Ketika ia (laki-laki) yang pertama datang, bukan berarti ia sudah pasti jodohmu. Banyak pertimbangan yang pastinya engkau (perempuan) pikirkan. Perkara shaleh benar-benar hal yang sangat fana, tak bisa dilihat hanya dengan pandangan mata. Bahkan yang bergelar "ikhwan" sekalipun, tak ada yang tahu, kecuali Alloh dan dirinya (ikhwan itu) sendiri.
Konsultasi dengan Sang Pemilik Hati adalah hal wajib yang pertama kali harus dilakukan ketika memang masa untuk memilih itu telah tiba. Dan hal lainnya ialah menyampaikan apa yang kita alami pada keluarga beserta murobbi. Beruntunglah bagi yang istiqomah mengikuti liqo atau halaqoh. Banyak nasehat dan cerita terkait pengalaman yang telah mereka lalui secara langsung. Semua hal itu bisa kita jadikan renungan.
Apalah arti mapan dan ketampanan, jika indikator utama dalam menilai calon pendamping hidup cukuplah dengan akhlaq-nya atau keshalehan-nya.
"Shalat-nya, Yen! Shalat-nya!", tegas murobbi padaku.
Aku hanya bisa tertunduk menutup wajah dengan kedua telapak tanganku. Aku berpikir panjang hingga akhirnya diamku terurai.
"Sudah banyak pengalaman yang mba lalui dengan Abi-nya untuk memproses akhwat dengan ikhwan. Pun kejadian ikhwah yang sudah berumah tangga namun harus bercerai karena latar belakang proses awal taaruf yang memang tidak melalui rekomendasi murobbi. Jangan buru-buru. Sekarang abaikan saja yang katanya mau ke rumah. Ke rumah ya ke rumah saja silahkan, silaturahmi. Jika dia serius , ya dia harus datangi bapakmu! Bapak dimana? Di Jawa toh? Ya dia pergi temui bapakmu ke Jawa. Setelah itu, toh keputusan pasti masih ada di tanganmu. Ndak usah jauh-jauh kesitulah. Dia bilang Ramadhan lamaran dan akad idul fitri toh? Wes, santai saja. Kita ndak tahu toh dari sekarang sampai Ramadhan apa yang terjadi. Siapa tahu kamu atau dianya sendiri bertemu orang lain yang ternyata jodoh. Lakukan dan pikirkan yang di depan mata saja! Yang jelas ada di depan mata untuk minta dikerjakan, ya skripsi ya ngajar! Ndak usah galau! Ini cuma sebentar, nanti juga galaunya hilang, abaikan saja!", ujar murobbi-ku sambil pecah tawanya.
Dari semua hal yang kucurahkan, lega-lah aku dari sebelumnya. Perkara sholat, benar-benar itu indikatornya. Jika shalatnya saja masih malas-malasan ke masjid, bagaimana ketika membangun rumah tangga denganmu?
Rabu, 21 Desember 2016
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar