Jumat, 24 Juni 2016

Keluarga Baru di Nakon Ratchasima

Nakon Ratchasima adalah salah satu provinsi di Thailand yang dapat ditempuh kurang lebih selama 2 jam 43 menit menggunakan mobil pribadi. Nama lainnya adalah Khorat. Provinsi ke-6 yang aku kunjungi selama berada di Thailand. Kesempatan untuk berkunjung datang dari Ajarn Prasong. Kami berangkat dua hari yang lalu, tepatnya pada tanggal 21 Juni. Beliau menjemputku dari dormitory sekitar pukul 13.00 dan tiba sekitar pukul 19.00. Loh! Tadi katanya cuma 2 jam 43 menit? Iya, beliau mengajak kami--aku, satu orang muridnya, dan Ajarn Wajjupa--untuk mampir ke dua tempat yang merupakan objek wisata yang ada di distrik Phimai, yaitu objek wisata religi (Budha) yang tak aku ketahui namanya dan Phimai Historical Park.
anybody can translete, please :)

Rerimbunan pohon yang menjadi pusat tempat wisata religi (Budha).

Bagian depan Phimai Historical Park.
no caption :)
Sekitar sebulan yang lalu, Ajarn Prasong mengajakku untuk turut serta dalam kegiatan "English Kid's Camp" yang diselenggarakan oleh Thetsaban 5, Wat Samoh Rai (kelas 5, sekolah "Wat Samoh Rai"). Awalnya aku menolak karena ada agenda observasi yang harus aku lakukan di Satit Demonstration School of Mahasarakham University. Namun dengan berbaik hati, Ajarn Prasong memberitahuku bahwa ia akan dengan senang hati untuk menerima konfirmasi jika aku berubah pikiran. Dan akhirnya dosen pembimbingku menyetujui agar aku turut serta bersama Ajarn Prasong.


Dalam kegiatan english camp tersebut, Ajarn Prasong bersama ketiga rekannya--yang telah aku sebutkan diatas--menjadi story teller. Beliau-beliau bisa dibilang expert dalam bidang story telling. Tak hanya mendongeng dalam bahasa Thailand, beliau-beliau mahir mendongeng dalam bahasa Inggris. That is cool!

Aku, phi (Thai: kakak, "kak") Jum, dan guru-guru Wat Samoh Rai.
Aku merasa sangat bersyukur mendapat kesempatan ini. Aku banyak bertemu dengan orang-orang baru. Dan yang lebih menyenangkan adalah aku bisa berinteraksi dengan anak-anak. Walaupun mereka bukan early childhood--karena peserta english camp rata-rata berumur 11 tahun, tapi aku tetap gembira bisa tertawa dan berbagi ilmu bersama mereka. Uniknya, ada satu orang anak perempuan yang begitu antusias mendekatiku. Bahkan tadi di hari terakhir kegiatan, ia yang paling erat memelukku. 
Aku terbawa suasana haru karena perpisahan. Beberapa anak yang sebelumnya tak pernah berkomunikasi denganku, datang menghampiriku dan berkata sesuatu dalam bahasa Thailand yang tidak dapat aku mengerti, aku hanya mengangguk kemudian terkejut karena ternyata ia meminta ijin untuk memelukku. Sungguh aku merasa memiliki keluarga baru. Mereka menerimaku dengan kehangatan hati. 
Aku, peserta engslih camp yang sebelumnya sempat memelukku, dan salah satu guru bahasa Inggris di Wat Samoh Rai

Seusai acara, kami berfoto bersama. Mereka kembali ke rumah masing-masing, dan aku masih menunggu esok hari untuk kembali ke dormitory. Sore hari tadi, Ajarn Prasong kembali membawaku tour. Kali ini sasarannya museum. Oh iya, jika kemarin kami sempat tour menuju salah satu kawasan pertanian dan harus gigit jari karena tempat tersebut ditutup untuk umum saat musim hujan, kali ini juga sama. Museum tersebut tutup, namun kami tak kembali gigit jari karena hanya dengan berjalan di sekitar area museum, rasa ingin tahu kami--khususnya aku--dapat terpenuhi.
Sesi foto bersama peserta engslish camp.
Bagian depan kawasan wisata pertanian yang tidak jadi kami kunjungi.

