Rabu, 14 Oktober 2020

Inikah Ikhlas?

Terhitung Maret 2020 secara pribadi aku mulai merasakan dampak pandemi Covid-19. Saat itu usia pernikahanku baru menginjak bulan ketiga. Aku bersyukur pada bulan Desember 2019 lalu masih bisa melangsungkan resepsi pernikahan.

Suamiku kebetulan bekerja sebagai tenaga administrasi di Instalasi Gawat Darurat (IGD) salah satu rumah sakit di Jakarta. Sedikit kekhawatiran akan keselamatannya melanda pikiranku, namun hal itu berusaha kutepis dengan terus memanjatkan doa yang terbaik untuknya.

Tak hanya itu, akhir Februari 2020 aku dinyatakan hamil. Sungguh hal luar biasa yang aku syukuri bersama suami. Kekhawatiran kembali melanda, karena tentunya banyak hal yang harus aku sesuaikan ditengah pagebluk yang melanda.

Awal kemunculan berita wabah corona pada Desember 2019 lalu masih belum terlalu aku hiraukan, hingga pada akhirnya virus ini mulai menjangkit warga Indonesia. Proses cek rutin kehamilanku pun harus diwarnai kekhawatiran karena mau tak mau aku harus waspada saat mengunjungi klinik bidan atau rumah sakit.

Tahap penyesuaian pada kemunculan virus ini ialah rutinitasku bekerja di ranah publik yang harus dialihkan menjadi work form home (WFH). Dalam hal ini aku merasa sangat bersyukur karena bersamaan dengan tri semester pertama kehamilan yang bisa aku jalani dengan banyak beraktivitas dari dalam rumah.

Selanjutnya ialah dampak pagebluk terhadap kondisi keuangan keluarga kami. Aku dan suami harus menyesuaikan diri karena adanya pemotongan gaji. Sebagai istri, aku berusaha memposisikan diri untuk sebisa mungkin membantu perekonomian keluarga. Kami berdua bersyukur karena tak mesti dirumahkan oleh tempat kami bekerja. Hikmah dan pembelajaran merupakan dua hal yang berusaha aku utamakan ditengah kondisi yang tak menentu seperti saat ini.

Kini usia kehamilanku menginjak 38 minggu. Tak sabar rasanya menanti kehadiran buah hati. Cuti mulai kujalani mulai 4 Oktober lalu. Hari-hari tanpa berangkat ke kantor dan harus tinggal sementara di rumah paman menjadi hal baru bagiku. Sempat terasa membosankan. Namun lagi-lagi aku beruntung karena Rumah Belajar Menulis (RBM) IP Jakarta yang aku ikuti memberikan tantang menulis "Writober".

Dalam tantangan ini aku harus dibiasakan membuat tulisan selama 10 hari. Berusaha konsisten mengerjakan tugas menjelang hari persalinan merupakan sesuatu yang sangat luar biasa menantang bagiku.

Merangkum semua hal baru yang harus aku alami di tahun ini nampaknya berat. Namun suamiku sering berpesan bahwa kunci dari semuanya adalah ikhlas. "Jika tidak bisa ikhlas, ya sudah jangan dilakukan, nanti pekerjannya sia-sia", begitu kata suamiku. Bismillah, semoga diri ini senantiasa ikhlas dalam menjalani hal-hal baik dan banyak hal yang tak terduga lainnya di tahun 2020.


4 komentar:

SHalikah mengatakan...

MasyaAllah, sebentar lagi ya Mba Yena InsyaAllah lahirannya.. Sehat selalu Bumil dan debay.. :)

Narasi Sarah mengatakan...

Wah semoga dimudahkan persalinannya sesuai yang diharapkan ya Mbak :)

Little Dreamer mengatakan...

Alhamdulillah sya sudah lahiran 18 okt kmrin mbašŸ„°

Little Dreamer mengatakan...

Aamiin, terima kasih mbašŸ„°

Posting Komentar