Sabtu, 03 Juni 2017

#Hari3 Tantangan 10 Hari Komunikasi Produktif


Sabtu ini anak-anak nampak begitu bersemangat. Sambil mengenakan seragam olahraga, mereka berlari kesana kemari seakan lupa jika sedang belajar berpuasa. Lucunya, ketika selesai berlari mereka merengek kepadaku atau guru yang lainnya untuk meminta minum. Sungguh lucu tingkah makhluk mungil karunia Alloh yang satu ini. Tapi ada satu orang anak yang terlihat murung. Panggil saja ia Sasya. Dengan wajah datar sambil menenteng uang Rp2 ribu, Sasya masuk ke kelas dengan wajah bingung seakan mencari sesuatu. Aku masih memperhatikannya beberapa saat, ternyata ia tak kunjung berkumpul dengan teman-temannya yang lain. Bisa dibilang, aku sangat hafal dengan karakter Sasya. Bocah perempuan yang satu ini nampak begitu dewasa dibanding dengan saudara sepupunya yang juga satu kelas dengannya. Sasya bisa sangat mengayomi sepupunya itu. Misal, saat sepupunya tidak membawa bekal makanan dan juga uang jajan, Sasya akan menghampiriku dan mulai berkonsultasi. “Bu, Ria (panggil saja begitu untuk sepupunya Sasya) mau jajan, tapi Ria ngga bawa uang. Uang Sasya ada Rp2 ribu, cukup ngga kalo beli kue 2 bungkus?”, kurang lebih hal-hal seperti itulah yang di-“curhat”-kan Sasya kepadaku.
Berbeda dengan tadi pagi. Sasya tak kunjung menghampiriku untuk “curhat”. Ia memilih mondar-mandir dan berkeliling  di depan pintu sambil melihat ke arah tasnya. Segera saja aku mengeluarkan “jurus” komunikasi produktif. “Sasya kenapa kok gak main sama temennya? Sini, sayang mau cerita sama bu guru ngga?”, kataku. Sasya pun menghampiriku dan langsung mencurahkan isi hatinya. “Bu, Sasya pengen jajan, tapi udah masuk”, ujarnya. Aku mencoba untuk mengingat salah satu indikator komunikasi produktif, yaitu fokus pada solusi, bukan pada masalah dan mengganti kalimat interogasi dengan pertanyaan observasi.
Setelah aku mengetahui masalahnya, aku berkata pada Sasya, “Oh Sasya mau jajan. Sasya masih bisa jajan kok, masih ada waktu 5 menit. Cepetan yaa”. Sasya pun segera berlari keluar kelas. Namun siapa sangka, aku yang awalnya mengira Sasya akan membeli slime seperti teman-temannya yang lain, ternyata membeli minuman kemasan dingin! Oh nooooooooooooo. Haha

Sasya menghampiriku lagi dan meminta tolong untuk menusukkan sedotan kedalam kemasan. Jujur, aku merasa sedikit tidak tega melihat ia kehausan. Akhirnya aku melakukan apa yang dimintanya. Tapi, aku berpesan padanya untuk meminum hanya sedikit kemudian menyimpan minuman itu dibalik pintu agar teman-temannya yang lain tidak tergoda. Sasya pun menuruti perintahku. Aku hanya bisa menelan rasa tawa sambil geleng-geleng kepala. Haha

0 komentar:

Posting Komentar