Di museum sore tadi.
Saat ini, aku masih berada di salah satu kamar hotel di komplek Royal Thailand Army. Tempat yang sangat nyaman untuk persinggahan sementara. Terdapat beberapa danau dan taman yang ditata dengan apik. Lagi-lagi aku sangat bersyukur karena suguhan ciptaan-Nya. Alhamdulillah...

View danau di sekitar penginapan Army Complex.
Sekian, semoga menginspirasi.
Korat, 24 Juni 2016
23.03

Selasa, 21 Juni 2016

Belajar Ikhlas dari 1900 Baht

Selamat pagi. Tumben nih pagi-pagi udah semangat buat bangun, mandi, nyuci, dan nulis di blog. Hehe. Ceritanya hari ini aku akan pergi ke provinsi Korat selama 3 hari 2 malam untuk mengikuti English Kid’s Camp 2016 di Thetsaban 5 (Wat Samoh Rai). Packing udah, nyiapin makanan buat sahur disana juga udah, cuma persiapan mental doang yang belum! Secara, Ajarn Prasong yang mengajakku--untuk turut serta--memberikan tugas padaku untuk mendongeng! Iya aja kalau mendongengnya dalam bahasa Indonesia, ini bahasa Inggris. Ya Rabb...berikanlah kemudahan. Aamiin.
Ajarn Prasong sosok yang sangat baik menurutku. Beliau yang sebelumnya aku pikir sangat kaku, ternyata salah. Ia berusaha untuk caring dan humble terhadapku. Contohnya kemarin, ia membantuku membuat visa ke kantor imigrasi di provinsi Khon Kaen. Padahal, beliau memiliki acara konfrensi. Awalnya aku merasa tak enak hati, namun mau bagaimana lagi jika tidak pergi bersama beliau. Tidak ada yang bisa membantuku. Kebetulan semuanya sedang sibuk, termasuk advicer-ku.
Cerita tentang visa, aku benar-benar mulai belajar ikhlas terhadap semua hal yang aku alami. Beberapa hari yang lalu ketika masalah terkait perpanjang visa bermunculan, aku mulai belajar ikhlas, aku mencoba menyerahkan segala urusan pada Alloh. Aku hanya berusaha yakin bahwa yang terjadi adalah yang terbaik. Aku hanya dituntut untuk bisa berpikir jernih dalam mencari solusi, selebihnya harus aku pasrahkan segala urusan pada Alloh.
Aku tidak ingin terus mengeluh hanya karena tanpa diduga aku harus dua kali mengeluarkan biaya sekitar 1900 baht hanya untuk perpanjangan visa. Aku pun mencoba menerima keadaan yang tidak menyenangkan ketik proses birokrasi yang begitu kaku harus aku alami. Semua aku ikhlaskan, aku yakin ini sudah menjadi skenario yang ditetapkan-Nya, dan pasti ada hal indah setelah kejadian ini. Uang sebesar 1900 baht, dikali 2, adalah jumlah yang tidak sedikit untukku. Apalagi uang tersebut rencananya akan aku gunakan untuk biaya kuliah dan modal usaha kecil-kecilan saat kembali di Indonesia. 
Tapi sekali lagi aku belajar ikhlas. Aku mencoba belajar, mengambil hikmah, dan merenungkan semua yang telah terjadi padaku. Kalau kata Tere Liye, "Tidak ada yang kebetulan di muka bumi. Semua adalah skenario Tuhan, pemilik rencana paling sempurna. Dengan meyakini semua adalah skenario dari Tuhan, kita bisa menerima kejadian apapun dengan lapang dada sambil terus memperbaiki diri, agar tibalah skenario yang lebih baik lagi". Bismillah, semoga hidupku lebih baik, Semoga semua yang aku hadapi diberi kemudahan. Aamiin

Senin, 20 Juni 2016

Terang Purnama di Amphoe Mueang Mahasarakham

Amphoe Mueang adalah sebutan untuk 'distrik; dalam bahasa Thailand. Distrik itu kurang lebih sama dengan wilayah administratif setingkat kecamatan. Jadi, Amphoe Mueang Mahasarakham sama saja dengan distrik Mahasarakham.

