Kamis, 08 Juni 2017

#Hari8 Tantangan 10 Hari Komunikasi Produktif

Hari ini aktivitasku di sekolah lumayan “war byasah”. Beberapa anak di kelasku tidak berpuasa. Ada yang berpuasa setengah hari. Sebelum berbuka rengekannya minta ampun untuk dapat diberi ijin minum. Belum lagi ada dua muridku yang laki-laki, lebih super dari Boboboy di TV. Kocar-kacir kesana kemari. Sebut saja Evan dan Ririf. Mereka berdua teman dekat dalam bermain dan bertengkar. Biasalah, namanya juga anak-anak. Tapi kalau sudah menangis, pening juga rasanya. Haha *curhat
Tadi pagi selesai melakukan kegiatan inti, Evan dan Ririf berlarian kesana kemari. Padahal sudah waktunya pulang sekolah. Ketika anak-anak yang lain sudah menggendong tas dan bersiap-siap kumpul di karpet untuk berdoa bersama sebelum pulang, Ririf yang basah karena peluh keringat masih belum bisa diajak berkompromi meski sudah kubujuk dengan rayuan maut J
Ririf baru mau meresponku ketika tasnya hendak disembunyikan olen Evan. Seketika aku langsung menghentikan aksi Evan dengan cara memberitahu Evan untuk menghentikan aksinya. Evan hanya tersenyum kegirangan sambil menaruh tas Ririf di atas papan pembatas kelas. Begitulah Evan, ia tak pernah merasa aku marahi. Sebenarnya aku pun berusaha untuk tidak memarahi murid-muridku.
Ririf mengikutiku dari belakang ketika aku hendak mengambilkan tas miliknya. Aku kalah gesit dari Ririf. Ririf telah lebih dulu berjinjit untuk meraih tasnya yang berada di atas papan. Karena kejadian itu, Ririf sepertinya lelah untuk melanjutkan berlarian. Momen yang tepat pikirku. Aku langsung meraih tangan Ririf dan mengajaknya duduk sambil berkata, “Ririf sayang, lebih baik tas Ririf digendong ya, kan sebentar lagi waktunya pulang sekolah, nak”.
Ririf terdiam dan menuruti ajakanku. Aku menuntun tangannya sambil berjalan ke karpet. Ririf Nampak lelah, ia bersandar padaku. Beberapa saat kemudian Ririf berkata, “Bu, Evan-nya nakal loh”.
“Ya sudah, cuekin aja ya kalo Evan nakal”, jawabku.

Ririf mengangguk dan mulai mengikuti teman-temannya untuk berdoa sebelum pulang. Namun tak disangka, belum selesai berdoa, Ririf kembali segar dan melompat menjauhiku. Ia beraksi lagi L

0 komentar:

Posting Komentar