Esok hari usianya genap 23 tahun.
Alhamdulillah ia masih istiqomah menjomblo hingga jodoh atau
entah ajal yang menjemputnya terlebih dahulu. Tahun demi tahun dilewatinya
dengan kesempatan besar untuk mencatat apa-apa yang terjadi ketika tanggal
lahirnya tiba. Meskipun catatannya tak sebagus Catatah Hati Seorang Istri karya
penulis ternama, Asma Nadia. Entah sampai kapan itu akan terus dilakukannya.
Hanya rasa syukur yang dapat terucap karena bisa bertemu lagi dengan bulan
Agustus tanggal 24. Ia belum bisa membayangkan jika tiba masanya ia dipanggil
Sang Maha Kuasa. Tapi satu pintanya agar ia diijinkan untuk membanggakan kedua
orang tuanya di dunia serta menjadi anak yang shaleha. Di tahun ini banyak
sekali hal baru yang ia lakukan. Terlebih setelah pulang dari Thailand, resiko
melanjutkan study hingga semester 9 membuatnya terpacu untuk lebih
semangat dan mandiri mengingat kini ia bukan lagi mahasiswa penerima beasiswa.
Kawan se-angkatannya akan di wisuda bulan ini, tepatnya esok hari. Dan yang
lebih menyedihkan adalah hari wisuda yang sama dengan hari ulang tahunnya
sedangkan ia harus mengundur waktu wisuda hingga bulan April tahun depan
dikarenakan skripsi dan PPL-nya yang mandeg. Perih!
Orang-orang disekelilingnya terus
memberikan motivasi bahwa semester 9 yang harus dijalaninya toh bukan
karena ia lalai, tapi karena kesempatan besar untuk Internship di
Thailand. Apalah arti kata-kata itu jika toh yang merasakan tetaplah ia,
si anak tunggal. Kini ia harus berjuang tanpa kawan. Kawan dalam artian
teman-teman satu kelasnya. Tapi yang tetap membuatnya bahagia ialah bahwa kini
ia telah keluar dari kosannya yang lama. Kemarin ia pindah ke sebuah rumah
dengan biaya sewa Rp1,3 juta per orang selama satu tahun yang telah mencakup
biaya listrik. Rumah tersebut menjadi tempatnya bernaung dari godaan syetan
yang terkutuk. Eh beneran! Karena kini ia merasa imannya sering kali lemah. Ia
bak seekor domba ditengah padang rumput yang kapan saja bisa dimangsa sang
serigala. Maka dari itu, ia lebih memilih untuk berkumpul dengan “domba” lain
agar setidaknya “sang serigala” sulit menerkam. Tahu-kan maksud ungkapan yang disebutkan
tadi? “Domba” adalah teman-teman shaleh dan “sang serigala” adalah hal-hal yang
melalaikan alias datangnya dari syetan.
Meski diantara penghuni rumah itu
hanya ia seorang yang berstatus “mahasiswa semster 9”, tapi ia mengaku bahwa
suasana baru di rumah tersebut lebih baik dari sebelumnya. Canda tawa, saling
mengingatkan, shalat berjamaah, saling memotivasi untuk tilawah dan membaca Al
Matsurat menjadi pelipur kegalauannya yang sedang berjuang sendiri. Selain itu,
telah lama ia mengalami futur. Dimana amalan-amalan yang biasanya ia
lakukan lambat laun pudar. Kini ia bertekad untuk bangkit. Semangatnya
bertambah ketika ia mendapatkan pesan masuk dari kepala sekolah TK tempatnya
PPL untuk menjadi guru pendamping sementara dikarenakan salah satu guru kelas A
yang sedang cuti untuk melakukan ibadah haji.
Jika karunia sebesar itu telah datang
padanya, sayang jika rasa syukur hanya tertaut lewat doa.
Bismillah ia
bisikkan pada hatinya bahwa ia mampu mengumpulkan seluruh tenaga dan keinginan
untuk bangkit kembali dari ke-
futur-an.
Ia berusaha untuk mengencangkan frekuensi tilawah hariannya. Iabersemangat untuk membekali
dirinya dengan tilawah minimal 1 juz karena akhir-akhir ini ia tahu bahwa
semangatnya dan keteraturannya menyelesaikan suatu pekerjaan berasal dari
tilawah.
Bismillah ya anak tunggal.
Tumpuan orang tuamu ada di pundakmu. Apalah arti tekadmu tanpa niat lillah. Selamat
menjalani lembaran baru ya anak tunggal!
Serang, 23 Agustus 2016