Senin, 23 Februari 2015

Aku dan Tae Kwon Do

Pertama kali aku mengenal Tae Kwon Do saat duduk di bangku kuliah, sekitar akhir tahun 2012. Tepat di awal semester 2 perkuliahanku, aku mengikuti latihan rutin yang dilaksanakan seminggu sekali oleh PORMAPI (nama salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa di UPI Kampus Serang). Aku berkenalan dengan Teh April dan Kak Imam. Hari pertama latihan hanya ada beberapa orang yang hadir, salah satunya Suhelsih, teman satu kamar kos-ku pada saat itu. Lama-lama banyak teman satu kelasku yang turut bergabung karena hebohnya kami bercerita di kelas tentang latihan Tae Kwon Do. Akhirnya Ihda, Yusi, Nina, Nay, Desi, dan Izza mengikuti sesi latihan di pekan selanjutnya. Tak ketinggalan dari kelas lain, ada Futihat (jurusan PGSD satu angkatan denganku) dan Teh Windu (PGSD satu angkatan di atasku). Namun seiring berjalannya waktu, ada beberapa dari mereka yang tidak hadir lagi pada sesi latihan berikutnya.
Kami sama-sama berlatih. Dengan menggunakan pakaian yang nyaman untuk olahraga, kami rutin hadir setiap hari rabu selepas shalat Ashar. Oya, aku lupa memperkenalkan nama pelatih Tae Kwon Do kami pada saat itu. Awal latihan kami dibimbing oleh Sabum Syarif. Sabum (dibaca: sabam) merupakan sebutan bagi pelatih dalam istilah Tae Kwon Do. Ada juga sabum Sri yang kami kenal setelah beberapa waktu kemudian.

Usai latihan, sabum Syarif selalu berdialog  dengan kami. Sabum menyarankan kami agar membuat seragam. Tentunya kami menyambut dengan semangat. Foto dibawah ini hasil jepretanku secara diam-diam. Yah sedikit mengobati rasa rindu saat masih latihan Tae Kwon Do dulu. Kebiasaan iseng-ku membidik gambar akhirnya dapat berguna. Hehe 

Momen Istirahat usai latihan.

Foto dia atas merupakan foto yang aku ambil setelah aku mengikuti kejuaraan daerah Banten. Sudah ada peserta baru dari mahasiswa semester 1. Secara perlahan namun pasti, aku memutuskan untuk berhenti latihan Tae Kwon Do karena beberapa alasan, salah satunya karena terjadi cedera di lutut kananku. Ya bisa dibilang foto di atas merupakan momen terakhir kalinya aku latihan. Eits, tapi ini bukan akhir dari tulisanku. Masih ada cerita yang ingin aku bagikan J
Aku sangat menyukai Tae Kwon Do. Aku, Ihda, Suhelsih, Izza, Desi, Futihat, Teh Windu, Kak Imam dan nambah satu lagi Kak Irfan...ikut tes kenaikan tingkat. Kami sangat bersemangat. Ceileh...

Dari yang awalnya sabuk putih, naik jadi sabuk kuning. Kalo kita-nya jago, alias cepet hafal gerakan, kita bisa loncatin satu tingkat. Misalnya kita nih yang sabuk putih bisa langsung naik ke sabuk kuning strip hijau.



 Pada hari Minggu, 16 Juni 2013... tes kenaikan tingkat dilaksanakan. Peserta berkumpul ke SMAN 1 Ciruas-Serang. Sebelum tes, penguji memberikan sedikit pemaparan kemudian membagi kami kedalam beberapa kelompok untuk pelaksanaan tes. Tes dilaksanakan dengan sistem menampilkan gerakan/jurus basic untuk sabuk putih dihadapan dua orang penguji. Semua peserta keluar ruangan untuk kemudian dipanggil secara berkelompok.
Tibalah giliran kelompokku. Penguji mulai melakukan tes. Bukanlah hal yang gawat bagiku ketika aku lupa gerakan. Karena memang salah satu kelemahanku selain bernyanyi adalah pengingat gerakan yang kurang handal, maka penguji pun sepertinya ‘tertarik’ padaku. Dari semua peserta yang satu kelompok denganku, penguji hanya menunjukku dan memintaku untuk mengulang gerakan. PENGUJI HANYA MENYURUH DIRIKU SEORANG. Iya, hanya aku! Hadeeh..
Aku sudah pasrah, kalau pun tidak lulus, ya sudah. Tapi sedih juga sih, tes itu kan bayar, masa aku udah bayar tapi aku gak lulus? Rugi dong! Haha.


Nah, foto di atas itu merupakan foto bareng peserta dan penguji. Oya baru ngeuh kalo di foto itu gak ada sabum Syarif! Hah aku baru inget kalo tepat pada hari dilaksanakannya tes, sabum Syarif melangsungkan pernikahan. Udah bisa ketebak dong abis tes itu kita semua kemana? Hehe. Yap! Kita ngabring semua ke rumah sabum Syarif untuk kondangan. Kondangan? Iya, kondangan! Ya kita semua juga patungan kali buat datang ke resepsinya sabum Syarif! Masa datang Cuma buat makan gratis aja. Hehe.

Oya ini dia foto bareng sabum Syarif J





Dari kiri ke kanan: Aku, Yusi, Ihda, sabum Syarif, Kak Imam, Teh Windu, dan Suhelsih. Kenapa? Iya aku tahu. Aku paling tinggi besar kan? Hadeeh -_____-
Diawal tulisanku, aku sempet nyinggung tentang kejuaraan Tae Kwon Do daerah Banten kan? Nah ini sedikit cerita tentang pengalamanku mengikuti ajang tersebut.
KEJURDA BANTEN. Kedengerannya keren ya? Iya. Emang keren. Saat itu kali pertama aku ikut kompetisi kejuaraan untuk bidang olahraga. Olahraganya khusus Tae Kwon Do lagi! Beuuuh, bela diri cin! Aku gak tahu apa bayangan kalian tentangku. Perempuan dengan postur tinggi besar, ikut Tae Kwon Do. Apakah aku menang? Hmm aku kalah sobat! Hiks hiks L

Aku hanya mendapatkan perunggu alias juara ke-3 untuk cabang Tae Kwon Do kyorugi (sparing; tanding satu lawan satu). Kyorugi pada saat itu tentunya dibagi ke dalam kelas putra dan putri. Kelas itu masing-masing dibagi lagi menurut berat badan. Aku masuk kelas under 73 kg. Artinya berat badanku termasuk ke dalam kelas dibawah 73 kg. Kelas-kelas berdasarkan berat badan tersebut sudah merupakan aturan baku. Kalo gak salah ada kelas under  45 kg, under 60 kg, under 73 kg, dan kelas yang lebih berat lagi (aku lupa kelompok berapa kilogram, yang jelas di atas 73 kg).






Saat itu aku menyaksikan peserta putra putri yang badannya lebih besar, jauh lebih besar dibanding aku. Sampe-sampe mereka gak ada lawannya, akhirnya mereka menang di kelas mereka tanpa lawan. Tetep dapet medali lo! Hebat kan? Haha.
Untuk mengikuti KEJURDA Tae Kwon Do tentu bukan dengan cara yang mudah. Ada pengorbannya juga. Aku dan Ihda contohnya. Kita berdua sampe-sampe gak mudik untuk merayak Idul Adha bersama keluarga di kampung halaman masing-masing karena waktu libur dari tempat karantina hanya satu hari, yaitu ketika hari H Idul Adha. Sedih banget rasanya.
Setelah pagi-pagi shalat Idul Adha di masjid dekat kosan Ihda, sore harinya aku dan Ihda balik lagi ke tempat karantina. Tempat karantina atlet Tae Kwon Do saat itu di asrama Atlet gedung Catur-Ciruas, Serang.




Selama karantina, kami dilatih dan dijaga asupan gizinya. Aku dan semua atlet lebih banyak diberi asupan protein. Bubur kacang ijo, susu, telur rebus, dan pisang hampir setiap jam 10 pagi harus kami lahap habis. Jika tidak, ya pelatih-pelatih pada ngomel. Padahal “disitu kadang saya merasa sedih” karena aku kurang suka telur rebus. Hehe.



Kurang lebih dua minggu kami tinggal di asrama atlet gedung Catur, kemudian kami pindah ke asrama atlet Margawiwitan, Cipocok-Serang. Tempat dan fasilitas yang ada lebih nyaman. Kebersamaan diantara atlet juga semakin terjalin erat. Semua berbaur dalam canda setiap harinya saat latihan maupun saat istirahat makan. Oya, dalam KEJURDA ini aku dan atlet yang berada dibawah bimbingan sabum Syarif merupakan kontingen kabupaten Serang.
"
Suhelsih makein eye liner di matanya Kak Imam, biar serem (kata Kak Imam).




 Kontingen kabupaten Serang pada saat itu terdiri dari atlet yang masih duduk di bangku SMP, SMA, dan kuliah. Dari kampusku sendiri ada lima orang yang turut serta dalam. Aku, Suhelsih, Ihda, Teh Windu dan Kak Imam. Dari kampus lain ada Tedi. Ada juga Deni dan Leo yang setahuku mereka berdua baru lulus SMA dan belum melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Untuk SMP, ada satu orang putra yang aku lupa siapa namanya dan satu orang putri, yaitu Kirey (aku masih inget dia karena dia paling aktif, hehe). Atlet yang duduk di bangku SMA pada saat itu ada Nibras, Devi dan dua orang putri yang aku juga tidak ingat namanya (kali ini alasannya karena mereka sedikit pendiam jadi kurang berkomunikasi). Turut pula dalam pertandingan, seorang pelatih. Tapi aku lupa siapa namanya. Yang aku ingat, hanya beliaulah yang sudah sabuk hitam dalam kontingen kabupaten Serang pada saat itu. Yang lainnya rata-rata masih sabuk kuning dan sabuk hijau. Beliau juga satu-satunya atlet dengan usia paling tua diantara kami. Hehe J





Singkat cerita, kejuaraan Tae Kwon Do daerah Banten pun diselenggarakan dari tanggal 19-21 Oktober 2013. Acara pembukaan digelar pada tanggal 19 Oktober 2013, dibuka oleh salah satu pejabat pemerintahan. Setiap kontingen berjalan mengitari lapangan dengan seragamnya masing-masing. Usai pembukaan, pertandingan pun dimulai. Jadwal kami bertanding masing-masing berbeda. Aku sendiri bertanding pada tanggal 20 Oktober. Disela-sela menunggu jadwal bertanding, kami menonton kawan satu kontingen yang sedang beraksi menghadapi lawan. Momen menyantap nasi kotak jatah pembagian pun menjadi salah satu hal yang tidak ingin kami lewatkan kebersamaannya.
Di akhir KEJURDA, saat-saat perpisahan dengan kawan satu kontingen pun tiba. Semua rasa bercampur aduk. Yang jelas, satu hal baru yang aku dapatkan, yaitu perjuangan.
Momen perpisahan di asrama Margawiwitan tidak sempat terabadikan. Hanya saat perpisahan di asrama atlet gedung Catur-lah yang sempat terbidik oleh kamera salah satu atlet, dan hingga saat ini aku masih menyimpannya. Ini foto kami bersama ibu asrama yang selalu setia memenuhi kebutuhan asupan gizi kami para atlet, terima kasih Bu J



 Sekian.


0 komentar:

Posting Komentar