Jumat, 09 Juni 2017

#Hari9 Tantangan 10 Hari Komunikasi Produktif

Tiga hari lagi pembagian rapot di TK tempatku mengajar. Semakin hari semakin sedikit murid-murid yang tidak sekolah. Alasannya bermacam-macam, ada yang memang sedang sakit, susah bangun pagi, disunat, dan lain sebagainya. Contohnya pada salah satu murid kelas B. Sebut saja namanya Ipa, ia termasuk yang masih “mending” hadir ke sekolah saat Ramadhan ini, meski kadang masuk dan kadang tidak, bahkan sekalinya masuk sekolah ia Nampak tak bersemangat.
Aku mencoba mendekatinya dan berbicara empat mata. Pagi tadi Ipa memisahkan dirinya sendiri dari teman-teman yang lain. Ipa hanya duduk di kursi sendirian, sedangkan anak-anak yang lain bersila di karpet membentuk lingkaran kecil. Aku bersimpuh mensejajarkan tinggi tubuhku dengannya, Ipa masih cuek saja. Aku mencoba memulai percakapan dengannya.
“Ipa, kenapa tidak mau duduk di karpet sama teman-teman?”, tanyaku.
“Ngga.”, kata Ipa.
“Emangnya kenapa, nak?”, tambahku.
“Gak apa-apa.”, tegasnya.
“Ipa puasa tidak, nak?”, tanyaku lagi.
“Puasa”, jawab Ipa dengan singkatnya lagi.
“Puasanya sampe jam berapa, sayang?”
“Jam 6.”
“Jam 6 pagi?”, candaku.
Ipa mulai tersenyum sambil memprotes, “bukan, bu. Jam 6 sore.”
“Oh, ibu pikir sampe jam 6 pagi. Ipa sahur sama apa?”, tanyaku ingin tahu.
“Mie goreng, bu.”
Cukup panjang percakapanku dengannya pada saat itu, tapi Ipa masih saja belum mau bergabung bersama temannya yang lain. Ia betah duduk sendiri sambil tetap memperhatikan kegiatan yang kami lakukan.
Uniknya, kenapa kegiatan mendongeng tiba, tanpa disuruh Ipa pun menghampiri lingkaran kami. Ia terlihat begitu antusias memperhatikan cerita yang disampaikan.

“Ipa…Ipa…, maafkan bu guru ya, nak. Jika selama ini bu guru belum sepenuhnya mengerti keinginan Ipa”, batinku.

0 komentar:

Posting Komentar