Kamis, 05 Februari 2015

FIM, Bung Hatta, dan Aku

Keteladanan merupakan salah satu hal yang aku dapatkan ketika mengetahui perjalanan hidup Bung Hatta. Begitu banyak coretan mengagumkan dalam riwayat pendidikan dan organisasi yang telah dijalani oleh beliau. Yang paling menarik dari riwayat organisasi beliau bagiku adalah saat awal Bung Hatta masuk ke perkumpulan Jong Sumatranen Bond. Hal tersebut menyadarkanku bahwa semua hal besar yang bermanfaat dimulai dari hal kecil yang kita lakukan.
Ketertarikan Bung Hatta pada pergerakan memang sangat luar biasa sehingga ia terus menyelaminya begitu dalam. Kesadaran Bung Hatta “muda” untuk terus menjalani pendidikan setingi-tingginya dan turut aktif pula dalam organisasi pergerakan sangatlah patut untuk dijadikan teladan.
Aku menyadari prestasi akademik yang aku torehkan tidaklah seberapa, hanya dengan nilai IP yang aku pertahankan tidak terjun bebas dari posisi 3,70 itu sudah merupakan hasil maksimal yang aku lakukan. Dalam organisasi, aku mencoba mengikuti beberapa organisasi yang aku minati, selain organisasi yang bergerak dalam bidang kemanusiaan dan dakwah kampus, ada juga organisasi pergerakan yang aku ikuti.
Kisah pengalaman yang akan aku sampaikan terkait salah satu pilar karakter FIM, yaitu keteladanan, memang tak sebanding dengan kisah hidup Bung Hatta sebagai Bapak Proklamator Indonesia. Pengalaman pribadi ketika adik-adik tingkat di kampusku yang bertanya tentang bagaimana diriku ini bisa menjadi sosok luar biasa (menurut anggapan mereka) dengan kemampuan menjalankan aktivitas perkuliahan dan juga organisasi serta bisnis kecil-kecilan secara bersamaan. Mereka menyatakan bahwa mereka pun ingin bisa sepertiku dalam hal memanfaatkan masa-masa kuliah untuk bisa sukses organisasi dan menghasilkan uang sendiri.
Tanpa bermaksud tinggi hati, aku tak pernah menyangka akan mendapatkan pertanyaan seperti itu, namun dalam sekejap, yang ada dipikiranku pada saat itu adalah “mereka melihatku sebagai salah satu teladan baik bagi mereka”. Tentunya itu bukan perkara mudah bagiku. Aku berusaha untuk menjelaskan secara detail setiap hal yang aku jadikan sebagai motivasi. Namun yang paling aku ingat ialah ketika aku menyampaikan motivasi bagi mereka—adik-adik tingkatku—adalah tentang bagaimana kita harus mempunya motto hidup dan berpegang teguh pada motto itu. Man Jadda Wajada, “siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil”, dan satu lagi: “khairunnas anfauhum linnas” yang artinya ‘sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi orang lain’.
Intinya, dari mengenal FIM (Forum Indonesia Muda), aku dibuat tertarik untuk membaca biografi Bung Hatta. Dan dari Bung Hatta serta salah satu pilar karakter FIM, aku berani bercerita tentang keteladanan. Terima kasih.

0 komentar:

Posting Komentar