Jumat, 02 Juni 2017

#Hari2 Tantangan 10 Hari Komunikasi Produktif

Sebut saja ia Za, usianya belum genap 5 tahun. Ia salah satu muridku yang tak pernah rewel, penurut, dan menggemaskan. Aku memberikan porsi lebih untuk berkomunikasi dengannya. Hal tersebut bukan tanpa alasan. Berdasarkan konsultasi yang dilakukan oleh ibunya denganku diawal-awal masuk sekolah semester 2, aku mengetahui bahwa saat batita Za menjalani terapi speech delay. Betapa terkejutnya aku yang baru mengetahui hal tersebut. Aku kira Za yang tak pernah rewel dan begitu penurut ialah Za yang memang begitu karakternya. Karena berdasarkan pengalaman saat aku berbicara dengannya, Za selalu menjawab pertanyaan-pertanyaanku dengan jelas. Bahkan ia meminta sesuatu dengan ucapan-ucapan yang dapat aku mengerti. Namun memang frekuensi Za untuk berbicara tak sebanyak murid-muridku yang lainnya. Untuk bermain dengan temannya pun tak ada keanehan, hanya dalam frekuensi berbicaranya itu saja yang sedikit.
Kini kegiatan di sekolah hampir berakhir. Rekaman perkembangan Za di sekolah nampak begitu jelas. Banyak kemajuan dalam perkembangannya, terutama dalam berbahasa. Frekuensi berbicara Za sudah lebih banyak dibandingkan saat semester 1 dimana kali pertama aku baru mengenalnya. Intonasi berbicaranya semakin nampak, sesekali ia mengekspresikan hal yang ia rasakan, seperti lelah atau hal-hal yang tidak ia mengerti. Dan tadi adalah saat-saat dimana aku memberikan porsi lebih untuk Za. Ya, aku berusaha menerapkan komunikasi produktif di #Hari2 bersama Za. Kami berbincang ditengah-tengah kegiatan pesantren kilat di sekolah. Kurang lebih kami melalui 15 menit bersama. Pembelajaran masih tentang cara mewarnai dengan menggunakan teknik gradasi. Kegiatan yang sedang naik daun di sekolah kami. Hal tersebut betul-betul menjadi hal baru bagi murid-muridku. Wajar jika mereka belum merasa bosan.
Jika kemarin kami mewarnai di lembar kerja yang berukuran A3 dengan gambar masjid dan sepasang anak kecil memegang buku, kali ini kami mewarnai gerakan-gerakan shalat. Za nampak datar tak begitu antusias. Ada 3 kegiatan yang harus dilakukan anak-anak. Bermain flash card, puzzle, dan mewarnai gradasi. Za mengawali kegiatannya bersamaku, mewarnai gradasi. Ia hanya ingin menggerakkan tangannya jika aku turut memegang tangannya. Disini saatnya aku mencoba komunikasi produktif. Aku memberikannya motivasi, “Za pasti bisa!”. Za hanya menatapku sambil sedikit merengek. Ia tak ingin jika aku melepaskan tangannya sambil berkata, “Za nggak bisa”. Lagi-lagi aku berkata dengan sabar dan dengan nada yang ramah, “Za bisa, Za pasti bisa”.

Singkat cerita kegiatan itu berhasil selesai. Ia merapihkan perlengkapan mewarnai tanpa disuruh meski akhirnya ia enggan melanjutkan kegiatan bermain lainnya.

0 komentar:

Posting Komentar