Siang
itu ia nampak tak sabar menanti waktu pulang dari TK tempatnya mengajar.
Biasanya ia betah berlama-lama di TK hanya untuk sekedar menanti matahari di kawasan Serang agak
sedikit condong. Mengayuh sepeda ketika pulang dan pergi sedikit banyak membuat
kulit wajah dan punggung tangannya terbakar terik sinar matahari.
Setelah
berpamitan dengan kepala sekolah dan mahasiswa PPL, ia bergegas mengayuh
sepeda. Perjalanan pulang itu tak lebih dari 7 menit. Perlahan ia membuka pintu
gerbang dan menggiring sepedanya masuk ke rumah seperempat abad bercat krem,
warna kesukaannya.
Tepat
pukul 12.30 ia telah selesai melakukan ritual layaknya orang yang akan
bepergian, yaitu mandi, makan siang, dan menge-pack barang bawaan. Acara
undangan pernikahan kakak kelas bersama penghuni kontrakan dengan antusias ia
penuhi sebelum akhirnya ia harus bersegera menuju terminal Pakupatan.
Bak
acara mini reuni, jumpa dan sapa dengan teman dan kenalan sesama alumni menjadi
agenda dadakan yang hangat terasa. Namun sayang tak ada waktu lama. Hanya ada
satu kawan yang kebetulan bisa membersamai detik-detik keberangkatannya menuju
terminal. Ia semakin bergemuruh untuk bergegas kembali ke kontrakan dan
menyambar ransel gendut yang telah disiapkan sebelumnya. Pun kawannya, ingin bersegera.
Dengan angkot, berangkatlah mereka.
Obrolan
ringan timbul tenggelam di sepanjang perjalanan. “Jadi harus minta surat
mutasi liqo dong?”, begitu ujar kawannya setelah mendengar cerita bahwa ia
akan pindah dari Serang usai bagi rapot. Memang kawan yang satu ini merupakan
teman satu kelompok dalam kegiatan liqo atau pengajian pekanan. Tak
jarang mereka saling berbagi cerita dan keluh kesah sesama pendidik di sekolah.
Yang membedakan mereka hanyalah jurusan kuliah dan tempat mereka mengajar. Ia
jurusan PG PAUD dan mengajar di TK, sedangkan kawannya jurusan PGSD dan
mengajar di SDIT. Setelah ia mendapatkan bus, duduk dan memandang keluar
jendela menjadi dua aktivitas yang ia lakukan sepanjang Pakupatan-Kampung Rambutan. Kawannya tak membersamai lagi.
Tekadnya
memang cukup bulat meskipun diawal ia begitu bimbang dalam menentukan pilihan
kemana ia setelah lulus dan berhenti dari TK tempatnya sekarang mengajar. Kesukaannya
hanya satu, mencoba hal baru. Dan salah satunya keinginannya adalah terus
belajar. Dalam waktu dekat ia akan melangsungkan wisuda S1. Sayang, S2 tak
bisa langsung ia jalani karena kendala biaya. Pun jika harus beasiswa, minimal
ia membutuhkan waktu 1 tahun untuk mempersiapkan semua persyaratan. Maka ia memilih
opsi yang ke sekian ini: tetap belajar, hanya cara dan di tempat yang berbeda.
Ia telah merencanakan untuk belajar TOEFL secara online dan gratis.
Langganan majalah, membeli banyak buku, dan membuat agenda untuk membaca buku
yang banyak tersebut akan ia lakukan ketika telah mengajar di tempat yang baru.
Tiba
di terminal Kampung Rambutan ia berjalan dengan tenang menuju kedalam terminal.
Pandangan matanya terus menyusuri angkutan umum yang berbaris acak-acakan
hingga akhirnya berhenti di belakang angkot bernomor 121A. Suara keras sang
sopir membuatnya mendekat. Ia memastikan tujuan perjalanannya pada sang sopir.
Naiklah ia kedalam angkot kosong tersebut sambil berharap angkot segera
berangkat. Namun harapannya kali ini pupus, angkot tak akan kunjung berangkat
bila belum penuh penumpang. Begitulah yang baru saja ia ketahui dari rekannya
yang memberi petunjuk arah menuju Cibubur. Tanpa pikir panjang ia keluar dari
angkot dan berjalan agak tergesa menuju pintu keluar terminal Kampung Rambutan.
Tak sampai 10 menit menunggu, angkot 121A dengan wajah sopir yang berbeda pun
datang. Kurang lebih perjalanan 1,5 jam ia tempuh sendirian. Menerobos macetnya
jalan alternatif Cibubur di akhir pekan dan pekatnya malam menjelang Isya. Singkat
cerita, ia berhasil sampai di tempat yang dituju.
Mulutnya
masih tak banyak mengeluarkan kata. Matanya masih meraba sekeliling. Tempat
baru baginya, dan ia mulai bisa menerima. Suasana yang tak sepanas Serang dan
tak se-sempit kontrakannya. Rumah sekaligus sekolah TK yang di pertengahan
tahun ini akan ia tempati. Sekolah TK yang lokasinya berada di kawasan elit
Kota Wisata Cibubur. Tempat baru baginya untuk mengajar. Tempat baru itu
bernama ACIKITA, Aku Cinta Indonesia Kita. Semoga aku dapat berkontribusi dan
belajar dengan maksimal.
Serang
26-27 Maret 2017