Senin, 05 Juni 2017

#Hari5 Tantangan 10 Hari Komunikasi Produktif


Panggil saja Pipit. Ia salah satu murid perempuanku yang agak sedikit tomboi. Kenapa aku bilang tomboi, karena tingkahnya sedikit berbeda dengan teman-teman perempuan yang lainnya meski tidak terlalu mencolok. Pipit jarang sekali menggunakan kerudung, padahal di TK tempatku mengajar penggunaan kerudung itu wajib bagi murid perempuan. Ibunya pun pernah bercerita padaku bahwa jika di rumah Pipit lebih sering bermain dengan anak laki-laki. Meskipun begitu, Pipit masih menyukai mainan anak perempuan, seperti BP-Bpan. Tahu kan BP-BP-an? Hehe.
Tadi pagi di sekolah ceritanya ia merengek minta jajan. Dengan tersenyum aku mengatakan padanya bahwa sekarang belum waktunya untuk jajan.
“Emangnya Pipit mau jajan apa sepagi ini?”, tanyaku.
“Beli minum, bu”, jawabnya.
“Aih, emangnya Pipit ngga puasa?”, tambahku.
“Ngga, bu”, jawab Pipit dengan polosnya.
“Pipit boleh jajan, boleh minum, tapi tahan dulu ya, kan teman-teman Pipit yang lain lagi puasa. Kalo Pipit ga puasa, Pipit boleh minum, tapi nanti ya di rumah”, jelasku.
“Oke, bu. Tapi Pipit mau beli slime”, tambahnya lagi.
Hampir aku menyerah melayani setiap tawaran yang dilontarkan Pipit. Sampai akhirnya waktu istirahat tiba. Pipit kulihat berlari melewatiku, aku segera bertanya padanya hendak kemana. Sambil berlalu Pipit menjawab bahwa ia ingin membeli mainan. Baiklah kataku dalam hati.

Jujur, sedikit risih dengan lingkungan di sekolah yang lumayan bebas bagi para pedagang untuk berjualan. Anak-anak muridku nampak berperilaku konsumtif. Jumlah uang jajan mereka bisa dibilang tidak sedikit. Aku hanya sebatas bisa bercerita pada mereka tentang baik buruknya jajan sembarangan, meskipun seringnya mereka lupa akan pesan-pesan yang aku selipkan dalam setiap cerita yang aku sampaikan. Huft.

0 komentar:

Posting Komentar