Amphoe Mueang Mahasarakham adalah tempat yang tak pernah aku sangka sebelumnya untuk tinggal sementara, termasuk menjalankan ibadah puasa. Tantangan jelas lebih berat aku rasakan pada bulan Ramadhan tahun ini. Jauh dari keluarga, berada di lingkungan yang mayoritas Budha, temperatur udara yang tinggi karena musim panas, dan segudang tugas penelitian yang tetap harus aku selesaikan. Belum lagi masalah-masalah lain yang datang secara tiba-tiba. Seperti proses perpanjangan visa yang mendadak baru aku ketahui harus dilakukan dua kali , pembayaran dormitory yang sebelumnya aku ketahui gratis, dan perjalananku ke Khon Kaen bersama dosen pembimbingku yang akhir-akhir ini tidak menjadi perjalanan menyenangkan karena lamanya waktu yang harus aku habiskan di lobi hotel untuk menunggu beliau selesai kuliah.

Dalam keadaan berpuasa, tak jarang aku berusaha menahan amarah dan kesedihan. Ternyata, ke luar negeri tak melulu jalan-jalan, tapi ada detail berkas yang harus dipersiapkan, ada budi yang harus dibalas, ada pekerjaan yang harus dilakukan seorang diri, dan itu semua memerlukan biaya, tenaga, waktu, serta pikiran.

Dari sekelumit masalahku diatas, aku tetap yakin bahwa akan ada sesuatu yang indah sedang menanti. Tugasku hanyalah terus mencoba melakukan yang terbaik. Bukankah pekatnya malam akan berganti dengan terangnya siang? Bahkan malam pun memiliki purnama yang cahayanya tak sekedar menerangi, namun memberikan keindahan dalam kegelapan.

Jika Ramadhan adalah cahaya yang terang, dan masalah-masalahku tersebut adalah malam yang pekat, maka diantara malam-malam tersebut hanya doa yang dapat aku panjatkan. Karena doa itu ibarat purnama yang bercahaya dan memberikan keindahan. Semoga doa ini senantiasa menentramkan hati, bukan hanya berharap untuk dikabulkan. Karena terang purnama di Amphoe Mueang Mahasarakham mengajariku arti sebuah perjuangan.


Mahasarakham, 20 Juni 2016

Rabu, 15 Juni 2016

Pengalaman Seru di "Satit DMSU"

Satit DMSU (Demonstration School of Mahasarakham University) adalah nama sebuah Taman Kanak-kanak yang memiliki fasilitas satu ruang bermain indoor, taman bemain outdoor yang sangat luas, toilet yang jumlahnya sangat memadai, lahan parkir yang juga cukup luas, pepohonan yang rimbun, english center, serta tujuh ruang kelas dengan masing-masing kelas memiliki satu orang guru dan satu orang asisten guru. Kelas di Satit DMSU terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok 1 untuk anak usia 4-5 tahun dan kelompok 2 untuk anak usia 5-6 tahun. Kelompok 1 terdiri atas 4 ruangan, 1/1 sampai dengan 1/4, dan kelompok 2 terdiri atas 3 ruangan, 2/1 sampai dengan 2/3. Kelas 2/3 adalah tempatku observasi.
Jumat, 3 Juni 2016 adalah kali pertama aku berkunjung ke TK tersebut setelah sebelumnya hanya bisa lewat dan melihat keadaan TK dari jalan tempatku melintas yang dekat dengan lokasi bangunan. Pada hari itu Dr. Jiraporn Chano, dosen pembimbingku, memperkenalkanku pada Klu Pla dan Klu Pich. Klu adalah sebutan untuk guru yang mengajar di setingkat TK, SD, SMP, dan SMA, dalam bahasa Thailand. Sedangkan Ajarn adalah sebutan untuk guru yang mengajar di universitas. Setelah berbasa-basi barang sebentar, dosen pembimbingku pulang karena harus menjalani rehabilitasi pada kakinya yang baru selesai dioperasi, dan Klu Pla mengajakku keluar kelas untuk kemudian diperkenalkan pada semua guru yang mengajar di Satit DMSU. Mereka semua sangat hangat menyambutku. Aku sangat bahagia pada saat itu. Alhamdulillah...
Oiya, satu masalah kecil yang sebetulnya sangat penting, yaitu masalah komunikasi dengan guru di kelas tempatku melakukan observasi. Beliau tidak terlalu paham bahasa Inggris. Beberapa kali aku mencoba bertanya padanya, namun jawaban yang beliau berikan hanya sekedar "oke", padahal bukan itu yang aku maksud. Salah satu contoh, ketika aku bertanya tempat dimana aku bisa melakasanakan shalat, beliau hanya memancarkan ekspresi bingung kemudian keluar kelas dengan sedikit terburu-buru. Aku pun tak tahu apa yang akan beliau lakukan. AKu hanya berdiri di depan pintu sambil melihat kemana beliau hendak pergi. Ternyata tak selang berapa lama, beliau seperti menemukan sesuatu. Dan keluarlah seorang pria 'bule' dengan berpakaian rapih plus kacamata. Kutebak beliau adalah guru bahasa Inggris, dan ternyata benar. Yang membuatku amat terkejut adalah, 'bule' tersebut mengerti  dan fasih berbicara bahasa Thailand!
Klu Pla seperti hendak menjelaskan bahwa ia tidak paham apa yang aku tanyakan. Kemudian Klu Pla memperkenalkanku pada 'bule' tersebut. Panggilannya Klu Eun. Langsung saja aku pun memperkenalkan diri dan mengutarakan maksudku bahwa aku mencari tempat untuk shalat. Singkat cerita, bereslah masalahku atas bantuan Klu Eun. Terima kasih Klu Eun :)
Senin, 6 Juni 2016, hari pertama bagiku untuk melakukan observasi. Sedikit canggung dan bingung, canggung karena suasana baru dan bingung karena bagaimana aku berkomunikasi dengan anak-anak, namun itu semua tak berlangsung lama. Kini aku dan anak-anak sudah sangat akrab, meski apa yang mereka bicarakan padaku belum dapat aku mengerti. Sejauh ini aku hanya paham beberapa kata dasar  bahasa Thailand yang sudah aku pelajari sebelumnya, selebihnya aku dapat mengerti ketika mereka berbicara padaku sambil mereka menggerakkan tubuh atau menarik tanganku jika memerlukan sesuatu.
Kini hari ke-7 telah usai aku jalani, durasi observasi yang awalnya aku kira sangat lama, ternyata berlalu begitu cepat. Ketika aku mulai akrab dengan anak-anak, tanpa sadar tinggal tujuh kali pertemuan lagi dengan mereka. Seminggu empat kali observasi, senin hingga kamis. Dan di tanggal 22-24 Juni aku harus mengikuti english camp bersama Ajarn Prasong di Provinsi Udontano Nakhoracashima.
Observasi yang bersamaan dengan bulan Ramadhan dimana aku harus berpuasa dan keteteran membagi waktu untuk tidur, mengurus kebutuhan pribadi, kegiatan Ramadhan, mempelajari materi TOEFL, mengerjakan exercise TOEFL, menyusun laporan, dan menyusun skripsi, membuat semangat dan kondisi tubuhku naik turun. Tak jarang rasa malas 'betah' bersemayam dalam diriku (caelaaaah). Belum lagi tengah hari ketika observasi aku didera rasa ngantuk yang hebat. Ckckck
Tapi tingkah laku anak-anak kelas 2/3 Satit DMSU membuatku selalu ceria dan itu selalu menjadi alasanku untuk kembali semangat. Banyak kisah yang aku alami bersama mereka, dan lebih banyak kisah lucu plus seru.
Dari mulai tingkah mereka yang mencoba berkenalan dan berbicara denganku meski aku tidak mengerti apa yang mereka bicarakan, tingkah laku mereka yang tidak  bisa diam, kejadutian lucu seperti buang angin sembunyi-sembunyi ketika english study, keluar ingus ketika bersin dan kelabakan mencari tissue, mengompol ketika tidur siang, pergi ke toilet ketika aku menawarkan (jika tidak, ya ngompol lagi, haha), menangis karena tidak bisa menggambar, keinginan mereka untuk berbicara bahasa Inggris denganku, dan masih banyak lagi.
Aku menyayangi kalian. Terima kasih telah hadir dalam perjalanan hidupku :)

Mahasarakham, 15 Juni 2016
ditulis ketika menunggu esok hari dimana anak-anak Satit DMSU akan merayakan Hari Guru di Thailand

