Jumat, 23 Oktober 2020
Asa Itu Meng-ASI-hi
Kamis, 22 Oktober 2020
Titik Baru
Rabu, 21 Oktober 2020
Si Mungil yang Terbalut Batik
Selasa, 20 Oktober 2020
Pipimu
Senin, 19 Oktober 2020
Belahan Jiwaku
Jumat, 16 Oktober 2020
Badai Pasti Berlalu
Saat mendapatkan tema "badai" dari pengurus RBM IP Jakarta, tanpa pikir panjang langsung teringat salah satu judul lagu "Badai Pasti Berlalu". Iya, maknanya semua beban kehidupan yang kita hadapi pasti akan bisa kita lewati. Kuncinya yakin dan tetap berusaha. Beberapa kali aku pernah mengalami hal-hal berat dalam hidup. Dan kedua kunci tersebut terbukti ampuh.
Jika saat ini aku mengakui bahwa kondisi hamil membuat pikiran dan perasaanku menjadi lebih sensitif, maka aku selalu mengembalikan kondisi jiwaku pada satu keyakinan "badai pasti berlalu". Bersamaan dengan perkiraan proses persalinanku, aku dan suami juga harus menyiapkan rumah sewa yang baru untuk tempat tinggal kami. Disisi lain, aku harus menyiapkan mentalku untuk kembali bekerja pasca cuti melahirkan, padahal disisi lain aku ingin sekali mengasuh anakku sendiri.
Beberapa faktor menjadi alasan kenapa semua hal itu harus aku lakukan. Setelah berdiskusi bersama suami, kembalinya aku bekerja pasca cuti melahirkan menjadi keputusan sementara yang nantinya akan kami diskusikan ulang. Kini, aku didampingi oleh ibuku untuk turut membantu mengasuh anakku yang diperkirakan akan lahir pada 25 Oktober 2020 nanti. Aku hanya bisa berharap kondisi darurat ini akan segera berakhir.
Selain tak ingin merepotkan ibuku, aku juga ingin sekali berkontribusi secara langsung dalam pengasuhan anakku dan membangun ikatan kasih yang jauh lebih dalam dengan anakku. Semoga Allah mudahkan segala hal yang sedang aku hadapi bersama suami. Aamiin.
Kamis, 15 Oktober 2020
Rutinitas Baru
Hari ini hari ke-4 bagiku untuk menjalankan rutinitas baru, yaitu menulis. Semenjak pengurus Rumah Belajar Menulis Ibu Profesional (RBM IP) Jakarta memberikan tantangan "Writober" kepada para anggotanya, kini selepas subuh aku selalu memulai rutinitas baruku untuk membuat tulisan sesuai tema yang telah ditentukan.
Pagi hari memang waktu yang kurasa paling tepat untuk menulis. Biasanya ide lebih mudah didapat dan tenaga yang ada masih segar. Karena kebetulan tantangan ini diberikan saat aku sedang menanti hari persalinan, semuanya jadi terasa lebih istimewa. Usai menulis, tak lupa aku menyetorkan hasil tulisan melalui formulir online yang telah disiapkan oleh pengurus.
Jalan kaki untuk sekedar meregangkan pinggang yang mulai "panas" menjelang hari persalinan menjadi rutinitas selanjutnya usai membuat tulisan. Deretan gerai makanan, trotoar, jalan raya, dan proyek apartemen yang belum selesai menjadi pemandangan yang tersaji untukku. Maklum, kini aku mulai menetap sementara di rumah pamanku yang berlokasi di kawasan Jakarta Pusat.
Menikmati potongan buah apel, pisang dan mangga juga menjadi hal wajib bagiku di pagi hari. Terasa sehat dan menyegarkan. Momen menikmati pagi seperti saat ini tentu tak akan berlangsung lama. Karena 1 bulan usai persalinan, aku harus kembali masuk kantor untuk bekerja. Semangat semuanya! Doakan ya supaya persalinanku lancar. Aamiin. Selamat pagi semuanya.
Pasti Bisa
Aku baru saja pulang dari rumah sakit untuk memeriksakan kehamilanku. Karena sudah cukup bulan, aku hanya tinggal menanti panggilan cinta dari janin yang ada dallam rahimku saat ini. Dokter mengatakan bahwa Hari Perkiraan Lahir (HPL) janinku ini 25 Oktober 2020. Tak sabar rasanya.
