Senin
berganti Selasa. Murid-muridku pun silih berganti kehadirannya di buku absen.
Kali ini aku berbincang lagi dengan Za. Hari ini kami akan membuat
mobil-mobilan di kelas. Semua anak Nampak bersemangat, tak sabar menanti hasil
mobil karya sendiri. Bahan-bahan yang kami gunakan dari barang bekas, yaitu
kardus dan tutup botol plastic. Semua anak mendapatkan satu kardus bekas pasta
gigi yang sudah kami balut dengan kertas HVS bekas.
Kali ini mereka harus
mewarnai kardus yang akan digunakan sebagai badan mobil. Mereka mulai
berkreasi, tak terkecuali Za. Tapi Za masih saja menggelayutiku. Kulihat ia
belum percaya diri. Padahal teman-temannya yang lain sudah berekspresi mewarnai
badan mobil dibagian sana-sini. Za masih saja merengek sambil menggaruk-garuk
kepalanya. Ia menyodor-nyodorkan kardus miliknya padaku sambil berkata, “Za tidak bisa”.
Dengan
lembut sambil memandang matanya aku berkata, “Za sayang, Za pasti bisa, nak”. Za masih merengek, kali ini ia
menambahkan gerakan kaki yang ia gesekkan ke lantai sambil duduk. Aku mencoba
membantunya dengan mencarikan tempat krayon yang bertuliskan nama Za.
“Tuh lihat teman yang lain, Za
bisa mewarnai seperti itu?”, tanyaku.
“Ga bisa bu guruuuuu”, rengek Za.
Aku
sempat hampir menyerah juga, karena pada saat itu posisiku ada dalam satu
kelompok yang terdiri dari 4 orang anak. Akhirnya aku membantu Za untuk membuat
garis-garis jendela mobil di kardusnya, selebihnya Za harus melakukan rotasi
untuk didampingi guru yang lain.
0 komentar:
Posting Komentar