Selasa, 07 Juni 2016

Bapak

Dua bulan lebih empat hari sudah aku tinggal di Thailand. Selama itu pula aku tidak bisa berkomunikasi dengan bapakku. Bukannya aku sengaja melakukan hal itu, tapi sudah aku coba mengirim SMS menggunakan nomor operator Thailand, namun gagal. Aku juga sudah pernah meminta bantuan orang lain untuk menghubungi bapakku, memberikan kabar bahwa aku sudah sampai di Thailand dan dalam kondisi baik-baik saja, namun tak ada balasan.
Bapak-lah yang turut menemaniku mempersiapkan visa ke Kedubes Thailand di kawasan Mega Kuningan, Jakarta. Dengan menggunakan mobil Taxi yang dikendarainya, bapak rela mengorbankan waktu, tenaga, dan uang setorannya untukku. Bapak yang terakhir kali berjumpa denganku ketika aku harus singgah di rumah bibi untuk kemudian besoknya berangkat ke Thailand, terlihat pucat karena sakit. Yang biasanya bapak menggunakan mobil Taxi 'pegangan' dari bosnya ketika hendak menemuiku di Jakarta, saat itu ia hanya datang ke terminal Kalideres dengan menggunakan angkot dari asrama pemilik Taxi yang ia tinggali. Terakhir kali aku melihat bapak, ia begitu fokus memperhatikanku hingga aku naik ke dalam bus way tujuan terminal Pulo Gadung untuk kemudian aku turun di halte Pasar Cempaka Putih dimana rumah bibiku berada. Aku rindu bapak. Aku hanya bisa berdoa semoga setibanya di Indonesia, aku dapat bertemu kembali dengan bapak. Aamiin.


Mahasarakham, 8 Juni 2016
saat waktu menunjukkan pukul 05.16

Hari Pertama Ramadhan di Thailand

Senang sekaligus sedih. Ramadhan kali ini harus jauh 'lagi' dari keluarga. Senang karena ada semangat baru. Ramadhan menjadi pemicu semangat bagiku untuk lebih disiplin dan menyelesaikan semua tugas dengan baik dan tepat waktu. Karena waktu semakin harus pintar 'dibagi' mengingat ada aktivitas tambahan yang tidak ada di bulan lain, seperti shalat sunah taraweh  dan makan sahur. 

Disamping harus menjalankan puasa, aku juga harus tetap menjalani observasi dan menyusun hasil penelitian yang menjadi tugas utama dalam program Internship yang aku ikuti ini. Sebab harus berpuasa, bukannya bertambah berat, malah semakin ringan 'beban' yang aku rasakan. Yang tadinya harus membawa beban ekstra dalam tas setiap kali bepergian, seperti bekal makan siang dan air minum, karena puasa, itu semua otomatis tidak aku perlukan.

Meski harus 'mengungsi' ke kamar teman di depan kamarku, karena aku tak bisa bangun sahur sendiri, harus ada orang lain yang membangunkanku, aku tetap semangat! Hal yang perlu diketahui adalah: aku orang yang cenderung tidak ingin repot, tidur di kamar sendiri adalah hal yang paling praktis, namun karena aku memiliki 'motivasi' yang kurang jika hanya sendiri, maka 'mengungsi' kamar pun aku lakoni. Selain itu,  telah terjadi hal lucu di hari pertama berbuka puasa. Pulang observasi sekitar pukul 15.30, aku terlelap tidur tanpa sengaja. Padahal, tak ada persediaan bahan makanan yang dapat aku olah untuk berbuka puasa maupun sahur. Singkat cerita, datanglah temanku yang baik hati, Poy. Ia datang atas permintaanku untuk pergi bersama ke supermarket, membeli kebutuhan yang aku sebutkan tadi. Berbukan puasalah aku di tempat tersebut.

Tiba di asrama, niat hati ingin membuat menu berbuka puasa dadar telur dan sup. Apa daya, karena kurang konsentrasi, telur dadar berubah niat menjadi telur orak-arik, dan sup yang aku rasa pesimis rasanya akan enak, ternyata enak! Alhamdulillah, tanpa diduga salah satu teman muslimahku, Kal, datang memberikanku ayam goreng tepung! Ma shaa Alloh...

Singkat cerita lagi, aku makan sendiri, teringat keluarga di Kuningan. Terbayang wajah mereka. Duh hanya berharap waktu cepat berlalu dan semua hal yang akan aku jalani menghasilkan yang terbaik dan prosesnya lancar. Aamiin.

