Tak terasa sudah di penghujung Mei. Mei pun segera berganti Juni. Alhamdulillah yang masih istiqomah untuk menjomblo. *kok jadi nyambung ke jomblo, Yen? -_-
Semangat karena Alloh ya, teman-teman! Saat ini meski kita dirundung banyak kegalauan, tetap saja melangkah! Terus saja melakukan perubahan! In shaa Alloh, Alloh memberikan yang terbaik untuk kita. Yang sedang berada di dekat keluarga, bersyukurlah, karena diluar sana banyak orang yang merindukan untuk berkumpul bersama keluarga, bahkan sudah sangat lama tak kunjung mendapatkan kesempatan pulang hanya untuk sekedar melepas rindu. Ya, entah itu karena harus bekerja, menyelesaikan pendidikan, atau hal lainnya.
Semangat karena Alloh ya, teman-teman! Saat ini meski kita dirundung banyak kegalauan, tetap saja melangkah! Terus saja melakukan perubahan! In shaa Alloh, Alloh memberikan yang terbaik untuk kita. Yang sedang berada di dekat keluarga, bersyukurlah, karena diluar sana banyak orang yang merindukan untuk berkumpul bersama keluarga, bahkan sudah sangat lama tak kunjung mendapatkan kesempatan pulang hanya untuk sekedar melepas rindu. Ya, entah itu karena harus bekerja, menyelesaikan pendidikan, atau hal lainnya.
Alhamdulillah bagi yang masih menjaga sikap untuk selalu semangat, bersyukur, dan tawadhu . Lanjutkan ya! Karena ketiga hal itu penting. Jika sungguh-sungguh dijalankan akan terasa nikmat. Seringnya kita lupa untuk melakukan ketiga hal itu. Bukan kita sih, tapi aku khususnya. Di penghujung Mei ini memang perasaanku dirundung kegalauan. Sedihlah. Bagaimana tidak. Dua mahasiswa Indonesia yang biasanya ada di sekitarku untuk sekedar hadir memberikan semangat, sharing, atau bahkan membantuku, kini satu per satu dari mereka harus kembali ke Indonesia, meninggalkanku di negeri orang sendirian.
Apalagi ketika aku berencana untuk meminta bantuan salah satu dari mereka, terpaksa harus batal karena buru-buru pulang mengingat harga tiket di hari lain yang katanya mahal. Paham sih. Jadi begini, salah satu dosen yang juga ahli mendongeng di Mahasarakham University (MSU) mengajakku untuk mengikuti kegiatannya. Berhubung ia laki-laki dan aku merasa tidak enak hati jika harus pergi hanya berdua dengan beliau, aku meminta bantuan salah satu temanku dari Indonesia yang menjadi mahasiswa S2 di MSU. Karena satu orang lagi disamping kuliah, ia sibuk bekerja. Aku meminta temanku untuk menemaniku pergi bersama dosen tersebut. Tapi entahlah kini, terasa semuanya gelap tanpa solusi. Di sisi lain, sungguh tak enak hati pula jika aku harus menolak ajakan dosen tersebut.
Setelah beberapa kali berbincang dengan dosen tersebut, karakternya tidaklah se-supel seperti salah satu dosen yang pernah memberi buku padaku. Beliau yang memberiku buku itu sangatlah supel dan juga kebapakan. Jadi, tak canggunglah aku berinteraksi dengan beliau. Jika saja beliau--sang dosen yang ahli mendongeng--supel, mungkin sedikit tidak bermasalah. Ya Alloh, acaranya besok. Gimana nih? Mau cerita ke siapa juga hasilnya ada di aku. Ckck. Disisi lain, aku tak ingin terlarut dalam kegalauan. Pernah aku mendengar satu nasehat bahwa pekatnya malam itu hanya sebentar. Setelah itu, mentari pagi akan bersinar memberikan cahaya dan kehangatan.
Terkait tiga hal yang aku sebutkan diatas haruslah aku coba. Aku berusaha untuk tetap semangat menghadapi rintangan dalam tugasku disini, di Thailand. Aku berusaha untuk selalu bersyukur, karena aku menyadari, kesempatan yang aku dapatkan tidak untuk semua orang. Aku mungkin termasuk orang yang diberikan kesempatan oleh Alloh untuk hal ini. Serta tawadhu yang harus selalu aku jaga. Bagaimana nantinya setelah aku pulang dari Thailand. Tak sepatutnya jika aku tinggi hati. Malah sikap harus semakin mawas diri. Haruslah ilmu yang aku tebar, bukan kesombongan.
Apalagi ketika aku berencana untuk meminta bantuan salah satu dari mereka, terpaksa harus batal karena buru-buru pulang mengingat harga tiket di hari lain yang katanya mahal. Paham sih. Jadi begini, salah satu dosen yang juga ahli mendongeng di Mahasarakham University (MSU) mengajakku untuk mengikuti kegiatannya. Berhubung ia laki-laki dan aku merasa tidak enak hati jika harus pergi hanya berdua dengan beliau, aku meminta bantuan salah satu temanku dari Indonesia yang menjadi mahasiswa S2 di MSU. Karena satu orang lagi disamping kuliah, ia sibuk bekerja. Aku meminta temanku untuk menemaniku pergi bersama dosen tersebut. Tapi entahlah kini, terasa semuanya gelap tanpa solusi. Di sisi lain, sungguh tak enak hati pula jika aku harus menolak ajakan dosen tersebut.
Setelah beberapa kali berbincang dengan dosen tersebut, karakternya tidaklah se-supel seperti salah satu dosen yang pernah memberi buku padaku. Beliau yang memberiku buku itu sangatlah supel dan juga kebapakan. Jadi, tak canggunglah aku berinteraksi dengan beliau. Jika saja beliau--sang dosen yang ahli mendongeng--supel, mungkin sedikit tidak bermasalah. Ya Alloh, acaranya besok. Gimana nih? Mau cerita ke siapa juga hasilnya ada di aku. Ckck. Disisi lain, aku tak ingin terlarut dalam kegalauan. Pernah aku mendengar satu nasehat bahwa pekatnya malam itu hanya sebentar. Setelah itu, mentari pagi akan bersinar memberikan cahaya dan kehangatan.
Terkait tiga hal yang aku sebutkan diatas haruslah aku coba. Aku berusaha untuk tetap semangat menghadapi rintangan dalam tugasku disini, di Thailand. Aku berusaha untuk selalu bersyukur, karena aku menyadari, kesempatan yang aku dapatkan tidak untuk semua orang. Aku mungkin termasuk orang yang diberikan kesempatan oleh Alloh untuk hal ini. Serta tawadhu yang harus selalu aku jaga. Bagaimana nantinya setelah aku pulang dari Thailand. Tak sepatutnya jika aku tinggi hati. Malah sikap harus semakin mawas diri. Haruslah ilmu yang aku tebar, bukan kesombongan.
Bismillah ya, sama-sama berjuang. Semangat! Lanjutan ceritaku dengan sang dosen yang ahli mendongeng disambung lagi besok ya. See you!
Mahasarakham, 31 Mei 2016
08.00
ditulis saat ayat-Nya menggema di ruang kamar dormitory