tidak terburu-buru atau ceroboh. Hal tersebut reflek alami dari gerakanku sehari-hari. Maka dari itu aku mencoba untuk terus memperbaikinya agar masak terlihat indah dan rapih. Tidak lucu juga kan ketika kentang yang sudah aku goreng sebagiannya terjatuh saat aku tiriskan?
Aku mencoba mengatur waktu memasak karena waktu menjelang shalat Isya. Setelah aku selesai mengeluarkan semua bahan masakan, aku baru ingat persediaan nasi yang tinggal sedikit. Maka kumulai dengan mencuci beras kemudian memasaknya. Selanjutnya aku mengolah bihun terlebih dahulu. Sementara aku merebus bihun, aku mengupas dan mencuci kentang, cabai, bawang merah, dan bawang putih. Ketika bihun sudah matang, aku menyiapkan telur sebagai campuran dengan menggorengnya terlebih dahulu. Selanjutnya aku mulai menghaluskan bumbu-bumbu sambil menggoreng kentang dan teri.
Singkat cerita, semua bahan setengah matang tersebut hampir selesai. Semuanya tinggal aku campurkan. Teri dan kentang goreng aku campurkan dengan bumbu halus yang sudah diblender. Jadilah teri kentang balado. Dan untuk bihun aku pun melakukan hal yang sama, tinggal menumis bumbu, memasukkan bihun, membubuhkan kecap manis, dan terakhir telur goreng yang sedikit diorak arik. Jadilah bihun goreng ala ala.
Besok masak apa lagi ya?

#Level2
#BunsayIIP
#MelatihKemandirian
#Tantangan10hari

Jumat, 14 Juli 2017

Melatih Kemandirian #1


Tiba saatnya untuk mengerjakan Games Level 2 di kelas Bunda Sayang. Ada beberapa kategori yang disediakan fasilitator untuk diselesaikan dalam periode waktu 13-30 Juli 2017, yaitu melatih kemandirian anak, pasangan, atau diri sendiri bagi yang masih single. Karena aku belum menikah, maka aku mengerjakan games ini berdasarkan kriteria member yang masih single. Ketentuannya adalah aku harus mampu melatih minimal 1 kemandirian dan maksimal 2 kemandirian. Melatih kemandirian untuk diri sendiri banyak macamnya, misal melatih diri sendiri untuk menguasai skill memasak atau kemandirian Iman, seperti konsisten membaca 1 juz Al Qur'an per hari atau shalat tahajud tiap malam.
Nah, kedua kemandirian tersebut akan coba aku latih pada diriku sendiri. Kebetulan saat ini aku baru saja pindah domisili karena mengajar TK di salah satu perumahan elit Cibubur. Karena kondisi ini, aku dituntut untuk mampu mengolah menu makanan setiap harinya secara mandiri. Aku tidak bisa mengandalkan siapapun, tidak ada warung nasi, warteg, dan sejenisnya. Yang ada hanyalah bahan makanan di kulkas yang telah disediakan ibu kepala sekolah, atau supermarket berlogo pahlawan yang menyediakan serba-serbi makanan segar nan mahal. Selain itu, aku juga mencoba untuk konsisten melatih kemandirian Iman. Hal itu dikarenakan lingkungan tempat tinggalku saat ini jauh dari sosialisasi dengan teman atau tetangga yang biasa berbaur. Tidak ada yang mengingatkan untuk melakukan amalan yaumiyah selain diriku sendiri.
Belum genap dua minggu, proses adaptasiku mulai membuahkan hasil. Aku mulai mampu menyesuaikan diri dengan hal-hal yang harus aku kerjakan hingga selesai. Dari mulai bangun pagi, piket guru, mengajar, evaluasi kegiatan, memasak, mencuci, mengerjakan proyek penelitian, ditambah lagi dengan games level 2 Bunda Sayang yang harus konsisten aku selesaikan menjadi rutinitasku saat ini. Butuh motivasi tinggi agar terhindar dari rasa malas.
Seperti hari ini, meskipun Jum'at, tidak ada kata "setengah hari" bagiku. Aktivitasku masih berakhir seperti waktu-waktu biasanya. Selesai urusan sekolah, aku belanja mencari bahan makanan kemudian berkutat di dapur untuk memasak. Meskipun hanya 2 menu makanan, tapi mengupas bawang yang lebih banyak dari porsi masakku biasanya mnejadi pekerjaan detail yang harus sabar aku lakukan. Pola makan sehat ibu kepsek sepertinya mulai menular padaku. Masakan yang sama sekali tanpa MSG dan garam yang berlebihan serta menu protein yang harus selalu ada menjadikanku berpikir keras "menu apa lagi yang harus aku masak, yang harus aku pelajari?".
Meski sejauh ini masakanku belum pernah gagal, tapi peningkatan menu masakan sehat belum tercapai. Mudah-mudahan di hari berikutnya aku bisa menambah skill kemandirianku ya. Semangat!

#Level2
#BunsayIIP
#MelatihKemandirian
#Tantangan10hari

Jumat, 07 Juli 2017

Si Upik Bercerita

Kini saatnya mengukir jejak baru. Berada di tempat baru menyebabkan si Upik harus kembali beradaptasi. Kini ia kembali merantau dari kampung halaman bukan untuk kuliah lagi, tapi untuk mengajar TK. Tampaknya kedua hal tersebut berbeda, namun si Upik tak ingin menyebut dirinya sedang bekerja. Si Upik sangat senang jika ia menyebut hal yang kini sedang dijalaninya ialah sebagai proses belajar, menambah pengalaman, mengukir jejak baru.
Jauh dari keluarga memang terasa sangat pahit. Seakan hidup sengsara hanya dijalaninya sendiri. Melakukan semua hal sendiri. Tapi euforia perayaan wisuda April lalu lebih dari cukup baginya sebagai obat rindu. Berkumpul dengan keluarga setelah 4 tahun lebih merantau untuk meraih gelar sarjana pendidikan menjadi hal yang takkan terlupakan. Lebih-lebih lokasi wisudanya di sekitaran Lembang dan kado spesial yang tak disangka-sangka ialah menjadi salah satu wisudawan terbaik sekaligus memboyong semua anggota keluarga dengan undangan VIP. Semoga setelah merantau kali ini si Upik bisa kembali mengumpulkan anggota kekuarganya di acara resepsi pernikahan. *eh
Si Upik masih sering menggunakan istilah "rasa-rasanya...", entah mungkin karena waktu yang ia lalui terasa cepat berlalu. Sampai saat ini ia bilang rasa-rasanya baru kemarin ia masih di Serang, menjalani rutinitas mengajar sampai jatuh memeluk aspal kemudian mudik ke kampung halaman. Rasa-rasanya baru saja kemarin ia bertemu dengan pangeran berkuda putih yang mengurusinya saat kecelakaan. Ah rasa-rasanya kejadian itu menjadi kenangan terbaik yang hanya bisa ia simpan.
Si Upik kini masih menanti hari esok yang penuh misteri. Semoga semangatnya tak akan pernah pergi.

Cibubur, 8 Juli 2017