Mahasarakham, June 7, 2016
ditulis menjelang detik-detik 'mengungsi' ke kamar teman

Minggu, 05 Juni 2016

1 Ramadhan pada 7 Juni 2016 di Thailand

Selamat datang Ramadhan, Ramadhan Qareem. Kali pertama menjalani puasa di negeri orang. Rasanya bahagia bercampur sedih. Bahagia karena bisa merasakan suasana puasa yang berbeda dari biasanya, sedih karena harus jauh dari keluarga meskipun ini bukan kali pertama. Tak terbayang pertanyaan emak di rumah yang selalu terlontar hanya untuk menanyakan kapan kepulanganku ke Indonesia. Pedih rasanya, sesak tak dapat berkata apa-apa. Sungguh berat perjuangan ini, namun ini bukanlah untuk dirasa, tapi dijalani. Meski susah, dan terkadang senang, semua harus disyukuri. Mengeluh hanya akan menambah beban, bukan memperbaiki keadaan. Jadi, aku harus tetap semangat!
Semangat menjalankan puasa yang bertepatan dengan dimulainya kegiatan observasi untuk penelitianku. Esok adalah hari pertama bagiku untuk observasi di Sekolah TK demonstrasi MSU. Hari Jum'at lalu aku dikenalkan pada seluruh Klu atau dalam bahasa Thailand artinya panggilan untuk guru yang mengajar di sekolah TK-sekolah menengah. Suasana baru, orang-orang baru, sangat menarik. Sekolah tersebut memiliki tujuh ruangan kelas. Satu kelas ditangani oleh 1-2 guru. Hebatnya mereka memiliki guru bahasa Inggris yang bukan berasal dari Thailand alias bule. Entah bagaimana ejaanya, tapi aku memanggilnya Klu Eun. Ia yang sejak awal aku dengar namanya dari dosen pembimbingku, aku pikir adalah wanita, ternyata laki-laki. Karena lazimnya yang mengajar di TK adalah wanita.
Oke lanjut lagi ke Ramadhan!
Aku benar-benar harus merancang dengan baik kegiatan yaumiyah selama bulan Ramadhan. Aku tak ingin kesempatan bertemu Ramadhan yang Alloh berikan padaku tahun ini sia-sia begitu saja. Meski kegiatanku terhitung padat, semisal setiap minggunya aku harus pergi menemani dosenku untuk kuliah program magister di Khon Kaen, tanggal 22-24 Juni nanti aku juga akan mengikuti English Camp bersama Ajarn Prasong, lalu kemudian aku melanjutkan observasiku, semuanya begitu padat, tapi agenda seperti tilawah, tarawih, dan kegiatan lainnya harus tetap aku usahakan untuk aku lakukan. Bismillah. Tetap semangat ya semuanya! Yakin bisa :)

Mahasarakham, 5 Juni 2016
ditulis sesaat setelah 1 Ramadhan ditetapkan pada tanggal 7 Juni 2016 oleh Kementrian Agama (Islam) Thailand

Kamis, 02 Juni 2016

Kalau Boleh Jujur, Siapa Suruh ke Luar Negeri?

Mahasarakham,3 Juni 2016

Judul tulisannya Afgan banget ya? Maksudnya: sadis. Haha. Iya, siapa suruh ke luar negeri? Dikiranya ke luar negeri itu enak dan gampang apa?

Kalau boleh jujur, dalam hati aku suka pengen jawab "dikiranya beli oleh-oleh itu ngga pake uang apa?!" ketika ada yang nanya "kapan berangkat? jangan lupa oleh-oleh ya!". Ya Rabb...

Kalau boleh jujur, mempersiapkan keberangkatanku ke Thailand itu bener-bener jatuh-bangun dan berderai air mata. Bukan hanya lelah fisik, tapi lelah hati dan pikiran. Hutang sana-sini untuk beli tiket. Belum lagi kena semprot keluarga karena aku minta bantuan uangnya dadakan. Hal itu juga bukan tanpa alasan, info penerimaan dari Thailand-nya juga ngedadak, jadi ya minta bantuannya juga ngedadak.

Kalau boleh jujur, mempersiapkan persyaratan untuk mendaftar itu ngga mudah. Bikin pasport dalam keadaan sakit dan harus pergi bolak-balik ke kantor imigrasi sendirian. Bolak-balik goes sepeda malem-malem cuma buat beli quota dengan harga murah disekitaran alun-alun sampe masjid agung Seranguntuk nyelesein proposal penelitian sebagai salah satu persyaratan yang diminta pihak dosen pembimbingku di Thailand.

