Amphoe Mueang Mahasarakham adalah tempat yang tak pernah aku sangka sebelumnya untuk tinggal sementara, termasuk menjalankan ibadah puasa. Tantangan jelas lebih berat aku rasakan pada bulan Ramadhan tahun ini. Jauh dari keluarga, berada di lingkungan yang mayoritas Budha, temperatur udara yang tinggi karena musim panas, dan segudang tugas penelitian yang tetap harus aku selesaikan. Belum lagi masalah-masalah lain yang datang secara tiba-tiba. Seperti proses perpanjangan visa yang mendadak baru aku ketahui harus dilakukan dua kali , pembayaran dormitory yang sebelumnya aku ketahui gratis, dan perjalananku ke Khon Kaen bersama dosen pembimbingku yang akhir-akhir ini tidak menjadi perjalanan menyenangkan karena lamanya waktu yang harus aku habiskan di lobi hotel untuk menunggu beliau selesai kuliah.
Dalam keadaan berpuasa, tak jarang aku berusaha menahan amarah dan kesedihan. Ternyata, ke luar negeri tak melulu jalan-jalan, tapi ada detail berkas yang harus dipersiapkan, ada budi yang harus dibalas, ada pekerjaan yang harus dilakukan seorang diri, dan itu semua memerlukan biaya, tenaga, waktu, serta pikiran.
Dari sekelumit masalahku diatas, aku tetap yakin bahwa akan ada sesuatu yang indah sedang menanti. Tugasku hanyalah terus mencoba melakukan yang terbaik. Bukankah pekatnya malam akan berganti dengan terangnya siang? Bahkan malam pun memiliki purnama yang cahayanya tak sekedar menerangi, namun memberikan keindahan dalam kegelapan.
Jika Ramadhan adalah cahaya yang terang, dan masalah-masalahku tersebut adalah malam yang pekat, maka diantara malam-malam tersebut hanya doa yang dapat aku panjatkan. Karena doa itu ibarat purnama yang bercahaya dan memberikan keindahan. Semoga doa ini senantiasa menentramkan hati, bukan hanya berharap untuk dikabulkan. Karena terang purnama di Amphoe Mueang Mahasarakham mengajariku arti sebuah perjuangan.
Mahasarakham, 20 Juni 2016
0 komentar:
Posting Komentar