Aku
tak pernah tahu betul apa indikator bagi
seseorang sehingga ia cocok diberi gelar sebagai “guru TK”, because that is
not easy! Karena bagiku sekalipun yang seorang mahasiswa semester 9 jurusan
Pendidikan Guru PAUD, sekaligus guru kelas A di salah satu TK swasta di kota
Serang, menjadi guru TK itu bukan pekerjaan gampang. *ciyeee guru!
Tugas
dan tanggung jawab yang diemban oleh seorang guru TK tidaklah ringan dan mudah
(bagiku). Belum lagi jika kerja sama dengan orang tua murid memble dalam
artian sang orang tua yang menyerahkan sepenuhnya pendidikan sang anak kepada
sekolah. Padahal waktu si anak jelas lebih banyak di rumah dibandingkan di
sekolah. Seharusnya dasar pendidikan anak ya di rumah. Tapi ya itu (banyak
“ya” nya ya -_- ), masih banyak orang tua yang belum memiliki visi dan misi
keluarga yang jelas, mau dibawa kemana arah pendidikan anak mereka. Misal, dasar
pendidikan agama sang anak kurang, alhasil guru kewalahan dengan request-an
orang tua yang menginginkan anaknya pintar ini dan itu, tapi keadaan si anak
“datang” ke sekolah dalam keadaan NOL.
Hazel |
Aku : “Hazel punya adik ya?”
Hazel : “Iya, coba ayo tebak namanya!”
Aku : “Siapa ya? Bu guru kan ngga tau, Zel.”
Hazel : “Ya bu guru harusnya bisa nebak dong!
Kan adik Hazel lucu.”
Aku : (ya terus apa hubungannya?) %$#@+_*&
Tak
jarang aku harus pulang dalam keadaan letih karena pulang pergi ke TK dengan
menggunakan sepeda dan mood yang selalu menurun sebelum weekend tiba.
Belum lagi seminggu terakhir ini banyak kejutan yang diberikan anak-anak
muridku di kelas A, seperti anak yang ingin BAB dan tiba-tiba muntah. Kedua
masalah tersebut merupakan kali pertama aku mengalaminya. Kaget jelas, merasa
jijik wajar, namun aku bersabar dan menganggap itu sebagai sebuah pembelajaran.
Lagi-lagi demi cita-citaku untuk menjadi dosen PG PAUD.
Aku
akan memanfaatkan kesempatan mengajar ini dengan sebaik-baiknya. Batas waktuku
mengajar di sekolah TK tersebut sudah jelas hanya sampai akhir tahun ajaran
baru alias bulan Desember. Sebetulnya aku ingin bertahan lebih lama, namun
karena alasan tidak ingin merepotkan administrasi sekolah yang nantinya
acak-acakan karena aku berhenti di tengah-tengah tahun ajaran baru, maka jalan
terbaiknya adalah hal pertama yang tadi aku sebutkan.
So,
keep spirit, Yena!
Serang,
28 September 2016
Ditulis dengan kondisi memaksakan diri yang sedang
dalam keadaan malas luar biasa karena efek semester akhir dengan ditemani
gemercik hujan diluar kontrakan