Sejak awal aku berusaha untuk meraih target-target yang identik dengan masa kehamilan, seperti target konsumsi protein, target berat janin ideal, dan lain sebagainya. Sebisa mungkin aku menghindari hal-hal tanpa hasil. Meskipun salah satu hal sangat sulit untuk aku capai, yaitu menghindari stress.
Beberapa permasalahan, baik itu masalah keluarga maupun masalah pekerjaan, datang silih berganti selama masa kehamilan perdana yang aku jalani ini. Meski aku selalu mengiyakan saat suamiku selalu mengingatkan agar aku menghindari stress, namun kerikil kecil dari kondisi stress itu belum seutuhnya bisa aku bersihkan.
Aku menyadari bahwa muara dari semua beban hidup kita hanyalah memasrahkan diri pada Illahi. Dan hal itu selalu aku upayakan untuk aku lakukan, entah dengan melaksanakan qiyamul lail atau sekedar berlama-lama dengan Al Qur'an.
Aku tak ingin kalah dan tak menghasilkan apa-apa dalam perjuangan bersama bayi dalam rahimku ini. Aku yakin bisa melewati semuanya dengan kuat. Selalu ada jalan, itulah hal yang akan selalu aku ingat. Aku pasti bisa.
Rabu, 14 Oktober 2020
Inikah Ikhlas?
Terhitung Maret 2020 secara pribadi aku mulai merasakan dampak pandemi Covid-19. Saat itu usia pernikahanku baru menginjak bulan ketiga. Aku bersyukur pada bulan Desember 2019 lalu masih bisa melangsungkan resepsi pernikahan.
Suamiku kebetulan bekerja sebagai tenaga administrasi di Instalasi Gawat Darurat (IGD) salah satu rumah sakit di Jakarta. Sedikit kekhawatiran akan keselamatannya melanda pikiranku, namun hal itu berusaha kutepis dengan terus memanjatkan doa yang terbaik untuknya.
Tak hanya itu, akhir Februari 2020 aku dinyatakan hamil. Sungguh hal luar biasa yang aku syukuri bersama suami. Kekhawatiran kembali melanda, karena tentunya banyak hal yang harus aku sesuaikan ditengah pagebluk yang melanda.
Awal kemunculan berita wabah corona pada Desember 2019 lalu masih belum terlalu aku hiraukan, hingga pada akhirnya virus ini mulai menjangkit warga Indonesia. Proses cek rutin kehamilanku pun harus diwarnai kekhawatiran karena mau tak mau aku harus waspada saat mengunjungi klinik bidan atau rumah sakit.
Tahap penyesuaian pada kemunculan virus ini ialah rutinitasku bekerja di ranah publik yang harus dialihkan menjadi work form home (WFH). Dalam hal ini aku merasa sangat bersyukur karena bersamaan dengan tri semester pertama kehamilan yang bisa aku jalani dengan banyak beraktivitas dari dalam rumah.
Selanjutnya ialah dampak pagebluk terhadap kondisi keuangan keluarga kami. Aku dan suami harus menyesuaikan diri karena adanya pemotongan gaji. Sebagai istri, aku berusaha memposisikan diri untuk sebisa mungkin membantu perekonomian keluarga. Kami berdua bersyukur karena tak mesti dirumahkan oleh tempat kami bekerja. Hikmah dan pembelajaran merupakan dua hal yang berusaha aku utamakan ditengah kondisi yang tak menentu seperti saat ini.
Kini usia kehamilanku menginjak 38 minggu. Tak sabar rasanya menanti kehadiran buah hati. Cuti mulai kujalani mulai 4 Oktober lalu. Hari-hari tanpa berangkat ke kantor dan harus tinggal sementara di rumah paman menjadi hal baru bagiku. Sempat terasa membosankan. Namun lagi-lagi aku beruntung karena Rumah Belajar Menulis (RBM) IP Jakarta yang aku ikuti memberikan tantang menulis "Writober".
Dalam tantangan ini aku harus dibiasakan membuat tulisan selama 10 hari. Berusaha konsisten mengerjakan tugas menjelang hari persalinan merupakan sesuatu yang sangat luar biasa menantang bagiku.
Merangkum semua hal baru yang harus aku alami di tahun ini nampaknya berat. Namun suamiku sering berpesan bahwa kunci dari semuanya adalah ikhlas. "Jika tidak bisa ikhlas, ya sudah jangan dilakukan, nanti pekerjannya sia-sia", begitu kata suamiku. Bismillah, semoga diri ini senantiasa ikhlas dalam menjalani hal-hal baik dan banyak hal yang tak terduga lainnya di tahun 2020.