Jumat, 24 Januari 2020

Mencintai-nya Bersamamu

20 Desember 2019

Hari istimewa itu semakin dekat. Prosesi sakral yang dinanti akan segera tiba. Tak menunggu lama usai proses khitbah pada 12 Oktober 2019, persiapan berkas KUA, pembuatan undangan dan cinderamata, hingga dana untuk jamuan dan hal darurat pun telah dipersiapkan. Momen walimah yang terwujud dari rangkaian do'a-do'a selama ini pun tiba.

Ia menguatkan azzam-nya, memasrahkan semua hal kepada-Nya. Bismillah, gadis 26 tahun itu pun beberapa detik lagi akan sah menjadi pendamping hidup seorang pria Sunda yang sebaya dengan dirinya.

21 Desember 2019

Tanpa kendala berarti, acara tanggal 21 Desember 2019 itu pun berlangsung lancar. Karib kerabat dan teman dekat hadir menikmati hidangan dan suasana resepsi yang alhamdulillah berlangsung khidmat.

"Berkah yang dicari," tutur mereka kompak.

Meski terpaksa tak bisa menerapkan seutuhnya teknis walimah secara syar'i karena terkendala beberapa kondisi, kedua mempelai cukup bahagia dengan tatanan rias dan pakaian syar'i, serta dentuman lagu dangdut yang minimal bisa digantikan dengan alunan nasyid Islami. Yang lebih penting lagi, momen pelafalan ijab kabul oleh sang mempelai pria pun terucap lancar tanpa perlu pengulangan.

27 Desember 2019

Genap sepekan, pengantin baru itu pun kembali ke perantauan setelah sebelumnya berkeliling ke beberapa tempat wisata alam yang berada di kaki gunung Ciremai.

Dibawanya beberapa bingkisan yang dihadiahkan teman dan kerabat. Kini, saatnya mereka berdua saling berpegangan tangan menjalani peran dalam kehidupan. Berbekal nasehat dari orangtua dan beberapa potret momen walimah yang tersimpan dalam gawainya, mereka menumpangi kereta menuju kota.

Beberapa peristiwa di luar rencana terjadi. Jadwal tiba kereta yang molor hingga sepeda motor yang dikirimkan beberapa hari sebelumnya tak bisa diambil karena kantor pengiriman logisitik kereta telah tutup seiring tibanya senja pada hari itu. Ditambah lagi dengan kondisi kontrakan yang belum dibersihkan oleh sang pemilik menjadi bumbu-bumbu yang mewarnai kebersamaan diawal pernikahan mereka.

Bermodalkan pencarian tempat menginap murah via internet, malam itu mereka berjalan bersama rintik gerimis dan ransel berisi pakaian ganti untuk sehari. Jadilah malam itu mereka kembali meninggalkan kontrakan yang baru mereka sewa dua pekan sebelum hari pernikahan.

"Seru tahu!" kata sang suami sambil menggenggam tangan istrinya.

Usai turun dari kendaraan yang dipesan online, mereka berjalan kaki menyusuri gang cukup besar yang kurang penerangan. Nampak pipi sang istri baru saja kering dari basahnya air mata yang mewakili perasaan lelah, sedih, dan kesalnya.

"Aku gak nyalahin kamu kok," kata sang suami setibanya di penginapan.

Jurus diam seribu bahasa sang istri pun berakhir setelah ia dihadiahi sebuah pelukan menenangkan dari sang suami.

Memang, berantakannya rencana yang telah disusun diluar kendali cukup memancing emosi dan menimbulkan ketidaknyamanan diantara mereka berdua. Sang istri merasa serba salah saat melakukan segala hal. Sepanjang hari itu, ia memberi judul "tinggi" untuk nada bicara sang suami kepadanya. Meski akhirnya sang istri tahu bahwa suaminya tak bermaksud seperti apa yang ia simpulkan sendiri.

Akhirnya, malam itu mereka tutup dengan memesan sepiring nasi goreng dan dua sebotol air mineral. Sajian yang dirasa cukup lezat untuk disantap sang suami karena rasanya yang pedas. Adapun sang istri hanya bisa menikmati hangatnya baluran minyak kayu putih kemasan mini yang sengaja ia pesan ke OB (Office Boy) penginapan. Sang istri masuk angin.

28 Desember 2019

Tiba waktu pagi, sang suami bergegas menuju KA Log (Kereta Api Logistik) Bekasi untuk mengambil kiriman sepeda motor. Tak sampai 2 jam, ia pun kembali dengan tentengan berisi 2 bungkus bubur ayam dan tak ketinggalan beberapa tusuk sate ati-ampela.

Petualangan pun dimulai. Usai menyantap sarapan, mereka bergegas check-out dan meluncur menuju toko perabotan untuk membeli kasur beserta alat kebersihan. Lanjut menuju kontrakan, mereka pun berbagi tugas. Pagi itu, mengepel lantai dan membersihkan kamar mandi menjadi lahan garapan sang suami. Sang istri pun wara-wiri membantu sang suami. Ia bertugas mengambil sisa barang-barang yang dititipkan pada teman kosnya sebelum menikah, membeli lampu bohlam, hingga berbelanja cairan pembersih kamar mandi dan lantai rumah.

Sebagian tugas merapikan kontrakan pun selesai. Ekspresi lelah hadir di wajah keduanya. Meski begitu, sebelum magrib sang suami telah bersiap menuju masjid. Aura kagum nampak pada mata sang istri saat melihat penampilan suaminya yang nampak rapih ketika hendak memenuhi panggilan shalat di masjid.

---

"Nanti hadir ya, Pak!" sayup terdengar suara tetangga yang mengajak sang suami mengobrol.

"Kenapa, yang?" tanya sang istri.

Rupanya akan digelar arisan warga yang rutin dilaksanakan di lingkungan tempat tinggal mereka. Namun sayang, sang suami yang kelelahan tak bisa memenuhi undangan dari tetangganya tersebut. Niat hati ingin memanfaatkan undangan itu sebagai momen berkenalan dengan tetangga baru, apalah daya malam itu mereka harus menutup hari dengan beristirahat diatas kasur baru yang diantar pelayan toko furniture beberapa jam sebelumnya.

30 Desember 2019

Usai sudah masa cuti sepasang pengatin baru itu. Mereka kembali ke rutinitas semula. Sang suami bekerja di sebuah rumah sakit di barat Jakarta dan sang istri bekerja di salah satu perusahaan start up yang berlokasi di selatan Bekasi.

Sambutan sumringah didapati sang istri dari rekan-rekan kantornya. Julukan "pengantin baru" pun dilayangkan oleh sang atasan padanya. Ia hanya tersipu malu sambil meng-aamiin-kan doa yang ditujukan padanya. Beberapa paket berisi bingkisan kado dari teman dan sahabat-sahabatnya pun berdatangan. Mulai dari cover tempat tidur sampai dengan perkakas rumah tangga. Hadiah-hadiah tersebut sangat bermanfaat baginya.

"Hanya Alloh yang bisa membalas kebaikan mereka," batin si istri.

---

Hari itu menjadi hari pertama dan terakhir bagi sang istri ngantor. Bukan karena resign, namun karena keesokan harinya kantor diliburkan selama sepekan dalam rangka tahun baru. Momen yang tepat baginya untuk menjalin bounding bersama sang suami.

Beberapa aktivitas sebagai seorang istri pun ia lakukan sepanjang waktu liburan. Mulai dari berbelanja, memasak, mencuci, hingga berdandan. Ritual menyambut kepulangan suami usai bekerja menjadi hal yang mendebarkan baginya.

Sejauh ini, apa yang dimasak sang istri selalu habis dilahap sang suami. Sang istri bahagia akan hal itu meski tak setiap hari ia memasak.

Adapun semasa gadis sang istri bebas mencuci pakaian kapan saja, namun kini ia mewajibkan diri untuk mencuci dua kali sepekan. Hal itu ia lakukan mengingat seragam sang suami yang terjadwal di hari-hari tertentu.

31 Desember 2019

Hari ini kali pertama bagi sang istri ditinggal dinas malam oleh sang suami. Tangis sang istri pun terurai seiring turunnya tetesan hujan yang semakin deras.

"Aku khawatir sama kamu," rengek sang istri.

Rupanya ia merasa sedih saat harus melepas suaminya untuk pergi bekerja saat kondisi menjelang petang dan diiringi hujan deras.

"Jangan nangis. Doain aja. Aku malah jadi bingung kalo kamu nangis terus," tutur sang suami.

Tak ada pilihan lain. Hanya doa yang bisa dibumbungkan oleh sang istri ke Arsy-nya.

Sejak saat itu, secara perlahan rasa cinta dan kasih mulai terbangun. Sang istri mulai memahami bagaimana perkara menikah bukan hanya urusan bahagia, namun ada pengorbanan, perjuangan, bakti, dan juga saling menerima.

"Selamat tinggal 2019, selamat datang 2020. Dengan bismillah, kuyakini untuk terus mencintai-Nya bersamamu," kata sang istri dalam catatan harian miliknya.




0 komentar:

Posting Komentar