Rabu, 24 Agustus 2016

Lembaran Baru bagi Si Anak Tunggal

Esok hari usianya genap 23 tahun. Alhamdulillah ia masih istiqomah menjomblo hingga jodoh atau entah ajal yang menjemputnya terlebih dahulu. Tahun demi tahun dilewatinya dengan kesempatan besar untuk mencatat apa-apa yang terjadi ketika tanggal lahirnya tiba. Meskipun catatannya tak sebagus Catatah Hati Seorang Istri karya penulis ternama, Asma Nadia. Entah sampai kapan itu akan terus dilakukannya. Hanya rasa syukur yang dapat terucap karena bisa bertemu lagi dengan bulan Agustus tanggal 24. Ia belum bisa membayangkan jika tiba masanya ia dipanggil Sang Maha Kuasa. Tapi satu pintanya agar ia diijinkan untuk membanggakan kedua orang tuanya di dunia serta menjadi anak yang shaleha. Di tahun ini banyak sekali hal baru yang ia lakukan. Terlebih setelah pulang dari Thailand, resiko melanjutkan study hingga semester 9 membuatnya terpacu untuk lebih semangat dan mandiri mengingat kini ia bukan lagi mahasiswa penerima beasiswa. Kawan se-angkatannya akan di wisuda bulan ini, tepatnya esok hari. Dan yang lebih menyedihkan adalah hari wisuda yang sama dengan hari ulang tahunnya sedangkan ia harus mengundur waktu wisuda hingga bulan April tahun depan dikarenakan skripsi dan PPL-nya yang mandeg. Perih!
Orang-orang disekelilingnya terus memberikan motivasi bahwa semester 9 yang harus dijalaninya toh bukan karena ia lalai, tapi karena kesempatan besar untuk Internship di Thailand. Apalah arti kata-kata itu jika toh yang merasakan tetaplah ia, si anak tunggal. Kini ia harus berjuang tanpa kawan. Kawan dalam artian teman-teman satu kelasnya. Tapi yang tetap membuatnya bahagia ialah bahwa kini ia telah keluar dari kosannya yang lama. Kemarin ia pindah ke sebuah rumah dengan biaya sewa Rp1,3 juta per orang selama satu tahun yang telah mencakup biaya listrik. Rumah tersebut menjadi tempatnya bernaung dari godaan syetan yang terkutuk. Eh beneran! Karena kini ia merasa imannya sering kali lemah. Ia bak seekor domba ditengah padang rumput yang kapan saja bisa dimangsa sang serigala. Maka dari itu, ia lebih memilih untuk berkumpul dengan “domba” lain agar setidaknya “sang serigala” sulit menerkam. Tahu-kan maksud ungkapan yang disebutkan tadi? “Domba” adalah teman-teman shaleh dan “sang serigala” adalah hal-hal yang melalaikan alias datangnya dari syetan.
Meski diantara penghuni rumah itu hanya ia seorang yang berstatus “mahasiswa semster 9”, tapi ia mengaku bahwa suasana baru di rumah tersebut lebih baik dari sebelumnya. Canda tawa, saling mengingatkan, shalat berjamaah, saling memotivasi untuk tilawah dan membaca Al Matsurat menjadi pelipur kegalauannya yang sedang berjuang sendiri. Selain itu, telah lama ia mengalami futur. Dimana amalan-amalan yang biasanya ia lakukan lambat laun pudar. Kini ia bertekad untuk bangkit. Semangatnya bertambah ketika ia mendapatkan pesan masuk dari kepala sekolah TK tempatnya PPL untuk menjadi guru pendamping sementara dikarenakan salah satu guru kelas A yang sedang cuti untuk melakukan ibadah haji.
Jika karunia sebesar itu telah datang padanya, sayang jika rasa syukur hanya tertaut lewat doa. Bismillah ia bisikkan pada hatinya bahwa ia mampu mengumpulkan seluruh tenaga dan keinginan untuk  bangkit kembali dari ke-futur-an. Ia berusaha untuk mengencangkan frekuensi tilawah hariannya. Iabersemangat untuk membekali dirinya dengan tilawah minimal 1 juz karena akhir-akhir ini ia tahu bahwa semangatnya dan keteraturannya menyelesaikan suatu pekerjaan berasal dari tilawah.
Bismillah ya anak tunggal. Tumpuan orang tuamu ada di pundakmu. Apalah arti tekadmu tanpa niat lillah. Selamat menjalani lembaran baru ya anak tunggal!


Serang, 23 Agustus 2016

3 komentar:

Nelvianti mengatakan...

Semangat selalu anak tunggal! :)

Little Dreamer mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Little Dreamer mengatakan...

mksih, semangat juga kamu, iya kamu! :D

Posting Komentar