Kalau boleh jujur, setibanya di Thailand ternyata masalah keuangan belum juga selesai. Banyak hal yang tak terduga terjadi. Dari mulai pencairan uang yang prosesnya makan waktu dua bulan. Rice cooker yang tiba-tiba rusak entah kenapa dan aku harus ganti sekitar 300 baht, karena pada saat itu aku sendirian yang pake. Pihak student housing tiba-tiba nagih uang dormitory sebanyak 3600 baht (untuk 4 bulan), yang awalnya aku kira tinggal di dormitory itu gratis, karena temanku dari Indonesia memberi kabar di awal seperti itu: GRATIS.

Kalau boleh jujur, banyak kebutuhan yang harus aku penuhi setelah pulang dari Thailand. Membayar biaya PPL, SPP semester 9, dan biaya hidup selama melanjutkan semester 9 tersebut.

Kalau boleh jujur, aku harus sedikit tahu diri dengan membawa sedikit kenang-kenangan untuk kampus. Istilahnya sedikit 'balas budi'-lah. Karena apa yang aku berikan mungkin tak seberapa, tapi aku yakin beliau-beliau--yang secara tidak langsung telah menyokongku dengan materi, doa, motivasi, dan waktu luangnya--pasti sedikit merasa dihargai ketika aku dapat mewujudkan sedikit rasa terima kasihku tersebut.

Dari semua curahan hatiku tersebut. aku selalu mencoba untuk berpikir positif dan berusaha semaksimal mungkin untuk mengatasi semuanya. Banyak alternatif yang dapat aku lakukan. Dari mulai menghemat pengeluaran kebutuhan sehari-hari. Misal, untuk makan. Beruntungnya sebentar lagi shaum Ramadhan, so aku dapat lebih hemat dalam pengeluaran untuk membeli makanan. Disisi lain, aku juga ingin membuat teman-teman disekitarku bahagia, karena bagaimana pun aku yakin, aku bisa disini berkat doa mereka juga.

Tapi mungkin alangkah lebih baiknya jika kita dapat meringankan beban teman kita yang hendak bepergian dengan tidak mengatakan "mana oleh-olehnya?'', karena bagiku itu sangat menambah 'beban'. :D
Jadi, aku sudah jujur. Lalu, siapa suruh ke luar negeri? :)

Rabu, 01 Juni 2016

403

Angka diatas merupakan hasil skor tes prediksi TOEFL yang diselenggarakan seminggu yang lalu oleh Sekolah TOEFL Budi Waluyo. Karena usahaku untuk belajar TOEFL kurang maksimal, maka hasilnya pun begitu. Dua angka dibelakang angka '4' saling bertukar posisi. Jika hasil terakhir tes TOEFL-ku adalah 430, kini aku hanya mampu mendapat skor 403. Sedih sih. Tapi aku sadar atas usahaku yang aku sebutkan tadi, kurang maksimal.
Beberapa kondisi membuatku stres akhir-akhir ini. Tapi aku selalu berupaya untuk survive. Bukankah terangnya pagi selalu datang setelah pekatnya malam? :)
Saat ini pembelajaran di Sekolah TOEFL memasuki bagian listening. Aku harus lebih intens menggunakan koneksi internet karena materi listening diberikan dalam bentuk MP3 yang harus di download. Tujuanku mempelajari TOEFL adalah untuk memenuhi salah satu persyaratan melamar program master. Niatku benar-benar ingin melanjutkan pendidikan, jika Alloh mengijinkan. Karena keterbatasan biaya, makanya aku harus berusaha untuk mendapatkan beasiswa. Prioritas perguruan tinggi mana-nya sudah aku tetapkan. Tinggal mempersiapkan apa-apa yang menjadi persyaratan.
Seringnya ketika sedang memikirkan untuk berhenti bermimpi melanjutkan pendidikan, aku teringat kedua orang tuaku. Ibuku selalu mengingatkan bahwa ilmu adalah hal yang ringan untuk kita 'bawa kemana-mana', berbeda dengan harta yang harus selalu kita 'jaga' dan terasa 'berat' untuk 'membawanya'.
Bismillah ya semoga dari skor 403 ini semangatku makin tersulut untuk belajar lebih giat. Aamiin

Berpikir Positif

Setelah kemarin dilanda kegalauan karena bingung menghadapi masalah, kini kemudahan demi kemudahan silih berganti. Aku akan melanjutkan cerita kemarin. Dalam hitungan jam menuju penghujung Mei, dan dalam hitungan jam perpisahan itu perlahan menghampiri, banyak sekali hal yang terkuak, serta banyak sekali kejadian yang dinanti-nanti datang ketika hampir habis masa untuk tetap berpikir positif. Paham maksudnya?
Begini, kemarin aku benar-benar resah dengan agenda kegiatanku yang telah berlangsung pagi hingga siang hari ini. Aku resah terkait 'dengan siapa aku berangkat bersama dosenku menuju ke salah satu sekolah'. Aku khawatir suasana yang tercipta menjadi buruk karena aku mengira dosen tersebut tidaklah 'supel'. Tapi ternyata aku terburu-buru untuk berpikir negatif. Semua dugaanku salah! Alloh melancarkan setiap kegiatan yang aku jalani hari ini. Bahkan, semakin banyak kemudahan yang aku dapatkan karena dosen tersebut memberikan tawaran bantuan jika aku membutuhkan informasi sekolah-sekolah di Mahasarakham guna kegiatan observasi penelitianku. Alhamdulillah...
Lalu, menjelang keberangkatan temanku ke Indonesia, aku dilanda kegalauan (lagi). Bagaimana tidak, dari awal aku merencanakan jika uang beasiswaku cair, aku akan menitipkannya pada temanku. lalu aku meminta bantuan temanku itu untuk menukarkan uang baht ke rupiah untuk selanjutnya dikirimkan ke rekening bibiku di Kuningan. Tapi menjelang satu hari keberangkatannya, uang beasiswaku tak kunjung cair. Hampir genap dua bulan prosesnya, hampir sobat! Hingga akhirnya aku pasrah dan berkata pada temanku bahwa mungkin aku membatalkan rencanaku itu. Padahal uang yang akan aku titipkan adalah uang untuk membayar pinjaman ketika aku mempersiapkan keberangkatan ke Thailand (program beasiswaku tidak mencakup biaya akomodasi). Uang itu aku janjikan untuk dibayar sebelum Idul Fitri, karena uang yang aku gunakan itu adalah uang modal untuk bibiku berjualan. Kenapa Idul Fitri? Karena setelah Idul Fitri, warung bibiku cukup ramai sehingga butuh modal tambahan, makanya uang itu harus segera aku kembalikan sebelum Idul Fitri. Aku sudah pasrah pada Alloh jika memang aku tidak bisa mengembalikan pada saat yang tepat, aku berpikir untuk mengirimkan uang itu melalu Western Uni*n yang tentunya dengan biaya lumayan mahal.
Hingga akhirnya kemudahan datang, sekitar pukul 8 malam, aku menerima SMS dari Krungthai Bank bahwa ada saldo masuk ke rekeningku! Aku memberi tahu teman sekamarku dan mereka menanyakan jumlah yang aku terima, tanpa sadar aku menjawab sejumlah dua bulan total uang beasiswa. Tapi ternyataaaaaaa, total uang yang aku dapatkan ialah sekaligus untuk 4 bulan! Allahu Akbar! Segera aku menghubungi temanku untuk mengkonfirmasi bahwa aku 'jadi' menitipkan uang padanya. Dan keadaan semakin mencekam ketika aku tahu bahwa ia berangkat ke Indonesia besok, tapi berangkat dari Mahasarakham-nya malam ini! Ckck ditambah agendaku ke sekolah yang tidak aku ketahui sampai jam berapa dan kondisi bank yang tutup pukul 7 malam.
Namun akhirnya semua dapat terselesaikan. Agenda ke sekolah yang aku ketahui dari pagi hingga sore, ternyata dosenku memilih untuk kembali ke rumah terlebih dahulu pada jeda makan siang. Saat itulah aku pergi ke bank untuk mengambil uang untuk kemudian aku titipkan pad temanku. Terus apa hubungannya sama judul diatas? Yaaaaa.... carilah 1001 alasan untuk tetap berbaik sangka, alias berpikir positif.

Mahasarakham, 1 Juni 2016
ketika masa perpisahan itu hampir tiba